Identitas seorang pelajar
Dahulu, ketika memasuki sekolah Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar, ada sebuah lagu yang selalu diajarkan para guru kepada anak-anak yang baru saja menyandang status pelajar atau murid. Lagu itu berbunyi:
Ada anak baru masuk sekolah
Pakai kaca mata rambutnya ekor kuda
Siapa namanya siti rohani
Di mana rumahnya di siampang kayu jati
Nomor berapa nomor sepuluh
Anak siapa anak ibu guru
Itulah bait-bait lagu yang sering dinyanyikan oleh para murid, baik di TK maupun di Sekolah Dasar. Mungkin, tidak ada murid yang tidak kenal atau hafal lagu ini. Akan tetapi, jarang sekali para murid yang hafal dan sering menyanyikan lagu ini, berupaya memahami pesan moral di balik bait-bait tersebut.
Bait-bait lagu di atas, seperti pilihan katanya bukanlah sesuatu yang tanpa makna dan kosong dari pesan-pesan moral. Mari kita lihat apa pesan yang ada di balik bait-bait lagu di atas.
Lagu ini menggambarkan seorang anak yang baru memasuki sekolah atau memulai hidupnya sebagai seorang pelajar. Adapun cirinya; Pertama, “Pakai kaca mata rambutnya ekor kuda”. Kaca mata bagi seseorang adalah symbol penampilan yang gagah dan menarik. Bukankah sudah menjadi hal yang berlaku umum, bahwa kacamata adalah bagian dari perhiasan yanag menjadikan seorang tampil indah dan menarik. Sementara rambut yang ekor kuda adalah tampilan seorang wanita yang terdidik dan merupakan wujud tampil rapi dan feminim. Dulu, sebelum jilbab populer di kalangan wanita Indonesia, ciri wanita yang terpelajar adalah rambutnya dikepang dua atau ekor kuda.
Dengan menyebutkan ciri anak baru yang pakai kaca mata dan rambutnya ekor kuda, menunjukan bahwa ciri dan identitas seorang pelajar adalah berpenampilan rapi, menarik, gagah dan indah. Jika seorang murid berpenampilan layaknya seorang “preman”, kusut dan “urakan” jelas itu bukan tampilan seorang terpelajar.
Kedua, “Siapa namanya siti rohani”. Kenapa namanya harus siti Rohani? Bukankah masih banyak nama lain, seperti Ratna, Tamara, Laura dst. Dengan menyebutkan nama dan panggilannya Siti Rohani, memberikan isyarat bahwa seorang siswa hedaklah memiliki “rohani” atau jiwa yang bersih. Jiwa yang bersih ini akan tampak dalam setiap yang keluar dari dirinya, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Rohani ynag bersih akan melahirkan akhlak yang mulia.
Oleh karena itu, seorang murid tidak hanya berpenampilan secara fisik gagah dan menarik, namun juga memiliki akhlak yang mulia. Begitu juga, hendaklah seorang murid dengan menyandang status sebagai pelajar selalu memperbaiki rohaninya yang akhirnya malahirkan akhlak yang terpuji. Semakin banyak ilmu dan pengetahuan seorang murid, maka rohaninya semakin bersih, semakin indah, semakin tajam. Seorang murid yang hakiki bukan hanya dikenal sebagai anak yang tampilannya gagah, namun juga menampilkan prilaku yang terpuji.
Ketiga, “Di mana rumahnya di jalan kayu jati”. Kenapa pilihannya harus kayu jati? Bukankah masih banyak kayu lain yang bisa disebutkan?
Kayu jati adalah kayu yang paling keras dan tangguh dari semua jenis kayu yang ada. Oleh karena kerasnya itulah, ia dijadikan bahan utama pembuatan perabotan rumah tangga. Kayu jati tidak lekas lapuk, tidak mudah terpengaruh oleh keadaan suhu dan cuaca, serta tidak mudah dilobangi dan dirusak kumbang dan rayap. Dengan menyebutkan identitas seorang murid yang tinggal di jalan kayu jati memberikan isyarat bahwa seorang murid haruslah memiliki tekad yang kuat, semangat yang tidak mudah patah serta tidak gampang putus asa ketika menghadapi tantangan dan kesulitan. Hendaklah seorang murid seperti kayu jati yang tidak mudah dipengaruhi lingkungan sekitarnya, tidak mudah dirusak oleh “kumbang atau rayap” perusak cita dan harapan.
Keempat, “Nomor berapa nomor sepuluh”, kenapa angka yang dipilih nomor sepuluh? Kenapa tidak angka satu, dua dan lai-lain?
Dalam aturan penilaian, angka sepuluh adalah angka tertinggi yang diberikan untuk penghargaan kepada seseorang. Angka sepuluh adalah symbol keistimewaan dalam penilaian. Angka ini adalah symbol prestasi terbaik. Dengan menyebutkan bahwa identitas murid itu dengan nomor rumah sepuluh memberikan isyarat bahwa seorang murid harus mencapai prestasi tertinggi dan terbaik. Jangan puas dengan angka sembilan apalagi dibawahnya.
Kelima, “Anak siapa anak ibu guru”. Kenapa murid tersebut anak ibu guru? Kenapa tidak anak pak tani, anak pedagang, pengusaha dan sebagainya?
Dalam system masyarakat Indonesia, guru menyandang status moral yang sangat tinggi. Guru disimbolkan sebagai manusia yang terbaik, karena dia memiliki kecerdasan, baik secara intelektual maupun spiritual. Guru adalah orang yang bisa di jadikan teladan.
Dengan menyebutkan bahwa murid itu anak ibu guru memberikan isyarat kepada setiap orang yang menjadi murid, hendaklah selalu menjaga harga diri dan kehormatan kedua orang tuanya. Janganlah kita mempermalukan orang tua kita. Teramat buruk kiranya persembahan seorang murid, jika seringkali kedua orang tuanya dipanggil ke sekolah karena harus mempertanggungjawabkan kelakuannya yang tidak terpuji. Apalagi, seringkali membuat ayahnya harus berususan dengan kepolisian, karena terlibat tawuran atau kejahatan kriminal lainnya.
Itulah pesan moral yang sangat agung dari untaian bait-bait lagu di atas. Jadikanlah sebagai pelajaran, semoga bermanfaat.
Rabu, 21 Januari 2009
Langganan:
Postingan (Atom)