Sulaiman dan Sahabatnya
Konon, pada masa nabi Sulaiman as. hiduplah seorang manusia yang bersahabat dengan nabi Allah tersebut. Hampir setiap hari dia berada di istana Sulaiman untuk belajar sekaligus membantu pekerjaan istana. Suatu ketika, datanglah malaikat maut ke istana Sulaiman dalam wujud manusia. Dalam pertemuan di istina, sahabat Sulaiman tersebut melihat manusia yang aneh dan baru kali ini dia dilihatnya berada di istana. Orang itu memandang kepadanya dengan pandangan yang menakutkan.
Setelah usai pertemuan dia bertanya kepada Sulaiman tentang manusia yang baru datang ke istananya. Nabi Sulaiaman mengatakan bahwa orang itu adalah malaikat maut yang datang bertamu kepadanya. Mengetahui bahwa yang baru dilihatnya adalah malaikat maut, dia menjadi takut terlebih ketika mengingat pandangan orang itu kepadanya. Dia berfikir jangan-jangan kedatangan orang itu adalah untuk mengambil nyawanya. Kemudian, dia meminta tolong kepada Sulaiman as. agar memerintahkan angin untuk membawanya ke suatu negeri yang jauh - yang dalam kisah itu disebutkan negeri Cina - untuk menghindarkan diri dari malaikat maut tersebut.
Atas desakan sahabatnya Sulaiman as. memperkenankannya, lalu memerintahkan salah satu tentaranya; angin untuk membawa sahabatnya ke negeri jauh tersebut (Cina). Tidak lama kemudian, malaikat maut datang lagi ke istana Sulaiman dalam wujud yang sama. Sesampainya di istana, ia tidak lagi melihat manusia yang ditemuinya kemarin berada di sana. Malaikat maut bertanya kepada nabi Sulaiman tentang keberadaan laki-laki tersebut. Sulaiman menjelaskan apa yang terjadi dan kemudian berkata, “Dan sekarang sahabatku itu telah berada di negeri Cina karena takut kedatangan engkau untuk mengambil nyawanya”. Malaikat maut menjawab sambil tersenyum “Itulah yang membuat aku resah sewaktu datang ke sini hingga aku menatapnya. Sebab, Allah memerintahkan aku mengambil nyawanya di negeri Cina, sementara kemarin dia masih berada di sini, sehingga aku khawatir tidak bisa menjalankan perintah Allah. Namun, jika sekarang dia sudah di sana, agaknya saya perlu ke sana secepatnya supaya tugas saya cepat pula selesai”.
Dari kisah di atas dapat diambil beberapa pelajaran; Pertama, kematian adalah sesuatu yang tidak akan bisa dihindari manusia kedatangannya. Betapapun dia berusaha untuk menjauhinya, kematian pasti datang kepada manusia itu jika ajalnya sudah datang. Bahkan, dengan usaha menghindari kematian itulah kadangkala manusia menemuinya. Dalam surat al-Jumu’ah [62]: 8 Allah swt. berfirman
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ
Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu…”
Begitu juga dalam surat an-Nisa’ [4]: 87
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ…
Artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”.
Kedua, seperti halnya saat kematian, manusia juga tidak akan tahu di mana tempatnya dia akan mati. Seringkali manusia enggan naik pesawat karena takut jatuh, namun betapa banyak pilot yang setiap hari naik pesawat matinya di atas tempat tidur. Seringkali manusia takut naik kapal karena khawatir akan tenggelam, akan tetapi betapa banyak nakhoda yang setiap hari di laut matinya di rumah sakit, dan seterusnya. Dengan demikian, tempat atau di mana kematian manusia datang adalah rahasia Tuhan, sama seperti saat kematian itu sendiri. Firman Allah dalam surat Luqman [31]: 34
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Oleh karena itu, yang paling bagus adalah mempersiapkan diri menghadapi kematian, bukan menghindar ataupun mengharap agar ia datang lebih cepat. Sebab, betapapun manusia menghindarinya kematian pasti menjemput sekalipun dia bersembunyi di dalam peti besi yang dikunci rapat. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah mengingatkan, “Manusia yang paling pintar adalah yang paling banyak ingatannya akan kematin dan paling banyak pula persiapannya menghadapi kematian itu”.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar