Selasa, 08 September 2009

Barsisa

Barsisa
Dikisahkan, pasa suatu masa hiduplah seorang abid bernama Barsisa yang terkenal kesalehan dan ketaatannya. Umurnya dihabiskan untuk melakukan berbagai macam bentuk ibadah, sehingga semua orang mengagumi kesalehan dan ketaatannya. Bahkan, dia menjadi buah bibir dan teladan bagi manusia lain yang hidup di zaman itu.
Melihat ketaatan sang abid yang begitu tinggi, muncullah keinginan syaithan untuk menggelincirkan dan menyesatkannya. Maka pergilah syaithan ke tempat sang abid beribadah dalam wujud manusia yang sudah tua. Syaithanpun melaksankan shalat dan berbagai ibadah lainnya, seperti layaknya yang dilakukan oleh Barsisa sang abid yang shalih.
Semenjak awal kedatangan orang tersebut, ternyata secara diam-diam Barsisa telah memperhatikan semua yang dilakukannya. Setelah beberapa hari beribadah di tempat itu, Barsisa merasakan ada sesuatu yang aneh atau bahkan sesuatu yang mengagumkan dari ibadah orang itu. Semenjak awal kedatangannya sampai beberapa hari berikutnya, Barsisa tidak melihat dia keluar dan meninggalkan tempat ibadahnya sedetikpun. Dia begitu khusu’nya beribadah sampai melupakan makan, minum, tidur dan kebutuhan manusiawi lainnya. Barsisapun berfikir dan berkata dalam hatinya, “Ternyata ibadah saya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan orang ini. Saya yang dianggap orang lain paling shalih, namun seringkali meninggalkan tempat ibadah untuk makan disaat lapar, minum ketika haus, dan tidur waktu mengantuk. Sedangkan dia melupakan segalanya”. Muncullah keinginan dari Barsisa untuk belajar dan menanyakan rahasia khusu’ beribadah sampai bisa melupakan makan, minum, dan tidur.
Setelah selesai shalat, datanglah Barsisa menghampiri orang itu seraya mengucapkan salam. Barsisa kemudian memperkenalkan diri kepada orang itu, kemudian bertanya kepadanya, “Tuan! Saya perhatikan semenjak awal kedatangan anda ke tempat ini beberapa hari yang lalu, tidak sekalipun anda keluar meninggalkan ibadah untuk makan, minum, tidur atau memenuhi kebutuhan laianya. Saya melihat anda begitu khusu’nya beribadah hingga melupakan semua itu. Jika tuan tidak keberatan tunjukanlah kepadaku, bagaimana rahasianya agar saya bisa pula beribah seperti yang anda lakukan”. Syaithan “sang penyamar” menjawab "Rahasianya adalah, engkau harus berbuat dosa terlebih dahulu. Sebab, bila manusia berdosa dia akan beribadah dengan penuh rasa takut sehingga menimbulkan kekhusu'an, dan dia akan lupa segalanya, yang ada hanya rasa takut dan penyesalan”.
Sang abid ternyata membenarkan teori syaithan tersebut dalam hatinya, dan berkeinginan untuk mencoba. Maka diapun bertanya tentang dosa apa yang akan dia lakukan. Syaithan menjawab “Engkau bisa membunuh seseorang”. Kata sang abid “Itu adalah dosa besar”. Syaithan menyarankan yang kedua agar dia berzina. Sang abid juga menjawab "Itu juga dosa besar”. Saran syaithan yang ketiga meminum tuak (khamar). Ternyata sang abid menerima, karena merasa meminum khamar adalah dosa kecil.
Akhirnya, sang abid ke luar dari tempat peribadatanya dan mencari segelas tuak. Dia mendapatkannya dari seorang wanita penjual tuak keliling. Setelah diminum ternyata menimbulkan rasa enak, sampai sang abid mabuk dan hilang akal. Dalam kondisi mabuk, akhirnya sang abid memperkosa wanita yang menjual tuak itu. Ternyata, berita perkosaan terhadap wanita penjual tuak sampai ke telinga suaminya, hingga membuat suaminya marah dan dia berniat membunuh sang abid. Akhirnya, terjadilah perkelahian antara keduanya yang berujung pada terbunuhnya suami wanita penjual tuak yang telah diperkosa sang abid.
Berita mengenai sang abid yang mabuk, lalu memperkosa dan membunuh manusia, tersebar ke seluruh negeri hingga akhirnya sang abid ditangkap dan disalib di tiang gantungan. Di saat sakaratnya sang abid, datanglah syaithan yang tadi berwujud manusia yang menawarkan bantuan penyelamatan, namun dengan syarat mananggalkan tauhidnya. Sang abid menyanggupi dan saat itulah malaikat datang mencabut nyawanya sehingga sang abid mati dalam kekafiran.
Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran; Pertama, betapun hebatnya ibadah dan ketaatan seseorang, tidak serta merta menjadi jaminan dia akan menjadi penghuni sorga. Begitu juga, ketaatan dan kesalehan seseorang tidak menjadi jamian bahwa dia akan selamat dari bujuk rayu syaithan yang ingin menyesatkannya. Hal itu bertujuan agar manusia tidak merasa angkuh atau sombong dengan ibadahnya yang banyak. Selanjutnya, agar seseorang tetap waspada dan hati-hati terhadap godaan dan bujuk rayu syaithan yang ingin menyesatkan manusia. Bagi yang taat dan ahli ibadah, syaithan tidak menggodanya dengan dosa dan kejahtan, akan tetapi dengan pahala dan kebaikan. Namun, kebaikan yang dibisikan kepada mansuia, secara perlahan-lahan diseratnya ke jalan kesesatan melalui berbagai cara seperti menyusupkan perasaan ria ke dalam hati pelaku dan sebagainya.
Begitulah kelicikan syaithan dalam menjerumuskan manusia. Ia mulai menanamkan ketertarikan hati manusia terhadap dosa yang dianggap kecil yang dihiasinya ke dalam hati dan fikiran manusia sebagai kebaikan, namun pada akhirnya manusia terjerumus melakukan dosa besar yang berujung kepada kekafiran. Itulah yang mestinya selalu disadari oleh setiap manusia, bahwa dia memiliki musuh yang selalu ingin menggelincirkannya ke jurang dosa. Suatu permusuhan abadi sampai hari kiamat. Syaithan sudah memproklamirkan permusuhan itu kepada manusia, semenjak dia diusir dari sorga. Semenjak itu pula, dia bersumpah akan menggelincirkan manusia dari jalan Allah dengan cara apapun. Hal itu diungkapkan Allah swt dalam surat al-A'raf [7]: 16-17
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ(16)ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ(17)
Artinya: “Iblis menjawab:" karena Engkau telah menghukum saya sesat, maka saya pasti akan menyesatkan mereka dari jalan-Mu yang benar . kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at).”

Tidak ada komentar: