Minggu, 26 Februari 2012

Dunia Permainan?

Dunia Permainan?

“Dunia adalah panggung sandiwara” begitulah salah satu bunyi bait lagu yang pernah dipopulerkan oleh Ahmad Albar. Panggung sandiwara menunjukan bahwa dunia adalah sebuah pertunjukan di mana para tokoh dan pemain memerankan peran yang bukan sesungguhnya. Sandiwara adalah sebuah hiburan belaka karenanya sandiwara disebut karya fiktif dan khayalan. Benarkah dunia ini panggung tempat berakting, bertujuan hiburan semata dan bersifat kesenangan sesaat? Untuk menjawabnya, marilah kita lihat firman Allah dalam surat al-‘Ankabut [29]: 64
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya: ” Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
Betul, ternyata dalam ayat di atas Allah menyebut dunia sebagai sebuah senda gurau (lahwuni) dan permaian (la’ibun). Namun penyebutan dunia sebagai bentuk permainan bukan berarti melecehkan dan meremehkan dunia ini, namun penyebutan tersebut memiliki tujuan, maksud serta pesan mulia untuk kebaikan hidup manusia itu sendiri.
Pertama, dengan menyebut bahwa dunia adalah permainan tersirat pesan bahwa betapa terbatas dan singkatnya masa hidup di dunia ini, jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang akan dijalani manusia. Sebuah permainan apapun bentuknya pastilah memiliki limit dan batas waktu. Sepak bola misalnya, hanya dimainkan dalam waktu 2x45 menit, setelah itu pluit panjang akan dibunyikan pertanda berakhirnya pertandingan. Bola basket, bola voli, bulu tangkis dan sejenisnya adalah permainan yang dibatasi oleh hitungan, yakni jika sudah mencapai hitungan tertentu, maka otomatis permainan berakhir. Begitulah juga kehidupan di dunia, bahwa masanya sangat terbatas dan sedikit. Bukankah limit dan batas waktu yang kita lalui dalam sebuah pertandingan jika dibandingkan dengan masa keseluruhan hidup yang kita lalui, adalah sangat sedikit?
Dengan menyebutkan bahwa dunia adalah permainan, Allah swt mengingatkan manusia agar tidak terlena dengan dunia yang sesaat dan sebentar itu, karena ada kehidupan yang tidak terbatas waktu yang akan ditempuh yaitu akhirat. Maka persiapkanlah diri dengan sebaiknya menempuh kehidupan yang panjang tak berbats itu. Lihatlah firman Allah dalam surat al-Dhuha [93]: 4
وللآخرة خير لك من الأولى
Artinya: “dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu dari permulaan (dunia).”
Kedua, dengan menyebut dunia adalah permainan ada pesan bahwa betapa sedikitnya kegembiraan dan kebahagiaan dunia. Karema permaian sesungguhnya adalah hiburan sesaat. Jika permaian usai, maka kegembiraan juga selesai. Bukankah seorang anak tidak jarang menangis ketika waktu bermainnya habis? Begitulah dunia, bahwa kemegahan, kegembiraan, kesenangannya akan ikut berakhir dengan berakhir kehidupan dunia ini. Kita yang dulu berpangkat tinggi, hidup dimuliakan, kemana datang disambut seperti raja, jika bicara di ikuti tepuk tangan manusia, jika hendak pergi kendaraan siap antar-jemput dengan sopir yang setia membuka dan menutup pintu dan seterusnya. Akan tetapi, ketika sudah habis masanya, kematian datang mengakhiri kehidupan maka semua kemegahan hilang dan lenyap sudah. Betapa banyak orang yang dulu menyayangi, menghormati, mengagumi, serta mengelu-elukan kita ternyata secara bersama-sama pula mereka membenamkan jasad dan tubuh kita ke dalam lobang tanah. Tidak ada lagi teman, sahabat, isteri anak, pembantu dan sebagainya, semua pergi dan meninggalkan kita sendirian di tempat sempit, gelap dan pengap. Mana kegembiraan dan kesenanagan dulu? Mana kemulian dan kehormatan dulu? Semua berakhir karena waktu beramain juga berakhir, begitulah dunia.
Ingatlah, bahwa hanya kebahagian dan kegembiraan akhiratlah yang tidak akan berakhir. lihatlah firman Allah dalam surat al-Insan [76]: 11
فوقاهم الله شر ذلك اليوم ولقاهم نضرة وسرورا
Artinya: Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.

Ketiga, dengan menyebutkan bahwa dunia adalah permainan sesungguhnya ada pesan agar manusia tidak boleh lengah, lalai dan gagal dalam kehidupan dunia itu sendiri. Manusia harus serius hdiup didunia ini, mencari dan mengumpulkan dunia sebanyak-banyaknya, menjadi pemenang dalam segala hal, namun tentu kebrhasilan mengumpulkan dunia adalah digunakan sebagai bekal meraih kesenangan dan kebahagian hakiki di akhirat. Allah menginginkan manusia agar serius menjalankan hidup di dunia, karena apapun bentuk permaiannya sudah pasti tujuan para pemaian adalah meraih kemenangan. Adalah sangat menyakitkan bagi para pemain, bahkan juga penonton dan supporter jika timnya bermaian buruk sehingga menelan kekalahan. Bukankah sering kita saksikan terjadi keributan antar pemain bahkan antar supporter karena timnya menderita kekalahan. Andaipun dunia adalah panggung sandiwara, maka tentu saja kesungguhan dan keseriusan menjadi tuntutannya. Bukankah seorang aktor dinilai sukses, jika dia berakting dengan baik sehingga membuat penonton larut dalam cerita yang dibawakannya.
Begitulah kehidupan dunia, biarpun disebut permainan tetapi tuntutannya adalah bahwa para pemainnya meraih kemenangan dan kesuksesan hidup padanya. Karena kesuksesan dunia akan menjadi sarana dan jembatan meraih kesuksesan akhirat yang merupakan puncak segala kemenangan.
Empat, dengan menyebut hidup di dunia adalah permainan memberikan tuntunan kepada manusia agar tidak boleh menyerah dan putus dalam kehidupan ini sebelum permainan benar-benar dinyatakan berakhir. lihatlah permainan sepak bola, seringkali kemenangan ditentukan oleh menit-menit akhir sebelum pluit panjang dibunyikan. Sehingga, saat-saat sebelum pluit panjang dibunyikan merupakan waktu yang paling krusial dalam sebuah permainan untuk meraih sukses dan kemenangan.
Oleh karena itu, dalam menjalani hidup di dunia ini tidak boleh ada kata pasrah, menyerah apalagi kalah sebelum bertanding. Teruslah berjuang tanpa henti sebelum ajal benar-benar datang mengakhiri hidup ini. Tidak boleh ada istilah terlambat, sudah tua, cukuplah sampai di sini, dan sebagainya untuk berbuat amal kebajikan dan memperbaiki diri guna meraih sukses dunia dan akhirat. Ingatlah pesan Nabi saw! Bahwa taubat seseorang masih diterima Allah sebelum nywanya sampai ditenggorokannya.
Semoga ada manfaatnya, wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: