Senin, 30 Juni 2008

Siapakah Ulama Menurut Al-Qur'an?

Siapakah Ulama Menurut Al-Qur'an?

Sementara orang memahami kata ulama sebagai kelompok manusia yang identik dengan penghafal al-Qur'an, penghafal hadits, memakai sorban, jubah dan sering tampil di atas mimbar dalam rangka memberikan nasehat-nasehat keagamaan. Anggapan seperti itu tidaklah salah sama sekali, karena memang begitulah salah satu identitas ulama dan fungsinya di tengah masyarakt selama ini. Namun demikian, untuk memahami siapa yang dimaksud ulama, agaknya perlu kita merujuk kepada sumber aslinya yaitu al-Qur'an. Sebab, al-Qur'an telah memberikan gambaran yang cukup jelas tentang siapa dan bagaimana ulama itu sendiri.
Kata ulama terdapat dalam al-Qur'an sebanyak dua kali. Pertama dalam surat asy-Syu'ara' [26]: 197, dan kedua dalam surat Fathir [35]: 28. Dalam surat As Syu’ara’ [26]: 197 Allah Swt berfirman
أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ ءَايَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Artinya: “Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?”
Kata ulama dalam ayat ini, memiliki arti orang yang memahami ayat-ayat Allah swt yang tertulis atau al-Kitab. Sebab, bila kita rujuk kepada konteks pembicaraan Allah swt tentang ulama dalam ayat sebelumnya, akan ditemui arti yang menunjukan kepada pengertian orang yang memiliki pemahaman tentang wahyu yang sifatnya tertulis. Sebagaimana firman Allah dalam ayat 192-195;
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (192) نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195) وَإِنَّهُ لَفِي زُبُرِ الْأَوَّلِينَ (196)
Artinya: “Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam.(192) “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril).”(193) “Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (194) “Dengan bahasa Arab yang jelas.” (195) “Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang dahulu.” (196)
Dengan demikian, tidaklah salah kalau ada yang memahami ulama sebagai orang yang memahami ajaran agama yang bersifat tertulis atau yang dikenal dengan ayat ayat Qur'aniyah.
Namun, dalam surat Fathir [35]: 28 Allah swt juga menyebutkan kata ulama dalam konteks lain. Firman-Nya
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.”
Dalam konteks ini, Allah swt menjelaskan bahwa ulama adalah manusia yang memahami fenomena alam untuk menemukan kebesaran Allah swt. Sehingga, dengan hasil pemikiran dan penelitiannya tentang alam ini atau ayat-ayat kauniyah, dia menemukan kebesaran Allah swt dan akhirnya membawanya kepada rasa takut kepada-Nya. Coba perhatikan firman Allah swt dalam ayat sebelumnya ayat 27
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ

Artinya:“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.”
Ulama dalam kontek ini, adalah mereka yang mengkaji fenomena alam, mulai dari proses turunya hujan, proses tumbuhnya tanaman dari air hujan, buah-buahan dan tumbuhan yang beragam warna dan rasanya, sekalipun tumbuh di satu tempat rasanya tetap berbeda. Selanjutnya, orang yang mengkaji bumi, berupa bukit dan gunung yang beragam baik tinggi rendahnya, warnanya dari kejauhan dan ragamnya yang lain.
Tentu saja, bukan hanya itu yang menjadi kajian mereka. Apa-apa yang disebutkan Allah swt hanyalah sebagai contoh, namun pasti bahwa mereka adalah orang-orang yang melakukan kajian dan penelitian tentang ayat-ayat Tuhan yang berupa alam dan segala fenomenanya dan menemukan kebesaran Tuhan di sana, hingga akhirnya membuat mereka takut kepada Allah swt.
Oleh karena itu, ulama tidak hanya terbatas kepada orang yang hafal al-Qur'an, hadits, sering khotbah dan berceramah menyampaikan pesa-pesan keagamaan, Akan tetapi, seorang fakar fisika juga bisa disebut ulama, asalkan kajiannya dalam rangka menemukan kabesaran Tuhan. Seorang ahli biologi, ahli astronomi, ahli geologi dan semua yang bergelut dalam lapangan ilmu pengetahuan, semuanya berhak disebut ulama asalkan kajiannya dalam rangka menemukan kebesaran Allah swt dan membawanya kepada rasa takut kepada-Nya.

2 komentar:

limpato mengatakan...

Menarik sekali kajian Anda, terima kasih atas pencerahan yang diberikan.. Hendri

Unknown mengatakan...

bang kalo upload tulisan mohon di ikutkan footnotenya