Senin, 30 Juni 2008

PerbuatPerbuatan Yang Menjauhkan Manusia Dari Keberuntungan

Perbuatan Yang Menjauhkan Manusia
Dari Keberuntungan

Kata kemenangan dan keberuntungan, adalah kata yang selalu menjadi impian dan keinginan setiap manusia. Tidak ada seorang manusiapun yang menginginkan kerugian dan kekalahan. Bahkan dalam sehari, kita umat Islam tidak kurang dari lima belas kali diseru oleh mu’azin untuk memperoleh kemenangan (haiya ‘ala al-falâh). Sebab, orang yang beruntung dan menang itu, Allah swt janjikan sebagai pewaris sorga Firdaus (Q.S. al-Mu’minun [23]: 1-11 ). Namun demikian, tidaklah seluruh manusia akan mendapatkan kemenangan dan keberuntungan tersebut. Dalam al-Qur’an Allah swt sebutkan lima perbuatan yang menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan kemenangan dan keberuntungan. Yaitu
1. Pelaku Penganiayaan
Seperti firman Allah swt dalam surat al-An’am [6]: 21
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Artinya: “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.”
Sikap zhalim pada prinsipnya adalah perbuatan yang dapat merugikan, apakah yang dirugikan orang lain atau diri sendiri. Oleh karena itu, merokok misalnya sekalipun tidak merugikan orang lain, namun tetap saja dianggap zhalim karena merugikan diri sendiri. Pecandu narkoba, miras dan sejenisnya, juga disebut sebagai pelaku kezhaliman. Seorang siswa yang malas dan meninggalkan pelajarannya, juga disebut pelaku kezhaliman. Apalagi mencuri, membunuh, berzina dan sebagainya yang sudah sangat jelas larangan dan mudharatnya. Semua perbuatan yang prinsipnya merugikan, sudah pasti tidak akan membawa keberuntungan baik di dunia apalagi kelak di akhirat.

2. Pelaku tindak kriminal/ kejahatan
Seperti yang terdapat dalam surat Yunus [10]: 17
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ
Artinya: “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa (pelaku kejahatan).”
Di antara tidakan kriminal, adalah tindakan yang membuat orang lain merasa tidak senang dan terganggu haknya, seperti merampok, membunuh, memperkosa, meneror dan sebagainya. Kalaupun manusia memperoleh keuntungan dari perbuatan tersebut secara kasat mata, namun pada hakikatnya mereka merugi. Andaipun di dunia mereka bisa melepaskan diri dari jeratan hukum manusia, namun di akhirat tidak ada satupun perbutan jahat manusia yang bisa tersembunyi.
3. Pelaku sihir
Seperti firman Allah swt dalam surat Yunus [10]: 77
قَالَ مُوسَى أَتَقُولُونَ لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَكُمْ أَسِحْرٌ هَذَا وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُونَ
Artinya: “Musa berkata: "Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini?" padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan.”
Sihir diartikan sebagai sebuah kemampuan luar biasa yang dimiliki seseorang. Namun, ia berbeda dengan mu’jizat, irhash, dan karamah, karena ketiga hal tersebut bersumber dari Allah swt. Sementara, sihir bersumber dari syaithan, jin atau iblis. Memang salah satu strategi syaithan merekrut pengikutnya adalah melalui ilmu sihir, disebabkan kecendrungan sebagian manusia untuk hal-hal yang berbau supernatural dan melebihi manusia lain. Salah satu kerugian dari pelaku sihir, adalah jauh dari Allah swt karena dia adalah pengikut syaithan. Seorang yang jauh dari Allah swt akan jauh pula dari rahmat-Nya dan dekat dengan azab-Nya, baik dunia maupun di akhirat.
Betapa tidak merugi, misalnya orang yang memiliki ilmu sihir harus mengorbankan orang lain, bahkan kalau tidak ada yang lain keluarga sendiri sebagai tumbal demi memenuhi permintaan ilmu sihir itu. Atau seseorang rela tidak mandi berbulan-bulan atau bahkan tahunan, demi memenuhi persyaratan ilmu tersebut. Bukankah itu sangat menyiksa manusia itu sendiri?
4. Pelaku kebohongan atas Allah
Seperti yang terdapat dalam firman Allah swt surat Yunus [10]: 69
قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
Artinya: “Katakanlah sesungguhnya orang-orang yang mengada-ada kebohongan atas Allah tidak akan pernah beruntung.”
Orang yang mengada-ada berarti membicarakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataannya. Dalam bahasa sehari-hari disebut “besar mulut” atau “gadang ota” (bahasa minang). Hal tersebut, juga bentuk dari kebohongan yang menjadi bagian dari dosa dan membuat manusia merugi. Di dunia akan dikucilkan dari pergaulan sehari-hari, dikarenakan hilangnya kepercayaan manusia terhadapnya, dan di akhirat akan disediakan azab yang pedih dalam neraka. sebab, tempat para pembohong adalah neraka yang paling bawah/ kerak neraka, seperti firman Allah swt dalam surat an-Nisa’ [4]: 145.
5. Orang kafir
Hal itu disebutkan Allah swt dalam firman-Nya surat al-Mu’minun [23]: 117
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

Artinya: “Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.”
Kafir secara harfiyah berarti ingkar. Namun demikian, dalam al-Qur’an ditemukan banyak perbuatan yang disebut sebagai kekufuran. Di antaranya;
a) Tidak mengakui keesaan dan wujud Allah, inilah yang disebut kafir juhud seperti orang yang menganut paham ateis dan sejenisnya. Hal itu terdapat dalam surat al-Kahfi [18]: 37.
b) Mengetahui kebenaran tetapi menolaknya karena iri atau dengki. Seperti yang terdapat dalam surat al-Baqarah [2]: 90, 105, dan 109.
c) Tidak bersyukur atas nikmat Allah swt. Seperti yang tedapat dalam surat Ibrahim [14]: 7
d) Berlepas diri dari da’wah. Seperti dalam surat al-Mumtahanh [60]: 4
e) Meninggalkan ajaran agama kendatipun masih mempercainya. Seperti dalam surat al-Baqarah [2]: 85
f) Bersikap takabbur dan sombong. Seperti dalam surat al-Baqarah [2]: 34
g) Tidak berpegang teguh kepada al-Qur’an. Seperti dalam surat Fushshilat [41]: 41 dan al-Baqarah [2]: 91
h) Tidak memahami ayat-ayat Allah. Seperti yang terdapat dalam surat al-Baqarah [2]: 61
i) Mempelajari ilmu sihir. Seperti dalam surat al-Baqarah [2]: 102
j) Menghina orang lain. Seperti dalam surat al-Baqarah [2]: 104
k) Putus Asa dari rahmat Allah. Seperti dalam surat Yusuf [12]: 87
Demikian meruginya orang yang kafir ini, sehingga Allah swt menyebut mereka dengan binatang melata yang paling buruk. “Sesunguhnya seburu-buruk binatang melata d sisi Allah adalah orang-orang yang kafir (Q.S.al-Anfal [8]: 22 dan 55). Begitu juga, dalam banyak ayat-Nya, Allah swt mengecam mereka dengan azab yang besar, seperti lahum azâbun ‘azhîm, ‘azâbun alîm, ‘azâbun muhîn dan sebagainya.

Tidak ada komentar: