Selasa, 21 Juli 2009

Ketenangan Hati

Ketenangan Hati
Dalam surat Al-Balad [90]: 4, Allah swt berfirman
لقد خلقنا الإنسان فى كبد
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”
Ayat di atas menegaskan, bahwa tidak akan ada manusia yang bisa menghindarkan diri dari kesusahan, kesulitan dan masalah. Bahkan, semakin tinggi kedudukan dan prestise seseorang di tengah masyarakat, maka akan semakin banyak dan besar tingkat kesusahan dan masalah yang dihadapinya. Jika seseorang bisa melepasakan diri dari suatu persoalan, dipastikan dia akan dihadapkan kepada persoalan baru yang lebih sulit dari sebelumnya.
Kata kabad yang berarti kesulitan jika dirobah menjadi kabid maka artinya berobah menjadi hati. Hal itu memberikan isyarat bahwa kesusahan itu berda di dalam hati manusia. Jika ada seseorang yang tampil selalu riang dan gembira, bukan berarti hidupnya tidak punya masalah. Dia pasti menyimpan banyak masalah dan persoalan yang tersimpan di dalam hatinya.
Oleh karena itulah, manusia memiliki kecenderungan untuk berupaya mencari ketenangan hati. Tidak sedikit manusia yang harus membayar mahal demi memperoleh yang namanya ketenangan. Bahkan banyak di antaranya yang menempuh jalan pintas dan sesat, seperti menkunsumsi obat-obat penenang semacam narkoba. Namun, ketenangan yang mereka dapatkan adalah ketenangan yang semu dan bersifat sementara, yaitu ketika obat masih bereaksi di tubuhnya. Ketika reaksi obat telah habis dia kembali dihadapkan kepada masalah sebelumnya.
Di dalam surat Ar-Ra’du [13]: 28, Allah telah menawarkan cara memperoleh ketengan hati yang paling efektif dan bersifat permanen. Seperti firman-Nya
الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكرالله ألا بذكرالله تطمئن القلوب
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Kata (تطمئن) dalam kosa kata bahasa Arab dikenal dengan nama fi’il mudhari’ yaitu kata kerja yang menunjukan masa sekarang dan akan datang atau berkelanjutan. Maka ketenangan yang ditawarkan oleh Allah dalam ayat di atas adalah ketenangan yang bersifat terus-menerus, berkesinambungan, dan tidak pernah putus. Allah menawarakn dua syarat; pertama iman dan kedua zikir kepada Allah.
Dari penjelasan ayat tersebut jelaslah bahwa iman adalah syarat pertama dan utama seseorang bisa memperoleh ketenangan hati. Maka, ketengan tidak ditentukan oleh sebarapa banyak harta seseorang, atau seberapa tinggi kedudukan dan jabatan seseorang dan seterusnya. Akan tetapi, ditentukan seberapa teguh keyakinan dan keimanan seseorang kepada Allah. Bukankah kata iman berasal dari kata amana yang dari kata yang sama muncul kata aman? Bahwa keamanan dan kenyamanan hidup tidak akan pernah terpisahkan dari keimanan.
Oleh karean itu, jangan pernah mengira orang yang tidak beriman kepada Allah akan memperoleh ketenangan hati, sekalipun mereka hidup dengan fasilitas duniawi yang serba mewah; harta yang melimpah, kendaraan yang mewah, rumah yang megah, kamar ber AC dan seterusnya, dipastikan tidak ada ketenangan hati bagi mereka, jika iman tidak ada di hati tersebut.
Syarat kedua adalah zikir, mengingat, menyebut dan menghadirkan kebesaran Allah dalam setiap gerak hati, lidah dan anggota tubuh seseorang. Kita bisa belajar dari para pemuda penghuni goa yang dikenal dengan ash-habul kahfi, yang bisa tidur dengan lelap, nyenyak dan tenang selama 309 tahun, sekalipun tidur di atas batu, dalam lobang yang sempit dan gelap, pengap, tidak ada penerang apalagi AC, bahkan musuh berkeliaran di luar goa yang siap mencincang tubuh mereka jika ditemukan. Namun, semua itu tidak menghalangi mereka untuk mendapatkan ketangan hati, dalam suasana yang sulit dan tidak menyenangkan. Jawabannya adalah karena mereka adalah para pemuda yang tidur dengan iman dan selalu berzikir kepada Allah. Lihat surat al-Kahfi [18]: 13
... إِنَّهُمْ فِتْيَةٌءَامَنُوا بِرَبِّهِمْ
Artinya: ...”sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka..
Begu juga ayat 10
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
Artinya: “(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."
Lalu apa saja bentuk zikir yang disebutkan di dalam al-Qur’an yang akan menjadikan hati manusia tenang? Setidaknya ada tiga hal;
Pertama, Shalat; apakah shalat wajib ataupun sunat dengan ketentuan bahwa shalat itu dikerjakan dengan senpurna, menurut aturannya dan dengan kekhusu’an. Begitulah yang disebutkan dalam surat Thaha [20]: 14
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”
Oleh karena itu, semkian sempurna pelaksanaan shalat seseorang, baik secara kuantitas artinya shalat yang dikerjakan dalam bentuk yang banyak - tidak hanya yang wajib namun juga diikuti yang sunat – maupun secara kualitas artinya shalat dikerjakan dengan cara yang sempurna menurut aturannya, maka akan semakin besar peluang seseorang mendapatkan ketenangan hati. Sebaliknya, semakin tidak sempurna shalat seseorang atau bahkan secara sadar meninggalkan shalat, dipastikan ketengan hati akan semakin jauh dari hatinya. Bukankah nabi Muhammad saw. ketika dihadang kesedihan hati yang mendalam di saat isteri beliau Khadijah dan paman beliau Abu Thalib wafat, Allah menghibur dengan cara memperjalankan beliau yang kemudian dikenal dengan peristiwa Isra’ dan Mi;raj yang tujuannya adalah untuk menjemput perintah shalat.
Kedua, membaca al-Qur’an seperti disebutkan dalam surat al-Anbiya’ [20]: 50
وهذا ذكر مبارك أنزلناه أبأنتم له منكرون
Artinya: “Dan Al Quran ini adalah suatu kitab (zikir/peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?
Oleh karena itu, semakin dekat seseorang dengan al-Qur’an, maka semakin besar peluangnya memperoleh ketenangan hati. Sebaliknya, jika seseorang jauh dari al-Qur’an ketanangan juga akan semakin jauh dari hatinya.
Ketiga, selalu mengingat, menyebut dan menghadirkan Allah dan kebesaran-Nya dalam hati seseorang kapanpun, di manapun dan dalam kondisi apapun. Begitulah yang dikatakan Allah swt dalam surat Ali Imran [3]: 191
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ…
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring…
Itulah diantara zikir yang pasti akan mendatangkan ketenangan hati yang hakiki dan permanen. Semoga bisa bermanfaat, amin.

Permainan Catur Dan Kehidupan

Permainan Catur Dan Kehidupan
Catur adalah salah satu permainan yang populer dan sudah dikenal luas di tengah masyarakat kita. Akan tetapi, apakah catur bagi kita hanya sebuah permainan yang hanya bersifat hiburan atau sekedar mengisi waktu luang? pernahkan kita menjadikan permainan catur itu sebagai pelajaran dalam menjalani kehidupan ini?
Jika saja kita mau memperhatikan permaianan catur dengan teliti, sungguh banyak pelajaran berharga yang bisa kita ambil dalam permainan tersebut untuk kemudian kita terapapkan dalam kehidupan ini. Permaian catur sebagaimana halnya semua permaian yang lain, tentulah memilki tujuan yang sama. Yaitu bagaiman kita meraih kemenangan atau mengalahkan lawan tanding. Seperti hlanya kehidupan yang sedang kita jalani, kemenangn tentu juga menjadi tujuan dan target utama kehidupan. Tidak ada seorangpu8n yang ingin den berharap kekalahan.
Dalam permainan catur ada empat hal yang mesti diperhatikan agar seseorang bisa mengalahkan lawan dan meraiah kemenagangan. Pertama, seorang pemian harus serius dalam menghadapai permainan. Serius artinya mencurahkan segenap perhatian dan kesungguhan. Seorang pemian catur yang hebat sekalipun, jika tidak serus bermain tentu dia akan bisa dikalahkan bahkan oleh oleh pemaian yang kemampuannya dibawah dirinya. Tentulah keseriusan tidak hanya diperlukan dalam permaianan catur, tetapi dalam segala aktifitas yang sedang dilakukan. Keseriusan adalah kunci keberhasilan. Sebuah pepetah Arab mengatakan, “man jadda wajad/siapa yang bersungguh-sungguhg pasti mendapat”.
Kedua, seorang pemain catur harus teliti. Teliti artinya memperhitungkan setiap langkah dan gerak yang akan diambil, serta memperhitungkan setiap langkah dan gerak lawan. Jika kita menjalankan sebuah bidiak catur, maka fikirkan apa akibat dari langkah tersebut, serta langkah pa yang akan diambil lawan. Begitu juga, jika lawan menjalankan sebuah bidak, maka pperhitungkan apa yang hendak dituju oleh lawan serta langkah apa yng haurs kita ambil.
Begitulah kehidupan ini semstinya kita jalani, perhitungkan setiap langkagh, jalan, atau keputusan yang hendak kitya ambil. Apa dampaknya, baik atau buruknya bagi diri kita. Apapaun pekerjaan yang dilakukan, jika dijalankan dengan penuh perhitungan dan keteltian tentulah dia akan mendapatkan keberhasilan. Buknakah ibadah yang mengnatrkan seseorang kepada kemenagan dan mendapatkan keampuanan, pahala yang besar setta sorga Allah adalah yang beribadah dengan teliti dan penuh perhitunagn? Lihatlah salah satu hadist nabi tentang ibadah puasa yang sukses, “siapa yang berpuasa dengan dasar iman dan penuh perhitunagan dan ketelitian (ihtisaban) pasti akan diampunio segala dosanya yang telah berlalu”.
Ketiga, seorang pemia catur harus sabardalam menghadapai permainan. Dia harus mamapu menahan diri, jika harus bertahan dia harsu tetap melakukannya kendatipun serangan lawan sudah bertubi-tubi. Dia harus mamapu menhan diri dari segala macam godaan, serangan dan gempuran lawan sambil mencarai waktu dan saat yang tepat untuk keluar dan melakukan serangan. Dia tidak boleh terpancing emosi dan ambisi untuk memakan bisak lawan yang belum tentu itu menguntungaklan. Kendaipun lawan sudah memberikan “perdana menterinya atau panglimnya untuk dimakan, namun kita tidak boleh terpancing yang bisa saja itu adalah taktik dan strtegi lawan untuk membunuh raja kita.
Begitulah kehidupan semstinya kita jalani dengan sabar dan tidak mudah terpancing prpopokasi orang lian. Ketidak mampuan menahan diri dalam menhan godaa dan tantangan akan menjadaikan seseorang atau sekelompok orang menderita kekalahan. Lihatrlkah sejarah, betapa umat SIlam mengalami kekalahan yang pahit dan menyakitkan pada peperanagbn Uhud, yang mana kemenagtan sudah didepan mata berobnah menjadai kekalhan. Itu terjadi akrena ulah sebgain sahabat yang toidak sabar dan tidak mamapu menhan diri terhadap godaan harta rampasa yang sudah bercerean ditinggal musuh. Mereka akhrinya turun darai puncakj bukit uhud sebagai pusat bernetngd an pertahanan mereka. Akhirnya pasukan lawan naiak ke atas bukit dan meghunai mereka dengan panah. Wal hasil, kekemanagan berubah menjadai keklahan telak. Begitulah pentingnaya kesabran dalam meraih keuksesan.
Keempat, seorang pemian catur harus memiliki konsentrasi dalam menghadapi permaian. Konsentrasi artinya focus atau mencurhakan perhatain sepenuhnya kepada apa yang sedang dihadapi, baik mata, telinga, hati maupun fikiran. Seseorang akan susah mencapai tujun yang hendak dicapai, jika mata, telinga, hati serta fikirannya tidak focus kepada apa yang dihadapi. Buknkah Allah telah menegaskan dalam surat al-Ahzab [33]: 4
مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ….
Artinya: “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya…
Hal itu menegaskan bahwa hatidan fikiran tidak bisa di bagai untuk dua hal yang berbeda. Pecahnya keonsesntarai seseorang akan menjadai seseorang terombang-ambing dalam mencapai tujuan yang hedak di wujudkan. Akhirnya, seseorang akan kebingunagan dan terhempas dari gelanggang permaianan.
Keempat hal yang disebutkan di atas haruslah dimilki oelh siapaun dalam melakoni sebuah tugas dan perkerjkaan agar memperoleh keberhasilam. Seorang siswa yang menuntut ilmu misalnya, tidak akan berhasil mendapatkan ilmu dan sukses dalam studinya, jika tidak memeilki keseriusan, mecunrhakan segenapa kemampuannya untuk menghadai pelajarannya. Memilki ketelitian, tidak cerobah, \bahkan siswa yang berhasil meraih nilai yang tinggi dalam ujian bukan hanya cerdas dan jenius tetapi juga harus telititi. Betapa banyak siswa yang jenius dan dikenal cerdas, tiba-toiba tidak lulusdalam ujian akhir, pemyebabnya adalah kecerobohan dalam mengerjaan soal-soal ujian. Begitu juga seorang siswa harus memilki kesabran, tidak mudah menyerah menghadapi kesulitan dnatantangan selama belajar, tidak mudah tergoda bernmacam macam gangguan belajrar dan seterusnya. Selanjutnya seorang siswa harus memilki konsnmtarsio dalam mengahadapi pelajaran. Jika dia tidak memfokuskan mata, telinga, hati dan fikiran dalam belajar dipastikan pelajaran tidak akan bisa diserap dan diperoleh. Begitu juga hal lainnya dari aktifitas yang hendak dilakukan seseorang, keempat hal tersebut mutlak harus dimilki untuk bisa mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.