Burung Dara Dan Seekor Tikus
Dikisahkan sekelompok burung dara yang berjumlah ratusan ekor atau bahkan ribuan selalu terbang melintasi sebuah daerah. Ternyata selama ini, ada seorang pemburu yang setiap hari memperhatikan rute terbangnya gerombolan burung dara tersebut. Suatu hari, pemburu itu memasang umpan dan jerat di sebuah lokasi tempat melintasnya gerombolan burung dara. Tidak lama kemudian, gerombolan burung darapun terbang melintasai kawasan yang sudah dipasang jerat oleh pemburu tadi. Beberapa ekor burung dara ternyata melihat umpan yang ditaburkan oleh pemburu, sehingga mereka berteriak "Itu ada makanan dibawah, marilah kita turun!". Ternyata gerombolan burung dara itu memiliki raja yang memimipin mereka. Raja burung itu mengingatkan agar berhati-hati karena bisa saja itu jebakan. Ternyata dugaan raja burung tidak melesat, karena setelah semua mereka turun pemburu langsung menarik jeratnya hingga semua burung dara terjerat di jeratnya sang pemburu. Semua mereka meronta melepaskan diri dari jerat yang mengikat mereka, namun usaha mereka sia-sia saja. Akhirnya raja burung mengingatkan akan kebersamaan seraya berkata “Wahai saudara-saudaraku! bila masing-masing kita berjuang sendiri-sendiri, maka saya yakin semua kita akan celaka, marilah kita semua bersatu, kita kumpulkan semua kekuatan yang kita miliki, saya akan menghitung sampai tiga kali dan hitungan ketiga kita terbang secara serentak sehingga jerat ini bisa kita terbangkan”. Sesuai dengan instruksi raja burung dara semuanya secara serempak terbang dan menghasilkan kekuatan yang sangat besar, hingga jerat sang pemburu tercabut dan dibawa terbang oleh gerombolan burung dara.
Sang pemburu tenyata mengikuti arah terbangnya gerombolan burung dara, karena dia yakin nanti burung itu akan letih dan akan jatuh secara bersamaan. Raja burung dara mengetahui bahwa mereka diikuti, kemudian memerintahkan kawan-kawanya sambil berkata "Marilah kita terbang ke balik bukit itu, karena saya yakin pemburu itu tidak akan bisa mendakinya dan di balik bukit itu ada teman saya seekor tikus, marilah kita ke sana untuk meminta bantuannya melepaskan kita semua dari ikatan jerat ini”. Atas saran raja mereka, semua burung dara mengikutinya hingga sampailah mereka di balik bukit yang ditunjukan oleh raja mereka dan turunlah mereka di depan lobang tikus; sahabat raja burung dara itu. Raja burung dara berseru memanggil temannya tikus. Tak lama kemudian keluarlah tikus sahabatnya sambil bertanya keheranan "Apa yang terjadi sahabatku? Kenapa kakimu terjerat?". Raja burung menjelaskan peristiwa yang telah mereka alami dan berkata "Itulah maksud kedatangan saya dan teman-teman saya, meminta bantuanmu". Sang tikus lalu bergegas menuju kaki raja burung dara sahabatnya itu dan bermaksud melepaskan ikatan tali dari kakinya. Namun raja burung itu mengelak sambil berkata "Jangan saya yang engkau tolong terlebih dahulu, tetapi lepaskanlah tali ini dari kaki kawan-kawanku". Tikus menjadi heran dan bertanya "Ada apa denganmu? Bukankah engkau perlu bantuan?". Raja burung menjawab " Betul, saya perlu bantuanmu, tapi bila saya yang engkau tolong terlebih dahulu, saya khawatir karena jumlah kami banyak, engkau akan kehabisan tenaga sebelum semua kami engkau lepaskan dari ikatan ini. Dan mungkin engkau akan berhenti dan membiarkan mereka terjerat, karena antara engkau dan mereka tidak ada ikatan apa-apa, engkau hanya bersahat denganku. Nemun, bila aku yang engkau bebaskan terakhir, walaupun engkau mengalami kelelahan dan kepayahan disaat engkau melepaskan ikatan ini, namun ketika engkau masih melihatku terjerat, engkau pasti merasa kasihan dan akan tetap bersemangat serta tidak akan berhenti sampai semuanya bisa lepas dari ikatan ini". Sang tikus merasa sangat kagum dengan sikap temannya sebagai raja, terhadap bawahan dan rakyatnya.
Dari kisah di atas, dapat diambil sebuah pelajaran tentang bagaimana sikap seorang pemimpin dalam memberikan pengayoman kepada rakyatnya. Seorang pemimpin hendaklah lebih mendahulukan keselamatan dan kemashlahatan rakyatnya di atas keselamatan dan kepentingannya sendiri. Pemimpin sepeerti itu adalah pemimpin yang menjadi teladan bagi masyarakatnya. Kepemimpinan seperti itulah yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para khalifah ar-Rasyidun sesudahnya. Bahkan Umar bin Khattab ra. pernah berkata “Bilamana umat ini ditimpa kelaparan biarlah, saya yang pertama merasakan lapar itu, namun bilamana umat ini merasa kekenyangan biarlah saya orang terakhir yang merasakan kenyang itu". Itulah bentuk seorang pemimpin (imam) yang selalu mengedepankan kebaikan dan kepentingan rakyatnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar