Singa, Srigala, Dan Seekor Keledai
Dikisahkan pada sebuah hutan hiduplah, seekor raja singa yang bersahabat dengan seekor srigala. Seiring berlalunya masa, raja singa semakin tua dan tubuhnya semakin lemah. Sehingga, ia mulai jarang mendapatkan makanan, karena matanya mulai rabun dan kekuatannya mulai berkurang. Kondisi itu diperparah lagi, karena semenjak beberapa lama ia diserang penyakit kurap di sekujur tubuhnya. Badannya yang sebelumnya kuat dan gemuk sekarang mulai lemah dan kurus.
Melihat keadaan singa, srigala merasa kasihan karenanya. Srigala berkata, “Saya benar-benar kasihan melihat kondisi fisik baginda yang mulai lemah dan kurus. Kalau boleh saya tahu, ceritakanlah kepada hamba kenapa tuanku begitu kurus dan lemah begini”. Raja singapun memberitahu, “Keadaan saya kurus dan lamah begini, tiada lain disebabkan oleh penyakit yang aku derita ini. Sekujur tubuhku telah dihinggapi penyakit kurap, dan menurut tabib obatnya tidaa lain adalah hati dan telinga keledai. Saya sangat sedih bagaimana mungkin saya mendapatkan obat itu, mengingat keadaan saya yang sudah lemah seperti ini”. Srigala kemudian berkata, “Kalau itu yang tuanku inginkan, janganlah tuanku bersusah hati, karena saya akan membantu tuanku mendapatkan keledai yang tuanku inginkan. Di kampung sana, ada seekor keledai milik seorang petani”.
Mendengar perkataan srigala, alangkah bahagianya perasaan singa. Maka berangkatlah srigala ke kampung tempat keledai itu tinggal. Sesampainya di kampung itu, bertemulah srigala dengan keledai yang dicarinya. Dengan wajah penuh persahabatan srigala bertanya, “Kenapakah badanmu kurus kering begini, hai saudaraku? Belumlah pernah saya melihat ada keledai sekurus dirimu”. Keledai itu menjawab, “Bagaiaman saya tidak akan kurus saudaraku, karena setiap hari tuan saya tidak pernah memberiku makan yang cukup. Kalaupun saya diberi rumput, maka rumput yang diberikannya adalah yang kering dan tidak bergizi”. Srigala pun berkata, “Kenapa engkau tidak kabur saja dan meninggalkan majikanmu?. Saya yakin jika engkau bebas, badanmu pasti sehat dan engkau akan mendapatkan apa saja yang engkau inginkan”. Keledai itu menjawab, “Bagaimana mungkin saya bisa kabur, karena tuan saya pasti mengejar dan mendapatkan saya kembali. Jika dia mendapatkan saya kabur, tentulah saya akan disiksanya”.
Mendengarkan ucapan keledai tersebut, srigala menawarkan jalan untuk kabur. Katanya, “Maukah engkau saya bawa kabur dari tempat ini? Di sana ada tempat persembunyian yang tidak akan diketahui oleh siapapun. Tidak jauh dari temapt itu, ada padang rumput yang sangat hijau dan hidup di sana kawanan keledai yang sehat dan gemuk. Saya yakin jika engkau ke sana pastilah engkau akan senang dan gembira”. Mendengar cerita srigala, muncullah rasa senang dan gembira di hati keledai dan menggebulah keinginannya untuk kabur.
Akhirnya iapun lari ke dalam hutan bersama srigala yang memandunya. Sesampainya pada suatu tempat di tengah hutan tersebut, berkatalah srigala, “Sahabatku! Tunggulah di sini terlebih dahulu, karena saya ada keperluan sebentar”. Maka berangkatlah srigala menemui raja singa yang sudah menunggunya dari pagi. Setelah sampai di tempat raja singa, srigala mengatakan bahwa keledai itu sudah dibawanya dan sekarang berada di suatu tempat dan srigalapun menujukan tempat keledai berada.
Maka berangkatlah raja singa dengan hati gembira hendak menerkam keledai. Begitu sampai di tempat keledai berada, ia langsung menerkam keledai itu. Akan tetapi, karena badannya yang lemah, keledai itu tidak berhasil ditangkapnya, dan keledaipun lari ke dalam hutan. Srigala datang menghampiri raja singa dan berkata, “Alangkah lemahnya tunaku, mangsa yang sudah di depan matapun tuanku tiadk mampu membunuhnya”. Alangkah malunya raja singa di hadapan srigala, sehingga keluarlah keringat dinginnya. Srigala kemudian berkata lagi, “Baiklah sekarang saya akan membawanya lagi kepada tuanku, tetapi ini terakhir kalinya. Jika tuanku gagal lagi, maka saya tidak akan menolong tuanku lagi.
Berangkatlah srigala menemui keledai yang sudah lari tersebut, ia berkata, “Kenapa engkau lari saudaraku? Yang datang kepadamu itu adalah seekor keledai juga, ia ingin bersahabat denganmu. Jika saja engkau tidak lari tentulah engkau sudah dibawanya ke tempat yang aku ceritakan itu”. Keledaipun berhenti dari larinya dan menysal atas sikapnya. Ia peracaya sepenuhnya kepada apa yang dikatakan oleh srigala. Sebab, ia tidak pernah tahu dengan singa atau keledai, karena semenjak kecil ia hidup di perkampungan bersama manusia. Iapun berkata, “Kalau begitu sudilah kiranya engkau membawa saya kembali ke tempat tadi, dan memperkenalkan saya kepada teman-temanku itu”. Maka srigalapun membawa keledai kembali ke tempat semula.
Setelah sampai di tempat tersebut srigala berkata, “Tunggulah engkau di sini, saya akan panggilkan temanmu itu”. Berangkatlah srigala menemui raja singa dan memberitahukan tempat keledai berada. Srigala berkata kepada raja singa, “Ingatlah tuanku! Ini adalah terakhir kalinya aku membantumu. Jika gagal maka engkaulah yang akan menanggung kerugian”. Berangkatlah raja singa dengan penuh amarah dan hati yang panas mendengar ucapan srigala. Ia benar-benar bertekad akan membunuh keledai tersebut. Setelah sampai di tempat keledai berada, raja singa langsung menyerang keledai dan kali ini keledai tidak bisa lagi lepas dari terkaman raja singa. Maka robohlah keldai itu dengan bersimbah darah tanpa perlawanan yang berarti.
Setelah keledai mati datanglah srigala menemui raja singa dan memujinya atas keberhasilanya membunuh keledai itu. Ketika itu, berkatalah raja singa kepada srigala, “Kata tabib, aku belum boleh memakan hati dan telinga keledai ini sebelum aku mandi. Oleh karena itu, akau ingin pulang dan mandi dulu, aku titipkan keledai ini kepadamu. Nanti setelah aku mandi, aku makan seperlunya dan selebihnya aku berikan kepadamu”. Srigalapun menyanggupi permintaan raja singa. Maka pergila raja singa ke rumahnya untuk mandi sebelum memakan obatnya.
Akan tetapi, alangkah terkejutnya raja singa ketika sudah kembali, ia tidak lagi mendapatkan hati dan telinga keledai itu. Lalu ia bertanya kepada srigala, “Kenapa engkau memakan hati dan telinga keledai ini? Bukankah aku telah mengatakannya bahwa itu adalah obatku?”. Srigala dengan enteng menjawab, “Tuanku telah ditipu oleh tabib itu, tidakkah tuanku tahu bahwa keledai tidak mempunyai hati dan telinga?. Jika saja dia punya hati dan telinga, tentulah ia tidak akan mau kembali lagi ketika tuanku gagal menangkapnya tadi. Ia mau kembali untuk kedua kalinya dan akhirnya menjadi korban tuanku, tentulah karena ia tidak punya hati dan telinga”. Raja singapun terdiam mendengar jawaban srigala.
Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran; Pertama hendaklah seseorang menghidarkan dirinya dari sikap tamak, rakus dan loba. Sebab, sikap itulah yang seringkali mencelakakan dan mendatangkan kebinasaan kepada manusia. hendak merasa puas terhadap apa yang sudah diperoleh, karena sikap puas itulah yang membuat seseorang menjadi kaya dan tidak merasa kekurangan. Janganlah seperti keledai yang mudah tergoda oleh bujuk rayu kenikmatan yang tidak pasti ia ketahui keberadaanya. Sehingga, demi mencari sesuatu yang tidak pasti, ia akhirnya menjadi celaka dan binasa.
Kedua, hendak semua orang menyadari bahwa kebodohan adalah gerbang kebinasaan. Sebab, kebodohan seringkali membuat orang lain dengan mudah menipu dan mengelabuhi kita. Jika tidak memiliki pengetahuan, maka dengan mudah orang lain menyesatkan kita, seperti yang dialami oleh raja singa dan keledai. Begitu juga, bahwa kebodohan seringkali membuat manusia jatuh ke dalam lobang yang sama, atau melakukan kesalahan yang sama untuk masa berikutnya. Itulah yang diingatkan Allah dalam surat an-Nisa’ [4]: 113
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ أَنْ يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَضُرُّونَكَ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا
Artinya: “Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.”
Ketiga, janganlah seseorang berlaku khianat terhadap keprcayaan yang diberikan orang lain kepadanya. Sikap itu akan membuat manusia merugi, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, dia akan dikucilkan dari pergaulan karena kehilangan kepercayaan manusia lain, dan di akhirat dia akan menerima azab dan siksa dari Allah. Oleh karena itu, Allah swt mengingatkan manusia seperti dalam surat an-Nisa’ [4]: 58
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Begitu juga dalam surat Ali Imran [3]: 161
…وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Artinya: “...Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.
Selasa, 08 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar