Isra’ dan Mi’raj Wujud Kebersamaan Allah swt.
Rajab adalah bulan
yang memiliki makna dan arti yang sangat penting bagi seluruh umat Islam. Dimana setiap tanggal
27 bulan ini umat Islam memperingati
sebuah peristiwa besar yang pernah dialami Rasulullah Muhammad swa yang dikenal
dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Sebuah peristiwa luar biasa dimana beliau
diperjalankan Allah swt. pada malam hari dari masjid al-Haram di Makkah menuju
masjid al-Aqsha di Palestina, kemudian naik ke langit hingga titik terjauh yang
bisa dijangkau makhluk bernama Sidratul Muntaha untuk menerima perintah
shalat lima waktu yang kemudian menjadi ibadah pokok umat Islam. Sepanjang
perjalanan Isra’ dan Mi’raj bermacam takwil kejadian, prilaku dan sikap makhluk
diperlihatkan kepada beliau, hingga beliau bertemu dengan arwah para nabi
terdahulu lengkap dengan pesan dan kesan yang mereka sampaikan kepada nabi
Muhammad saw. Perjalanan yang
begitu singkat dan cepat namun meninggalkan bekas serta pengarauh yang sangat
mendalam dalam diri nabi Muhammad saw. yang kala itu sedang dilanda duka dan
prahara. Sebab, masa itu Nabi Muhammad saw bersama pengikut dan keluarganya
sedang dibaikot dan diisolasi dari pergaulan bangsa Arab karena aktifitas
dakwahnya yang berlangsnung selama tiga tahun. Di saat yang bersamaan beliau baru
saja beliau ditinggalkan oleh dua sosok yang sangat beliau cintai; Khadijah
isteri tersayang yang selama 25 tahun selalu setia mendampingi dan memberikan
support kepada beliau dan Abu Thalib paman tercinta yang telah merawat dan
membela beliau dengan penuh kasih sayang.
Isra’
dan Mi’raj bukan hanya sebagai bentuk perjalanan spiritual yang dijalankan nabi
Muhammad saw dalam rangka menerima perintah shalat, namun sesungguhnya juga
bertujuan menghibur nabi Muhammad saw dalam kedukaan yang sedang beliau pikul. Dalam
konteks ini Allah swt ingin menegaskan bahwa Dia selalu bersama Rasul-Nya itu
dan sedetikpun tidak pernah meninggalkannya. Dalam konteks ini menarik kita
cermati hubungan yang sangat erat (munasabah) antara penutup surat
al-Nahl [16]: 128 dengan pembuka surat al-Isra’ [17]: 1.
Dalam
akhir surat al-Nahl tersebut Allah berfirman,
إن الله مع الذين
اتقوا والذين هم محسنون
“Sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”.
Pada
ayat ini Allah swt menegaskan bahwa Dia akan selalu bersama (ma’a) orang
yang selalu menjaga dirinya dari segala aturan (muttaqin) dan orang yang
selalu berbuat yang terbaik dalam hidupnya (muhsinin). Dan Nabi Muhammad
saw adalah sosok manusia yang paling mampu menjaga diri (taqwa) untuk
selalu tuntuk dan patuh pada segala aturan Allah swt baik berupa suruhan maupun
larangan. Tidak satupun suruhan Allah swt yang dibaikan oleh beliau begitu juga
tidak satupun larangan-Nya kecuali beliau menjauhinya dengan sempurna. Sementara
dalam kesempatan yang sama beliau juga merupakan sosok yang memerankan sikap ihsan
dengan sempurna. Beliau selalu melakukan yang terbaik (ihsan) dalam
hidupnya kepada Allah swt dan kepada sesama manusia bahkan makhluk secara
keseluruhan. Lihatlah Rasulullah saw dalam hidupnya yang menghabiskan
malam-malamnya untuk beribadah sunat sementara beliau telah dijamin masuk sorga
demi ihsan-nya kepada Allah swt. Perhatikan bagaimana beliau
memperlakukan keluarga, teman, hingga orang yang memusuhinya sekalipun dengan
perlakuan terbaik bahkan lebih dari perlakuannya terhadap dirinya sendiri. Rasulullah
saw adalah sosok yang tidak mau memerintahkan siapapun untuk kepentingan
dirinya, apalagi meminta dirinya untuk dilayani orang lain. Bahkan jika sepatu
atau bajunya sobek, beliau menjahit dan menambalnya sendiri tanpa menunggu atau
menyuruh isterinya untuk menjahitkannya. Jika ada teman atau bahkan orang yang
selama ini sering memusuhi bahkan menyakiti beliau ditimpa musibah atau sakit,
maka nabi Muhammad saw adalah orang pertama yang datang, menjenguknya. Begitulah
sikap ihsan yang ditunjukan beliau dalam hidupnya, baik kepada Allah swt
maupun kepada sesama.
Sikap
inilah yang kemudian dibalasi oleh Allah swt dengan selalu menyertai beliau,
hingga pada saat beliau dalam kesulitan dan masalah Allah swt datang untuk
mengibur. Salah satunya adalah ketika beliau diajak melakukan perjalanan Isra’
dan Mi’raj yang terjadi pada suatu malam di bulan Rajab tahun kesepuluh masa
kerasulan beliau. Lihatlah firman Allah dalam surat al-Isra’ [17]: 1. “Maha
Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam
ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Pelajaran
berharga yang bisa kita petik dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini adalah bahwa
sikap hidup yang taat, patuh, menjaga diri dari segala aturan (taqwa)
dan sikap hidup selalu melakukan yang terbaik (ihsan) dalam setiap
pekerjaan adalah sumber lahirnya kebersamaan. Kebersamaan Allah swt dengan
manusia jika manusia tersebut mau menjaga diri dari segala aturan-Nya dan
melakukan segala amal perbutan dalam wujud yang terbaik. Kebersamaan manusia
dengan manusia juga lahir jika seseorang mau tunduk dan patuh pada aturan yang
telah dibuat selama tidak bertentangan dengan aturan Allah serta jika dia mampu
melakukan yang terbaik untuk orang lain.
Seorang
pegawai misalnya, yang selalu menjaga diri dari segala aturan kantornya dan
tidak pernah melanggar aturan tersebut. Sementara di sisi yang lain, dia
berusaha untuk selalu melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaannya. Dia bahkan
sudah datang sebelum pegawai lain datang ke kantor dan tidak pulang kecuali
semua orang sudah pulang dan meninggalkan kantor. Melakukan tugasnya melebihi
apa yang dituntut oleh kantor atau atasannya, maka tentu saja sang pegawai akan
selalu berada di hati sang bos atau bahkan teman-teman lainnya. Jika ada
kenaikan gaji misalnya, tentulah yang bersangkutan akan mendapat prioritas,
sementara jika terjadai pemecatan atau PHK karyawan tentu saja yang
bersangkutan akan menjadi yang terakhir masuk daftar pemecatan jika itu harus
terjadi. Penyababnya tentulah sikap taqwa dan ihsan dalam kehidupan yang
dijalaninya.
Seorang
pimpinan misalnya, yang selalu menjaga dirinya untuk selalu berada dalam aturan
kepemimpinan (undang-undang) serta berbuat yang terbaik terhadap rakyat yang
dipimpinnya tentulah sang pemimpin akan selalu berada di hati rakyatnya bahkan
seluruh rakyatnya akan selalu bersama dan berada di belakangnya ketika ada
masalah yang menghadangnya. Lihatlah Jokowi sang Gubernur “nyentrik” yang
ketika digertak oleh anggota DPRD DKI Jakarta dengan hak interpelasinya terkait
Kartu Jakarta Sehat (KJS) rakyat beramai-ramai membelanya. Kenapa? Jawabannya
tentu sikap taqwa dan ihsan-nya itu yang membuat dia tidak pernah
sendirian.
Taqwa Jokowi yang dimaksud adalah bagaimana dia tetap
komitmen menjaga janjinya saat kempanye dulu. Jokowi selalu teguh untuk
menjalankan segala aturan yang telah dirancang dan dibuatnya untuk kepentingan
rakyat DKI. Tentu kita masih ingat bagaimana Jokowi menghentikan pengerjaan
jalan sementara pembangunan Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah
Abang Jakarta hingga audit Badan Pemeriksa Keuangan selesai untuk melihat
apakah ada penyimpangan anggaran atau tidak. Dan tentu saja masih banyak lagi
contoh ketaqwaan Jokowi dalam hidupnya.
Sikap
Ihsan Jokowi dimaksud adalah bagaimana dia berlaku yang terbaik untuk
orang lain. Dia pemimpin yang rela menghabiskan waktunya untuk turun mendengar
keluhan rakyatnya, blusukan dari pasar ke pasar, dari tempat sampah ke tempat
sampah lain, dari kali ke kali yang lain, dari pemukiman kumuh ke pemukimam
kumuh lain demi melihat langsung keadaan rakyatnya. Sikpanya ihsan-nya
juga terlihat dari gaya hiduonya yang sederhana dan jauh dari kesan mewah
padahal dia bisa dan mampu melakukannya. Dan tentu saja yang tidak boleh
dikesampingkan sikap ihsan-nya yang tidak mau dilayani bahkan tidak
pernah berharap dilayani secara berlebihan oleh orang lain. Sikap taqwa dan
ihsan inilah yang pada gilirannya menjadikan Jokowi sosok yang tidak
akan pernah ditinggalkan oleh rakyatnya.
Begitulah
juga halnya dengan Allah swt terhadap hamba-Nya yang taqwa dan berlaku ihsan,
di mana Dia akan selalu bersama hamba-Nya itu dalam setiap kondisi dan keadaan
yang dilaluinya. Peristiwa isra’ dan mi’rajnya nabi Muhammad saw adalah bukti
betapa manusia yang taqwa dan ihsan akan selalu diseratai Allah swt dalam
setiap langkah perjalanan hidupnya.
1 komentar:
Did you realize there's a 12 word phrase you can say to your partner... that will induce intense emotions of love and impulsive appeal to you buried inside his chest?
That's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, look after and care for you with all his heart...
12 Words Who Trigger A Man's Desire Impulse
This impulse is so hardwired into a man's genetics that it will make him try harder than ever before to take care of you.
Matter of fact, triggering this mighty impulse is absolutely mandatory to having the best ever relationship with your man that the instance you send your man one of the "Secret Signals"...
...You'll immediately find him expose his heart and soul for you in a way he never expressed before and he will see you as the one and only woman in the galaxy who has ever truly fascinated him.
Posting Komentar