Sahabat Sejati
Jika sebelumnya kita sudah bicarakan kriteria orang yang tidak boleh dijadikan teman dan sahabat, seperti tertera dalam surat al-Qalam [68]: 8-13, maka dalam tulisan ini akan kita lihat pula penjelasan Allah dalam al-Qur’an tentang siapa yang semestinya dan layak kita jadikan teman dan sahabat. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa keberadaan teman dan sahabat adalah sangat penting dalam kehidupan seseorang, bukan hanya untuk membantu memenuhi kebutuhan hidupnya, meringankan beban dan masalah, namun juga dalam membentuk sikap, watak dan prilaku.
Petunjuk tentang orang yang boleh dan layak kita jadikan teman dan sahabat itu terdapat dalam surat an-Nisa’ [4]: 69-70, seperti berikut;
ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا. ذلك الفضل من الله وكفى بالله عليما.
Artinya: “dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (69). yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.(70).
Berdasarkan ayat di atas, terdapat beberapa kelompok manusia yang dikategorikan teman terbaik, mereka adalah;
Pertama, para nabi dan rasul Allah. Adalah hal yang tidak akan diragukan lagi bahwa nabi dan rasul Allah adalah manusia terbaik karena mereka adalah makhluk pilihan Allah. Tidaklah heran, misalnya jika kita baca riwayat hidup para sahabat, di mana mereka berlomba-lomba untuk bisa sedekat dan sesering mungkin bersama Rasulullah saw. Bahkan ada sahabat yang akhirnya disebut ”Abu Hurairah/ Bapak kucing kecil”. Abu Hurairah dinamakan demikian, karena sikapnya kepada Rasulullah yang mirip dengan sikap anak kucing dengan tuannya. Lihatlah sifat anak kucin, yang bila tuannya pulang ia yang pertama menyambut dengan mengeluskan tubuhnya di kaki tuannya itu. Bila tuannya duduk, anak kucing biasanya juga ikut duduk atau berputar-putar di sekitar tuannya. Begitulah Abu Hurairah dengan Rasulullah saw. Yakni di mana ada Rasulullah disitulah terlihat Abu Hurairah. Hal itu juga dilakukan oleh para sahabat lain, karena mereka tahu bahwa Rasulullah adalah teman dan sahabat terbaik. Semakain dekat dan sering bersama Rasulullah, maka semakin banyak pula pelajaran dan kebaikan yang akan diperoleh.
Untuk saat sekarang, tentu para nabi dan rasul tidak akan kita temui lagi karena memang masa kenabian dan karusulan sudah berakhir. namun ingat, bahwa nabi dan rasul memiliki pewaris, mereka adalah para ulama. Maka ayat ini memberikan petunjuk, bahwa jika ingin mencari teman maka manusia terbaik untuk dijadikan teman adalah para ulama sebagai penerus para nabi dan rasul. Kenapa para ulama disebut teman terbaik? Mereka disebut orang terbaik bukan hanya kerena ilmunya yang luas, namun juga dipandang sebagai manusia yang paling bertaqwa kepada Allah. Lihat firman Allah dalam surat Fathir [35]: 28
ومن الناس والدواب والأنعام مختلف ألوانه كذلك إنما يخشى الله من عباده العلماء إن الله عزيز غفور
Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.
Dengan menjadikan teman orang yang memiliki ilmu yang luas serta memiliki sifat taqwa kepada Allah swt. diharapkan ilmu dan ketaqwaannya juga menular kepada kita. Karena seperti yang dijelaskan bahwa teman akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan prilkau kita. Paling tidak dengan berteman dengan para ulama akan bisa mengobati penyakit hati kita, begitulah lebih kurang sabda Rasulullah.
Kedua, Para shiddiiqiin yaitu mereka yang terkenal sebagai orang benar lagi membenarkan. Para shiddiqin bukan hanya benar dalam setiap perkataan, sikap dan perbuatannya, namun juga mudah menerima kebenaran. Seorang yang benar tentu saja jauh dari sikap dusta dan bohong, dan sikap ini jelas akan menjadikan kita merasa nyaman berteman dengan seseorang. Karena teman yang pendusta dan pembohong, pada saat tidak menguntungkan dia tidak akan segan berbohong untuk menjadikan kita celaka dan demi keselamatan dirinya sendiri. Bukankah bohong adalah ciri orang munafik, yang dalam istilah modern juga disebut manusia opurtunis? Bukankah opurtunis berarti orang yang lebih mengutamakan peluang dan keuntungan, walaupun harus mengorbankan pihak lain? Maka carilah teman yang memiliki sikap benar!
Sikap benar belum cukup untuk menjadikan seorang teman, namun juga harus punya sikap membenarkan. Sikap membenarkan berarti sikap di mana seseorang gampang dan mudah menerima kebenaran pihak lain. Sering ditemukan banyak orang yang mamapu bicara benar, tapi sangat sulit menerima kebenaran orang lain. Dia hanya merasa bahwa kebenaran itu hanya milik dirinya sendiri. Manusia seperti ini adalah tipikal manusia egois dan sombong. Sikap ini sangat tidak disukai Allah, namun disenangi iblis dan syaithan karena memang syaithan diusir dari sorga karena sikap egois dan sombong tersebut. maka berteman dengan shiddiqin sangatlah indah, karena bukan hanya kita yang akan mendapatkan kebenaran, namun kita juga bisa menyampaikan kebanaran kepadanya. Dengan demikian, pastilah cara pertemanan seperti itu akan memudahkan komunikasi serta terjaminnya kelanggengan dan keharomonisan hubungan.
Tiga, para syuhada’ yang dalam pengertian sederhana selalu diartikan sebagai orang-orang yang mati syahid. Tentu saja tidak mungkin kita di dunia ini akan berteman dengan syuhada’, jika mereka adalah orang-orang yang telah terbunuh di jalan Allah. Namun demikian, kita bisa mengambil makna hakiki dari syuhada’ dalam bentuk sikap yang dimilikinya. Yaitu para syuhada’ adalah orang-orang yang tidak pernah takut membela dan menegakkan kebenaran. Maka berteman dengan para syuhda’ bisa diartikan berteman dengan orang-orang yang memiliki sikap hidup selalu menegakkan kebenaran dan tidak pernah merasa takut selama dalam kebenaran itu sekalipun nyawa mereka menjadi taruhannya.
Di sisi lain, harus juga diingat bahwa kata al-syuhada’ tidak selalu berarti orang yang mati di jalan Allah, karena dalam beberapa ayat lainnya kata ini juga berarti penolong (Q.S. al-Baqarah [2]: 23, orang yang hadir (al-Baqarah [2]: 113), saksi (al-Baqarah [2]: 282, dan bahkan juga berati patokan, ukuran, patron dan seterusnya. Lihatlah misalnya firman Allah dalam surat al-Baqarah [2]: 143.
وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا....
Artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi (patron) atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi (ukuran) atas (perbuatan) kamu..”.
Patron berati seseorang adalah ukuran bagi kebanyakan orang. Tolak ukur biasanya selalu bermakna posistif, di mana seorang yang dianggap terbaik, lalu dijadikan timbangan bagi kebaikan orang lain. Ibarat timbangan, patron berarti sesuatu yang dipakai dan diletakkan di satu anak timbangan untuk mengukur berat benda lain yang diletakkan di mata timbangan yang lain. Maka jika seseorang disebut ukuran bagi orang lain, pastilah dia manusia terbaik dan memiliki sikap-sikap terbaik sehingga layak menjadi ukuran bagi orang lain.
Berteman dengan orang yang demikian, tentu akan sangat menguntungkan. Karena, seperti yang sudah populer diungkapkan bahwa teman seseorang adalah gambaran utuh tentang dirinya. Seorang yang terhormat, tentulah akan menjikan orang terhormat pula menjadi temannya. Maka bertemanlah dengan manusia terbaik, karena andaikata anda belum bisa menjadi terbaik dan menjadi patokan orang lain seperti teman anda, minimal anda akan terhidar dari pandangan dan anggapan negatif disebabkan kemuliaan teman yang anda miliki.
Empat, orang-orang saleh yaitu mereka yang selalu berbuat baik dan mendatang mashalahat baik untuk dirinya maupun orang lain. Seorang yang shalih tidak akan berbuat rusak (fasad) baik terhadap dirinya juga orang lain. Jika seseorang tidak segan membuat keruskan dan kebinasaan untuk dirinya sendiri, maka tentulah dia tidak akan segan dan malu pula untuk merusak orang lain, termasuk orang yang dianggapnya sebagai teman atau sahabat.
Oleh karena itu, bertemanlah dengan orang shalih, sehingga anda selamat dari kerusakan dan kebinasaan. Ingatlah bahwa nanti di akhirat sebagian manusia yang divonis sebagai penghuni neraka, ternyata menyesal karena telah salah dalam memilih teman sehingga dia menjadi penghuni neraka. Lihatlah firman Allah dalam surat al-Furqan [25]: 28
يا ويلتى ليتني لم أتخذ فلانا خليلا
Artinya: “Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab (ku).”
Semoga bermanfaat, wallahu a’lam.
Minggu, 26 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar