Memulai Sesuatu Dengan Nama Allah
Surat pertama yang dituliskan dalam mushaf al-Qur’an, berdasarkan petunjuk dan perintah Rasulullah saw kepada para penulis wahyu yang sekaligus merupakan tauqifi dari Allah swt adalah surat al-Fâtihah. Surat ini disebut al-Fâtihah karena ia merupakan pembuka al-Qur’an, atau jika diibaratkan sebuah buku ia merupakan pendahuluan yang mencerminkan seluruh isi dan kandungan al-Qur’an. Sehingga surat ini disebut juga sebagai Umm al-Kitâb (induk al-Kitab). Sementara itu, ayat pertama dari al-Fâtihah adalah Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm.
Di samping itu, jika kita rujuk sejarah turunnya wahyu kepada Rasulullah saw, bahwa ayat yang pertama kali diturunkan Allah swt adalah perintah membaca atas nama Tuhan (Iqra’ bismirabbika…). Dari kedua hal di atas, terdapat sebuah isyarat Tuhan sekaligus perintah untuk membuka atau memulai sesuatu dengan nama Allah (Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm). Atau dengan kalimat perintah “Mulailah sesuatu dengan nama Allah”!.
Ada beberapa hikmah dibalik perintah memulai sesuatu pekerjaan dengan nama Allah swt. Di antaranya;
1. Seorang yang memulai pekerjaannya dengan nama Allah swt berarti dia mendasarkan pekerjaan itu karena Allah, bukan karena sesutau yang lain. Sehingga dia terlepas dari sikap ria dan sum’ah. Dengan mendasarkan pekerjaan karena Allah swt seseorang akan terlepas dari kendali hawa nafsu, dan dia akan terhindar dari perbuatan yang merugikan dirinya maupun orang lain. Sebab, pekerjaan yang dilakukan bertujuan ibadah kepada Allah swt. Akhirnya dia akan berbuat yang terbaik untuk dirinya maupun orang lain.
2. Akan memunculkan kesadaran penuh akan pentingnya pertolongan Allah swt. Sehingga orang yang memulai sebuah pekerjaan dengan nama Allah swt, akan terhindar dari sikap pesimis akan tidak mampu melakukannya, karena Allah swt selalu bersamanya. Begitu juga, dia akan terhindar dari sikap sombong dan takabbur jika sukses melakukan sesuatu. Sebab, dia meyakini semua kesuksesannya bukanlah berkat usaha dan kepandaiannya semata, tetapi karena pertolongan Allah swt.
3. Dengan memulai suatu pekerjaan atas nama Allah swt, sesorang berarti mengharap keridhaan-Nya. Dia bukan hanya mengharap pertolongan akan keberhasilan usahanya, tetapi juga keridhaan Allah swt karena itu jauh lebih penting dari kesuksesan.
4. Dengan menyebut nama Allah swt ketika memulai sebuah pekerjaan berarti seseorang mengharap suatu pekerjaan itu akan kekal, baik pekerjaan itu sendiri maupun pahalanya di sisi Allah swt. Sebab, biasanya seseorang memberi nama sesuatu, berharap agar sesuatu itu menjadi kekal minimal selama sesuatu itu ada. Misalnya, kita memberi sebuah jalan dengan nama jalan Imam Bonjol dengan harapan nama itu akan kekal, minimal selama jalan itu masih ada.
Begitu juga sebuah pekerjaan, dengan menyebut nama Allah swt diharapkan pekerjaan itu akan kekal atau minimal pahalanya kekal di sisi Allah swt. Bukankah banyak pekerjaan - bahkan pekerjaan besar- tidak meningalkan pengaruh apa-apa setelah berlalunya waktu. Bahkan juga tidak punya nilai pahala di sisi Allah swt. Seperti dalam perjalanan sejarah manusia, betapa banyak para penguasa, raja dan sejenisnya yang menghabiskan umur, tenaga dan fikiranya untuk membangun sebuah imperium, dinasti dan kerajaaan besar di zamannya. Namun, kebanyakan pekerjaan besar mereka itu hilang ditelan masa tanpa ada bekas bagi generasi sesudahnya. Inilah yang dikatakan Allah swt dalam surat al-Furqan [25]: 23
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
Artinya: “Dan Kami hadapi semua amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu-debu yang berterbangan”.
5. Dengan mengucapkan Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm ketika memulai sebuah pekerjaan, seseorang berarti mengharap kasih sayang Tuhan dalam bekerja. Sehingga orang yang memulai pekerjaannya dengan nama Allah swt bukan hanya mendapatkan kasih dan sayang-Nya, namun kasih sayang Tuhan itu akan tergambar dan terlihat dari pekerjaannya. Bisa dipastikan bahwa seorang yang memulai pekerjaannya dengan Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm akan melakukan pekerjaan itu dengan penuh kelembutan dan ketenangan. Dia tidak mengerjakannya dengan kasar, mendongkol, perasaan kesal serta rasa terpaksa. Bisa dipastikan, dua orang yang memiliki kemampuan kerja yang sama, mengerjakan suatu pekerjaan yang sama, hasilnya akan berbeda antara yang memulai dengan nama Allah swt dan yang tidak.
Itulah diantara hikmah memulai suatu pekerjaan dengan nama Allah swt. Sebab, memulai sesuatu dengan Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm bukan hanya diperintahkan Allah swt kepada umat Muhammad saw saja. Para nabi dan umat lalupun telah melakukan hal yang sama, seperti yang terdapat dalam surat an-Naml [27]: 30, yang menceritakan Nabi Sulaiman as membuka suratnya dengan nama Allah swt. Firman-Nya
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Artinya: “Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya (isinya) “Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm (dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).”
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa ketika nabi Muhammad saw dimi’rajkan oleh Allah swt, beliau diberi kesempatan melihat sorga. Di sana Rasulullah saw melihat sebuah kubah besar yang keluar darinya empat jenis mata air. Ketika beliau ingin memasuki kubah tersebut, malaikat Jibril mengatakan bahwa kuncinya adalah Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm. Setelah Rasulullah saw membuka pintu kubah itu ternyata keempat sumber mata air sorga tersebut keluar dari Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm. Yang pertama keluar dari bulatan huruf mîm kata bismi, kedua keluar dari bulatan hâ pada kata Allah, ketika keluar dari bulatan mîm kata arrahmân, dan keempat keluar dari bulatan huruf mîm pada kata arrahîm. Hal itu mengandung isyarat bahwa siapa yang memulai sesuatu dengan nama Allah swt; Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm, maka dia berhak memasuki sorga dan memiliki sumber mat air yang ada di sorga Allah.
Surat pertama yang dituliskan dalam mushaf al-Qur’an, berdasarkan petunjuk dan perintah Rasulullah saw kepada para penulis wahyu yang sekaligus merupakan tauqifi dari Allah swt adalah surat al-Fâtihah. Surat ini disebut al-Fâtihah karena ia merupakan pembuka al-Qur’an, atau jika diibaratkan sebuah buku ia merupakan pendahuluan yang mencerminkan seluruh isi dan kandungan al-Qur’an. Sehingga surat ini disebut juga sebagai Umm al-Kitâb (induk al-Kitab). Sementara itu, ayat pertama dari al-Fâtihah adalah Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm.
Di samping itu, jika kita rujuk sejarah turunnya wahyu kepada Rasulullah saw, bahwa ayat yang pertama kali diturunkan Allah swt adalah perintah membaca atas nama Tuhan (Iqra’ bismirabbika…). Dari kedua hal di atas, terdapat sebuah isyarat Tuhan sekaligus perintah untuk membuka atau memulai sesuatu dengan nama Allah (Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm). Atau dengan kalimat perintah “Mulailah sesuatu dengan nama Allah”!.
Ada beberapa hikmah dibalik perintah memulai sesuatu pekerjaan dengan nama Allah swt. Di antaranya;
1. Seorang yang memulai pekerjaannya dengan nama Allah swt berarti dia mendasarkan pekerjaan itu karena Allah, bukan karena sesutau yang lain. Sehingga dia terlepas dari sikap ria dan sum’ah. Dengan mendasarkan pekerjaan karena Allah swt seseorang akan terlepas dari kendali hawa nafsu, dan dia akan terhindar dari perbuatan yang merugikan dirinya maupun orang lain. Sebab, pekerjaan yang dilakukan bertujuan ibadah kepada Allah swt. Akhirnya dia akan berbuat yang terbaik untuk dirinya maupun orang lain.
2. Akan memunculkan kesadaran penuh akan pentingnya pertolongan Allah swt. Sehingga orang yang memulai sebuah pekerjaan dengan nama Allah swt, akan terhindar dari sikap pesimis akan tidak mampu melakukannya, karena Allah swt selalu bersamanya. Begitu juga, dia akan terhindar dari sikap sombong dan takabbur jika sukses melakukan sesuatu. Sebab, dia meyakini semua kesuksesannya bukanlah berkat usaha dan kepandaiannya semata, tetapi karena pertolongan Allah swt.
3. Dengan memulai suatu pekerjaan atas nama Allah swt, sesorang berarti mengharap keridhaan-Nya. Dia bukan hanya mengharap pertolongan akan keberhasilan usahanya, tetapi juga keridhaan Allah swt karena itu jauh lebih penting dari kesuksesan.
4. Dengan menyebut nama Allah swt ketika memulai sebuah pekerjaan berarti seseorang mengharap suatu pekerjaan itu akan kekal, baik pekerjaan itu sendiri maupun pahalanya di sisi Allah swt. Sebab, biasanya seseorang memberi nama sesuatu, berharap agar sesuatu itu menjadi kekal minimal selama sesuatu itu ada. Misalnya, kita memberi sebuah jalan dengan nama jalan Imam Bonjol dengan harapan nama itu akan kekal, minimal selama jalan itu masih ada.
Begitu juga sebuah pekerjaan, dengan menyebut nama Allah swt diharapkan pekerjaan itu akan kekal atau minimal pahalanya kekal di sisi Allah swt. Bukankah banyak pekerjaan - bahkan pekerjaan besar- tidak meningalkan pengaruh apa-apa setelah berlalunya waktu. Bahkan juga tidak punya nilai pahala di sisi Allah swt. Seperti dalam perjalanan sejarah manusia, betapa banyak para penguasa, raja dan sejenisnya yang menghabiskan umur, tenaga dan fikiranya untuk membangun sebuah imperium, dinasti dan kerajaaan besar di zamannya. Namun, kebanyakan pekerjaan besar mereka itu hilang ditelan masa tanpa ada bekas bagi generasi sesudahnya. Inilah yang dikatakan Allah swt dalam surat al-Furqan [25]: 23
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
Artinya: “Dan Kami hadapi semua amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu-debu yang berterbangan”.
5. Dengan mengucapkan Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm ketika memulai sebuah pekerjaan, seseorang berarti mengharap kasih sayang Tuhan dalam bekerja. Sehingga orang yang memulai pekerjaannya dengan nama Allah swt bukan hanya mendapatkan kasih dan sayang-Nya, namun kasih sayang Tuhan itu akan tergambar dan terlihat dari pekerjaannya. Bisa dipastikan bahwa seorang yang memulai pekerjaannya dengan Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm akan melakukan pekerjaan itu dengan penuh kelembutan dan ketenangan. Dia tidak mengerjakannya dengan kasar, mendongkol, perasaan kesal serta rasa terpaksa. Bisa dipastikan, dua orang yang memiliki kemampuan kerja yang sama, mengerjakan suatu pekerjaan yang sama, hasilnya akan berbeda antara yang memulai dengan nama Allah swt dan yang tidak.
Itulah diantara hikmah memulai suatu pekerjaan dengan nama Allah swt. Sebab, memulai sesuatu dengan Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm bukan hanya diperintahkan Allah swt kepada umat Muhammad saw saja. Para nabi dan umat lalupun telah melakukan hal yang sama, seperti yang terdapat dalam surat an-Naml [27]: 30, yang menceritakan Nabi Sulaiman as membuka suratnya dengan nama Allah swt. Firman-Nya
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Artinya: “Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya (isinya) “Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm (dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).”
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa ketika nabi Muhammad saw dimi’rajkan oleh Allah swt, beliau diberi kesempatan melihat sorga. Di sana Rasulullah saw melihat sebuah kubah besar yang keluar darinya empat jenis mata air. Ketika beliau ingin memasuki kubah tersebut, malaikat Jibril mengatakan bahwa kuncinya adalah Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm. Setelah Rasulullah saw membuka pintu kubah itu ternyata keempat sumber mata air sorga tersebut keluar dari Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm. Yang pertama keluar dari bulatan huruf mîm kata bismi, kedua keluar dari bulatan hâ pada kata Allah, ketika keluar dari bulatan mîm kata arrahmân, dan keempat keluar dari bulatan huruf mîm pada kata arrahîm. Hal itu mengandung isyarat bahwa siapa yang memulai sesuatu dengan nama Allah swt; Bismillâhi ar-rahmân ar-rahîm, maka dia berhak memasuki sorga dan memiliki sumber mat air yang ada di sorga Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar