Senin, 30 Juni 2008

Manfaat Infak dan Shadaqah

Manfaat Infak dan Shadaqah

Kata infak dan shadaqah merupakan kata yang seringkali kita dengar dan ucapkan. Secara sederhana kata ini dipahami sebagai suatu bentuk pemberian, apakah bentuknya materi ataupun immateri. Allah swt dalam beberapa ayat-Nya memerintahkan manusia untuk berinfak dan bersedekah. Sebab, ada banyak keutamaan atau manfaat infak dan shadaqah tersebut bagi manusia. Di antaranya;
1. Memperbaiki hubungan manusia dengan Allah swt
Infak atau shadaqah apakah sunat maupun wajib, yang pasti adalah perintah Allah swt. Banyak ayat maupun hadits yang memerintahkannya, misalnya surat al-Munafiqun [63]: 10, “Dan nafkahkanlah sebagian apa yang telah kami beri rezeki kepadamu…”. Selanjutnya dalam surat al-Baqarah [2]: 3, Allah swt menyebutkan bahwa salah satu ciri orang bertaqwa adalah “…menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka”. Begitu juga dalam surat at-Taubah [9]: 103, Allah swt berfirman
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Ambillah dari harta mereka shadaqah yang akan membersihkan harta mereka dan mensucikan jiwa mereka.”
Dengan demikian, ketika seseorang memberi apakah bentuknya infak atau shadaqah, artinya dia sedang melaksanakan perintah Allah swt, dan ketika itu berarti dia sedang beribadah. Bukankah ibadah sarana untuk memperbaiki hubungan dengan Allah swt?
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan
ان الله في عون العبد مادام العبد في عون اخيه
Artinya: “Sesungguhnya Allah selalu menolong hamba-Nya, selama hambanya itu selalu menolong saudaranya”.
Hal itu menunjukan bahwa infaq atau shadaqah akan menjadikan seseorang dekat dengan pertolongan Allah swt, yang tentu saja diperoleh karena hubungan yang baik dengan-Nya.
Selanjutnya, dengan berinfaq atau bersedakah seseorang akan terhindar dari murka, kecaman, dan amarah Allah swt. Sebab, dalam al-Qur’an kata mâl yang berarti harta, kadangkala digabungkan dengan dhamîr mufrad (kata ganti bentuk tunggal) seperti mâlahu yang berarti hartanya, dan kadangkala digabungkan dengan dhamîr jama’ (kata ganti bentuk banyak) seperti amwâlahum yang berarti harta mereka. Akan tetapi, semua kata mâl atau harta yang digabungkan dengan kata ganti tunggal, selalu dalam makna kecaman atau kemurkaan Allah swt. Lihat misalnya surat al-Baqarah [2]: 264, surat Nuh [71] : 21, Surat al-Lail [92] : 11, surat al-Humazah [104] : 3, al-Lahab [111] : 2. Dengan demikian, berarti bahwa harta yang befungsi individual dan tidak berfungsi sosial, maka Allah swt sangat memurkai dan mencelanya. Bukankah orang yang dimurka dan dicela Allah swt, berarti hubungannya tidak baik dengan-Nya. Begitulah, infak dan shadaqah bertujuan memperbaiki hubungan manusia dengan Allah swt.
2. Memperbaiki hubungan manusia dengan diri sendiri
Dengan berinfak atau bersedekah pada hakikatnya seseorang menyadari kalau dia bukanlah pemilik sesuatu, namun hanya penerima titipan Allah swt yang mesti dia bagikan kepada orang lain yang merupakan hak mereka. Dengan menyadari kalau harta bukanlah miliknya secara penuh, maka dia akan terhindar dari sikap tama’, rakus, sombong, kikir dan seterusnya. Bukankah semua hal itu merupakan penyakit yang selalu mengotori rohani manuisa?
Begitu juga dengan memberi, seseorang akan terhindar dari kendali perbudakan hawa nafssu. Sebab, ketika seseorang menyadari bahwa apa yang dimilikinya adalah titipan Allah swt, sudah pasti dia akan mencari dan mendapatkannya sesuai keinginan Allah swt dan membelanjakannya sesuai aturan Allah swt juga. Begitulah agaknya yang dimaksud Allah swt dalam surat at-Taubah [9]: 102 di atas, bahwa bersedakah tidak hanya bertujuan membersihkan harta dari kotorannya (thathhîr), tetapi juga bertujuan mensucikan jiwa manusia dari kotoran yang bisa mengotorinya (tadzkiyah).
3. Memperbaiki hubungan manusia dengan sesama
Dengan berinfak atau bersedekah, kemudian diberikan kepada orang lain yang membutuhkan, akan menimbulakan rasa persaudaraan dan kasih sayang di antara sesama manusia. Dengan memberi, juga bisa memperkecil jurang pemisah antara yang kaya dan miskin. Dengan memberi, juga bisa menimbulkan gairah dan semangat usaha bagi yang miskin.
Namun, ketika semangat berinfak dan bersedekah sudah tidak ada lagi di tengah masyrakat, maka dipastikan akan muncul berbagai macam permasalahan sosial. Itulah yang diingatkan Allah swt dalam surat Muhammad [47]: 37
إِنْ يَسْأَلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا وَيُخْرِجْ أَضْغَانَكُمْ
Artinya: “Dan Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesakmu untuk memberikan harta seluruhnya pasti kamu kikir. Dan Dia akan menimpakan kedengkianmu.”
Ayat ini memperingatkan, bahwa kalau manusia kikir terhadap yang lain, maka akan muncullah kedengkian anatar sesama atau kecemburuan sosial. Kedengkian ini pada akhirnya berujung dalam bentuk kejahatan, seperti pencurian, perampokan, penjarahan dan sebagainya. Hal ini kemudian akan menimbulkan berbagai macam kejahatan dan persoalan sosial, yang mengakibatkan hilangannya rasa aman, saling percaya, dan keharmonisan masyarakat.
Agaknya itulah rahasia kenapa pemberian disebut shadaqah, karena dengan shadaqah akan muncul saling percaya (shadaqa) dan dengan memberi akan muncul pertemanan (shadîq).
4. Memperbaiki hubungan manusia dengan harta
Dengan berinfak dan bersedekah seseorang berarti telah menjadikan harta dan kekayaannya sebagai sarana hidup untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan abadi, bukan menjadikan hartanya tujuan akhir kehidupan. Sebaliknya, orang yang kikir berarti menjadikan hartanya sebagai tujuan hidup. Dengan memberi, seseorang terlepas dari perbudakan harta benda dan terbebas dari kecintaan yang berlebihan terhadap harta dan kekayaan. Sebab, Allah swt mencela manusia yang menjadikan hartanya sebagai tujuan hidup, dan yang mencintai hartanya secara berlebihan. Firman Allah swt dalam surat al-Humazah [104]: 1-2
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ(1)الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ(2)
Artinya: “Kecelakaan besar bagi pengumpat dan pencela. Yang selalu mengumpulkan dan mengitung-hitung hartanya (kikir dan mencintainya secara berlebihan).”
Dalam ayat lain Allah swt sebutkan celaannya, seperti dalam surat al-Fajr [89]: 20
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
Artinya: “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamu alaikum
....masalul ladzina yunfiqu.....dst...
ayat berapa yach
wASSALAM

Abu Fauzan mengatakan...

http://investasikita.org/?id=saefulamali mencoba memberikan solusi dalam urusan sodaqoh

Nama mengatakan...

Menginspirasi
Izin share ya