Orang-Orang yang Tidak Mendapat Hidayah Allah
Setiap hari, minimal tujuh belas kali seorang muslim berdo'a kepada Allah swt dalam shalatnya “Tunjukilah kami jalan yang lurus/benar”. Dalam ungkapan do’a tersebut, kata yang dipilih adalah ihdi atau hidâyah (اهد/ هداية) yang secara harfiyah berarti memberi petunjuk dengan lemah lembut. Dalam kosa kata bahasa Arab, ada beberapa kata yang sama-sama berarti memberi petunjuk, seperti, isyârah, irsyâd dan lain-lain. Akan tetapi, petunjuk dalam bentuk hidâyah, bukan hanya berarti memberi petunjuk tentang sesutu dengan lemah lembut, namun mengantarkan langsung kepada sesuatu itu. Misalnya, kalau kita bertanya kepada seseorang "Di mana Ramayana Plaza?”. Lalu dia menunjuki arahnya, jalanya, dan mobil yang akan dinaiki supaya sampai ke sana, itu sudah bernama petunjuk namun belum disebut hidâyah. Sedangkan, bila kita bertanya kepada seseorang tentang Ramayana Plaza, lalu dia berkata "Mari! ikutlah dengan mobil saya”. Kemudian kita dibawa dan diantar langsung ke depan pintu tempat itu sambil berkata “Inilah Ramayana Plaza”. Itulah yang disebut hidâyah.
Namun demikian, tidaklah semua orang bisa mendapatkan hidâyah dari Allah swt. Sebab, Allah swt menyebutkan dalam al-Qur'an beberapa kelompok manusia yang tidak akan diberi hidâyah, sekalipun dia selalu memintanya, di antaranya adalah.
1. Orang-orang yang aniaya (zhalim)
Seperti yang disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 258
....والله لا يهدى القوم الظالمين
Artinya: “…Dan Allah tidak akan memberikan petunjuk (hidâyah) kepada orang-orang yang aniaya (zhalim).”
Zhâlim adalah orang yang melakukan sesuatu, apakah berbentuk ucapan atau tindakan yang bersifat merugikan, baik orang lain maupun diri sendiri. Seorang yang malas dan membuang-buang waktu disebut zhalim kepada diri sendiri, karena melakukan hal yang merugikan dirinya. Seorang yang mengkonsumsi narkoba dan minuman keras sekalipun tidak merugikan orang lain, namun dia telah berbuat zhalim kepada diri sendiri, begitulah seterusnya. Sementara zhalim kepada orang lain diantaranya, menyakiti perasaan orang lain, mencuri atau mengambil hak orang lain dan sebagainya.
2. Orang-orang yang kafir
Seperti yang disebutkan Allah swt dalam surat al-Baqarah [2]: 264
...والله لا يهدى القوم الكافرين
Artinya: “…Dan Allah tidak akan memberi petunjuk (hidâyah) kepada orang-orang yang kafir.”
Kafir adalah orang yang ingkar dan tidak patuh pada aturan Allah swt. Dari akar katanya, kafir berasal dari kata kafara yang berarti menutup. Seorang disebut kafir, karena dia selalu menutup kebenaran atau menutup dirinya dari kebenaran. Mungkin saja dia menyadari dan mengetahui bahwa sesuatu itu benar, namun dia selalu menutupinya atau menutup diri untuk menerimanya. Abu Jahal dan Abu Lahab misalnya, bukannya tidak tahu nabi Muhammad saw itu benar, akan tetapi mereka selalu berupaya menutupi kebenaran itu atau menutup diri untuk tidak menerimanya. Sehingga, seorang disebut kafir atau durhaka kepada Allah swt dikarenakan melakukan pengingkaran terhadap kebenaran yang datang kepadanya.
3. Orang-orang yang fasiq
Seperti yang difirmankan Allah dalam surat al-Ma'idah [5]: 108
....والله لا يهدى القوم الفاسقين
Artinya: “…Dan Allah tidak akan memberi petunujuk (hidâyah) kepada orang-orang yang fasiq.”
Fasiq berarti seseorang melanggar aturan Allah swt dengan pengetahuan dan dilakukan secara sadar. Orang yang fasiq bukan tidak mengetahui sesuatu itu dilarang atau diperintahkan, akan tetapi dengan pengetahuannya itu, dia secara sengaja melanggar aturan Allah swt. Contoh, seseorang mengetahui bahwa mencuri, berzina, mengkonsumsi narkoba adalah dilarang oleh Allah swt, namun secara sadar dia tetap melakukannya. Begitu juga terhadap perintah Allah swt, seseorang mengetahui hal-hal tertentu yang diwajibkan, seperti shalat, puasa, zakat dan sebagainya, namun mereka tetap meninggalkannya.
4. Orang-orang yang khianat
Seperti firman Allah dalam surat Yusuf [12]: 52
...وأن الله لا يهدى كيد الخائنين
Artinya: “…Dan sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk (hidâyah) kepada pelaku-pelaku pengkhianatan.”
Khianat berarti seseorang berlaku curang terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dia menerima suatu kepercayaan dari orang lain untuk tujuan tertentu, namun tidak dipergunakan sebagaimana mestinya sesuai maksud yang memberi amanah, baik amanah dari Allah swt maupun dari sesama manusia.
Amanah dari Allah swt adalah semua ni'mat yang diberikan-Nya. Seperti tangan, kaki, mata, telinga, kesehatan, waktu, harta dan lain-lain. Allah swt memberikan semua itu, agar manusia yang bersangkutan mempergunakannya sesuai keinginan Sang Pemberi. Secara pasti, bahwa semua itu akan diminta pertanggungjawabannya nanti di akhirat. Orang yang tidak mampu mempergunakan ni'mat yang diberikan Allah swt sesuai maksud dan tujuan Allah memberikannya, berarti dia telah berlaku khianat.
Khianat kepada manusia berarti, menyelewengkan kepercayaan yang diberikan orang lain. Seperti, seseorang yang diserahi amanat dalam bentuk jabatan dan kedudukan tertentu, jika disalah gunakan tidak untuk tujuan semestinya berarti dia berlaku khianat kepada manusia.
5. Orang-orang yang pembohong
Seperti Firman Allah swt dalam Surat Az-Zumar [39]: 3
ان الله لا يهدى من هو كاذب كفار….
Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk (hidâyah) kepada pembohong lagi kafir.”
Bohong berarti seseorang mengatakan sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan atau hakikatnya. Perbuatan bohong adalah perbuatan yang paling mudah dan sering dilakukan manusia. Hal itu disebabkan, karena manusia seringkali memandang bohong sebagai dosa kecil. Dan memang begitulah salah satu gaya atau langkah syaithan menggoda manusia yaitu “menciptakan pandangan di hati manusia untuk menganggap kecil sebuah dosa atau memandang sedikit sebuah kebaikan”. Namun, akibat yang ditimbulkan dusta begitu besar, seseorang bukan hanya dicap sebagai orang munafiq seperti dalam hadits Rasulullah saw, namun juga jauh dari hidayâh Allah swt.
6. Orang-orang yang suka berfoya-foya
Seperti yang difirmankan Alah dalam surat al-Mukmin [40]: 28
....ان الله لا يهدى من هو مسرف كذاب
Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk (hidâyah) kepada orang yang berfoya-foya (berlebihan) lagi pendusta.”
Berfoya-foya artinya, seseorang selalu menuruti keinginan hawa nafsunya untuk hidup secara berlebihan. Allah swt tidak melarang manusia menikmati segala fasilitas hidup yang bersifat duniawi, karena memang semua itu sengaja diciptakan untuk manusia. Akan tetapi, yang dilarang oleh Allah swt adalah sikap berlebihan. Jika itu suatu kebutuhan, maka manusia wajib memenuhinya, sedangkan keinginan tidak semuanya mesti dipenuhi, karena keinginan manusia tidak akan ada batasnya. Allah swt sangat tidak suka kepada orang-orang yang suka dengan gaya hidup berfoya-foya atau berlebihan.
Bentuk gaya hidup berlebihan, tidak hanya terbatas pada makanan, minuman, atau pakaian, seperti yang disebutkan dalam al-Qur'an. Namun, juga segala bentuk prilaku yang sudah melebihi batas kewajaran. Bahkan, ibadah yang dilakukan secara berlebihanpun tidak disukai Allah swt, karena mungkin sekali ibadah itu tidak dengan niat yang tulus dan sudah “diboncengi” iblis.
Kenapa orang yang berlebihan dan berfoya-foya dalam hidupnya jauh dari hidayâh Allah?. Sebab, orang yang memiliki sikap hidup berlebihan adalah sangat dekat dengan syaithan, bahkan disebut saudaranya syaithan. Syhaithan adalah makhluk yang selalu suka berbuat melampaui batas, karena itulah disebut "syhaithân". Seseorang yang dekat dengan syaithan pasti jauh dari Allah swt.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar