Manusia Dalam Pandangan Al-Qur’an
Manusia adalah makhluk yang paling banyak dibicarakan Allah swt dalam al-Qur’an. Bahkan dalam wahyu yang pertama kali turun surat al-‘Alaq [96]: 1-5, kata manusia (al-insân) disebutkan sebanyak dua kali. Hal itu memberikan isyarat, bahwa pada hakikatnya manusia adalah objek yang paling utama dan paling dominan dibicarakan dalam al-Qur’an.
Namun jika kita rujuk al-Qur’an, pembicaran Allah swt tentang manusia terbagai ke dalam dua tema besar. Pertama, Allah memuji manusia dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Dan kedua, Allah mencela manusia dengan segala keburukan yang dimilikinya. Pujian Allah di antaranya dalam surat at-Tin [ 95]: 4
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya: “Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik penciptaan.”
Manusia sebagai makhluk paling sempurna, karena dialah jenis ciptaan Allah swt yang paling terakhir. Dalam dunia tekhnologi yang dikenal manusia, ciptaan dan temuan terakhir tentu saja yang lebih baik atau paling canggih dari sebelumnya. Kecanggihan manusia itu bukan saja dari sudut struktur fisik yang memang tidak akan tertandingi oleh jenis makhluk apapun, seperti susunan mata, telinga, tangan, kaki, dan semua organ tubuh lainnya. Tetapi kesempurnaan manusia karena dilengkapi dengan unsur rohani dari Tuhan (Q.S. Shad [38]: 71-71). Inilah yang tidak dimiliki makhluk lain, termasuk malaikat sekalipun.
Pujian yang lain adalah seperti yang terdapat dalam surat al-Isra [17]: 70
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي ءَادَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Artinya: “Sungguh telah Kami muliakan anak cucu Adam dan telah Kami angkut mereka di daratan dan dilautan dan Kami beri rezeki mereka dengan yang biak-baik dan telah Kami lebihkan mereka dari semua ciptaan Kami dengan banyak kelebihan.”
Allah swt memuji manusia, karena telah memberikan kelebihan akal kepada mereka. Dengan kemampuan akal tersebut, mereka menciptakan berbagai fasilitas yang akan mempermudah kehidupan di dunia, seperti menciptakan kendaraan berupa mobil, kereta api, kapal, pesawat dan sebagainya. Kemudian, Allah swt memuji mereka dengan telah memberikan rezeki yang baik untuk mereka. Berbeda dengan binatang, yang hanya diberi rezeki terbatas dan kadangkala sisa manusia, seperti yang dinikmati kucing, anjing dan sebagainya. Binatang tersebut, bukan hanya sisa manusia yang menjadi rezekinya bahkan juga kotoran manusia. Sangat berbeda sekali dengan manusia, yang diberi rezeki dari yang baik, sehat lagi dimasak.
Di sisi lain Allah swt mencela manusia, diantaranya seperti yang terdapat dalam surat Ibrahim [14]: 34
…إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Artinya: “…Sesungguhnya manusia benar-benar zhalin dan kufur.”
Begitu juga dalam surat al-‘Adhiyat [100]: 6
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
Artinya: “Sesungguhnya manusia terhadap Tuhanya benar benar ingkar.”
Betapa manusia tidak berhak disebut zhalim dan ingkar, karena Allah swt telah memberikan semua fasilitas dunia untuk mereka. Namun, mereka tetap saja tidak puas dengannya, berlaku tama’, rakus, sombong, serta tidak mau sujud kepada Allah swt.
Celaan Allah yang lain seperti yang terdapat dalam surat al-Kahfi [18]: 54
…وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
Artinya: “…Manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.”
Suatu sikap buruk manusia adalah bahwa dia tidak pernah senang dan betah dalam satu keadaan. Ketika Allah swt memberikan hujan, mereka gelisa dan meminta panas. Saat diberikan panas mereka tetap gelisah, dan meminta hujan begitulah seterusnya. Itulah sikap seperti yang ditunjukan umat bani Israel sebagaimana diceritakan Allah swt dalam surat al-Baqarah [2]: 61. Ketika mereka dalam kondisi kelaparan lalu Allah mendatangkan makanan enak dari sorga manna dan salwa, namun mereka selalu meminta yang lain dengan alasan bosan dan jemu dengan satu jenis makanan saja, sehingga Allah swt datangkan kehinaan kepada mereka.
Celaan Allah swt yang lain seperti terdapat dalam surat al-Ma’arij [70]: 19-21
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا(19)إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا(20)وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا(21)
Artinya: “Sesungguhnya manusia adalah diciptakan keluh kesah. Apabila dia ditmpa kesulitan dia gelisah. Namun apabila ditimpa nikmat dan harta mereka sangat kikirnya.”
Bila diperhatikan kedua hal di atas, baik pujian maupun celaan Tuhan keduanya tidaklah saling bertentangan, jika dikembalikan kepada pembicaraan Allah swt tentang asal kejadian manusia itu sendiri. Dalam surat Shad [38]: 71-71 dan surat Sajadah [32]:7-9, Allah swt menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari dua unsur. Pertama, jasmani diciptakan dari tanah yang dari unsur yang sama, Allah swt juga menciptakan binatang. Kedua, rohani yang merupakan bagian dari roh Allah yang suci, karena berasal dari Zat Yang Maha Suci. Dengan demikian, manusia sebagai makhluk yang tersusun dari dua unsur tersebut, berpeluang menjadi makhluk yang sangat mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat dan mendapatkan pujian Tuhan kalau yang berkuasa dalam dirinya adalah rohani yang suci. Namun sebaliknya, manusia berpeluang menjadi makhluk yang hina, bahkan lebih rendah dari binatang dan mendapatkan celaaan Tuhan, sekiranya yang menguasai dirinya adalah jasmani yang berasal dari tanah untuk melakukan hal-hal yang rendah sesuai keinginan nafsunya. Itulah yang disebutkan Allah dalam surat asy-Syams [91]: 8-10
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا(8)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا(9)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا(10)
Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kedalam diri manusia potensi jahat dan potensi baik. Maka beruntunglah orang yang selalu mesucikan jiwanya (mengasah dan mengasuh potensi baiknya). Dan merugilah orang yang mengotori jiwanya (membiarkan rohaninya kotor oleh karena mengikuti kehendak hawa nafsunya).”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar