Pesan Bagi Yang Berulang Tahun
Masa ibarat air yang terus mengalir dan berlalu tanpa bisa dihambat, dimajukan, ditunda atau dihentikan. Manusia sebagai makhluk yang hidup di dalam lingkup waktu, tidak akan bisa menghindarkan diri dari perputaran tersebut. Seiring perputaran waktu yang dilaluinya, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, manusia juga mengalami proses perubahan baik fisik maupun psikis. Allah swt. berpesan kepada manusia khususnya orang-orang yang beriman agar melakukan dua hal dalam menghadapi pertukaran dan perputaran masa yang dilaluinya; yaitu selalu bertakwa kepadanya melalui aktifitas amal shalih dan berfikir, merenung atau melakukan introspeksi diri terhadap apa yang sudah dilakukan menghadapi hari esok. Pesan Allah tersebut seperti yang terdapat dalam surat al-Hasyar [59]: 18
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ada hal yang menarik untuk dicermati dalam al-Qur’an, bahwa ketika Allah berbicara tentang umur manusia, maka hampir semua pembicaraannya terkait dengan dua hal di atas; beramal dan berfikir. Misalnya dalam surat Fathir [35]: 37
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
Artinya: “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.”
Dalam surat Yasin [36]: 68 Allah berfirman
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Artinya: “Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?”
Begitu juga dalam surat al-Hajj [22]: 5
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
Selanjutnya dalam surat Yunus [10]: 16
قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Artinya: “Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu". Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?”
Begitu juga dalam surat an-Nahl [16]: 70, Allah menyebutkan kata umur, setelah sebelumnya mengajak manusia untuk memikirkan ciptaanya yang bernama lebah dengan berbagai keunikan dan keistimewaannya. Dalam surat surat asy-Syu’ara’ [65]: 18, Allah menyebutkan kata umur dalam konteks cerita nabi Musa ketika menghadapi Fir’aun. Di mana Fir’aun menyebutkan kata umur mengaitkannya dengan kepatuhan dan pengabdian Musa yang semestinya diterimanya sebagai balas jasa atas budi baiknya yang telah memelihara dan membesarkan Musa selama bertahun-tahun.
Oleh karena itu, bagi setiap manusia yang menghadapi perubahan zaman atau yang mengalami pertambahan umur, maka dua hal di atas selayaknya menjadi bahan evaluasi diri. Merayakan ulang tahun dengan pesta meriah adalah sesuatu yang tidak dilarang asalkan dengan cara itu manusia menyadari tujuan dan hakikat penciptaannya.
Dalam beberapa ayat yang lalu Allah sebutkan bahwa ketika manusia ditambah umurnya, maka sedikit demi sedikit kejadiannya dikurangi Allah. Seorang yang dulu gagah, cantik dan kuat secara perlahan-lahan mulai memudar dimakan usia. Giginya mulai rapuh, kulitnya mulai keriput, rambutnya mulai beruban, ketajaman matanya berangsur berkurang, kenyaringan telinganya mulai hilang dan seterusnya. Dan akhirnya Allah mengajak manusia untuk memikirkan perubahan itu, karena perubahan itu akan berakhir dengan suatu muara yang disebut kematian. Sehingga dengan berfikir tentnag hal itu, manusia diharapkan melakukan persiapan menghadapi hari esok yang sempurna dan kekal abadi.
Ada isyarat lain yang diberikan Allah kepada manusia dalam surat an-Nahl [16]: 70 dan surat al-Hajj [22]: 5 di atas, bahwa ada sebagian manusia yang dipanjangkan umurnya mengalami masa pikun (hilang ingatan) di masa tuanya. Tentu saja hal ini bisa dicegah agar manusia tidak mengalaminya. Sebab, dalam sebuah haditsnya Rasulullah saw. bersabda “Setiap penyakit itu ada obatnya, kecuali tua.” Hanya satu yang tidak bisa dicegah kedatangannya oleh manusia yaitu tua, sedangkan pikun tentu saja bisa dicegah atau diminimalisir. Bagaimanan caranya? Caranya tentu seperti isyarat yang diberikan Allah. Pertama, manusia haruslah selalu mengasah akalnya dengan berfikir, membaca dan belajar. Kedua, manusia haruslah selalu mengasah rohaninya dengan selalu beribadah dan beramal shlaih.
Manusia yang selalu berfikir dan beribadah, sangat kecil kemungkinan akan dihinggapi kepikunan di masa tuanya. Sebab, biasanya yang diserang pikun adalah manusia yang jarang mengasah akal dan rohaninya dengan befikir dan beribadah. Inilah yang mesti menjadi renungan bagi setiap orang yang berulang tahun. Dengan bertambahnya umur hendaknya ibadah semakin baik dan meningkat, dan wawasan, intelektualitas, serta bacaan juga harus semakin bertambah banyak dan luas. Amat merugilah kiranya seseorang jika umurnya semakin bertambah, ibadahnya semakin berkurang dan wawasannya semakin picik karena ilmunya tidak bertambah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar