Jumat, 28 Januari 2011

Rekayasa dan Intrik Manusia

Rekayasa dan Intrik Manusia

Bangsa ini sedang dihadapkan pada krisis hukum dan kepercayaan. Berbagai macam kasus rekayasa dengan mudah diciptakan di negeri ini. Teramat susah membedakan antara orang baik dan orang jahat. Orang baik dijebloskan ke dalam penjara, sementara orang jahat dipuja dan dielukan. Penegak hukum seenaknya membuat tuduhan dan da’wahan, demi menjerat orang yang akan mengganggu jalan jahat mereka. Adalah santapan berita setiap hari yang menghadirkan perdebatan sebuah kasus tentang siapa yang salah dan benar, siapa yang korban dan siap yang dikorbankan. Mulai dari kayus Antasari, Bibit-Candra, Susno Duaji hingga Gayus Tambunan. Begitu hebatnya manusia di negeri ini membuat rekayasa-rekayasa sehingga membuat rakyat kebingungan.
Sejenak marilah kita renungkan firman Allah dalam surat Yusuf [12]: 111 berikut:
لقد كان في قصصهم عبرة لأولي الألباب ما كان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيء وهدى ورحمة لقوم يؤمنون
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.


Kisah-kisah yang dimaksud adalah kisah nabi yusuf yang diuraikan mulai awal hingga akhir surat Yusuf ini. Banyak cerita yang dipaparkan Allah di dalamnya dengan berbagai tokoh serta beragam karakter. Begitu banyak pula pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Yusuf tersebut. Di antaranya adalah bagaimana rekayasa-rekayasa dan intrik-intrik yang dilakukan manusia demi terjaganya eksistensi dirinya. Misalnya;
Pertama, rekayasa yang dilakukan saudara-saudara Yusuf untuk menyingkirkannya karena didorong rasa iri dan dengki. Bagaimana mungkin ayah mereka lebih sayang kepada Yusuf dan saudaranya, padahal mereka lebih dulu lahir ke dunia dan jumlah mereka lebih banyak. Merekapun meminta izin agar ayahnya melepas Yusuf pergi bersama mereka ke subuah padang untuk bermain. Bujukan itu didasarkan keinginkan saudara-saudaranya supaya Yusuf bisa membuatnya bahagia bermain dan Yusufpun bisa makan dengan lahap bersama mereka. Yusuf memang semenjak kecil tergolong anak yang tidak suka atau susah diajak makan. Setelah sampai ke tempat yang dituju, mereka kemudian membuang Yusuf ke dalam sumur dan melumuri bajunya dengan darah binatang yang mereka sembelih. Saudara-saudara Yusuf kemudian menangis menghadap ayahnya setelah gelap malam dan mulai mengarang cerita serta pura-pura menangis bersedih karena Yusuf telah dimakan srigala. Ayah mereka nabi Ya’qub sebenarnya sudah mengendus aroma kejahatan mereka dengan memperhatikan baju Yusuf yang berlumuran darah, namun tidak ada sobekan atau bekas gigitan srigala. Karena tidak ada bukti yang kuat akhirnya Ya’qub hanya bisa pasrah menerima kenyataan dan hanya boleh bersedih.
Saudara-saudara Yusuf kemudian menikmati kejahatan hasi rekayasanya, namun Allah kemudian menyingkapkan rekayasa itu ketika mereka datang menemui Salah seorang pejabat Mesir untuk meminta makanan yang tidak lain adalah Yusuf saudara mereka sendiri. Mereka akhirnya mengakui kesalahan dan kejahtan mereka terhadap Yusuf. Seperti dalam surat Yusuf [12]: 97
قالوا يا أبانا استغفر لنا ذنوبنا إنا كنا خاطئين
Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)".

Kedua, rekayasa yang dilakukan oleh isteri pejabat Mesir sekaligus juga tuannya Yusuf yang bernama Zulaikhah. Zulaikhah yang jatuh cinta kepada Yusuf ingin menaklukannya untuk berbuat ma’siat bersamanya. Berbagai macam cara dan siasat dilakukan demi membujuk dan merayu Yusuf agar bersedia memenuhi keinginan syahwatnya. Yusuf tetap tidak bergeming untuk melakukan ajakan wanita tersebut. Akhirnya, Zulaikahpun merencakan kejahatan dengan cara mengurung Yusuf di dalam rumah dan mengunci semua pintu. Yusuf kemudian dipaksa untuk melayani keinginannya. Yusuf pun berusaha untuk lari, namun Zulaikhah mengejar dan menarik baju Yusuf hingga sobek. Tiba-tiba suami Zulaikhah datang dan memergoki mereka berdua. Zualikhahpun mulai merekayasa kasus, dengan menuduh Yusuf ingin memperkosanya. Sambil menangis Zulaikhah berusaha meyakinkan suaminya akan kebenaran ucapannya. Suami Zulaikhah sebenarnya juga mengendus adanya kejanggalan dan ketidakberasan, setelah melihat baju Yusuf yang sobek di bagian belakang. Tentunya jika Yusuf ingin memperkosa, maka bajunya pastilah sobek di bagian depan, bukan bagian belakang. Namun, karena yang dihadapi adalah orang berpengaruh, punya jabatan tinggi, memiliki kekuasaan, akhirnya Yusuf dijebloskan ke dalam penjara.
Zulaikhah boleh saja menikmati kejahatan hasil rekayasanya, sampai akhirnya Allah membuka tabir kejahatan itu di saat Raja Mesir hendak membebaskan Yusuf. Yusuf meminta syarat rehabilitasi namanya sebelum dikeluarkan dari penjara. Di situlah terkuak kebenaran bahwa yang bersalah dalam kasus “skandal seksual” dulu sebenarnya adalah Zulaikhah. Seperti dalam surat Yusuf [12]: 51
قال ما خطبكن إذ راودتن يوسف عن نفسه قلن حاش لله ما علمنا عليه من سوء قالت امرأة العزيز الآن حصحص الحق أنا راودته عن نفسه وإنه لمن الصادقين
Artinya: Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" Mereka berkata: Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan daripadanya. Berkata istri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar."
Begitulah akhir dari sebuah kasus rekayasa, di mana kebenaran pasti akan diperlihatkan Allah. Pelaku kajahatan rekayasa pasti akan mengakui sendiri kejahatannya jika waktunya sudah datang, dan pasti waktunya akan datang. Oleh karena itu, tidak perlu pesimis dengan gonjang-ganjing negeri ini, karena toh akhirnya Allah akan menunjukan siapa yang salah dan siapa yang benar.
Maka ambillah pelajaran dari kisah di atas, begitu pesan Allah. Semoga bermanfaat. Amin.

Tidak ada komentar: