Selasa, 08 September 2009

Isteri Yang Shalihah

Isteri Yang Shalihah
Dikisahkan pada masa Rasulullah saw, hiduplah sepasang suami isteri yang shalih di kota Madinah. Suatu hari, Rasulullah memerintahkan seluruh laki-laki untuk ikut berperang melawan orang-orang musyrik, kecuali yang masih anak-anak atau sudah tua. Maka berangkatlah seluruh laki-laki yang ada di Madinah termasuk suami perempuan yang shalihah tersebut. Sebelum berangkat, suaminya berpesan agar dia tidak keluar dan meninggalkan rumah sampai suaminya pulang dari peperangan.
Setelah keberangkatan pasukan Islam ke medan perang, datanglah seseorang ke rumah perempuan yang dtinggalkan suaminya tersebut. Orang itu mengabarkan bahwa ayahnya sedang sakit keras, dia diminta datang untuk menjenguknya. Ketika itu, dia teringat pesan suamiya agar dia tidak meningggalkan rumah sebelum suaminya pulang dari peperangan. Maka dia mengurungkan niatnya untuk menjenguk ayahnya yang sedang sakit, sebelum suaminya pulang.
Hari berikutnya, datang lagi seseorang ke rumahnya dan memberitahukan bahwa sakit ayahnya semakin bertambah dan dia diminta segera datang menemui ayahnya. Ketika akan berangkat, dia kembali teringat akan pesan suaminya, lalu niat untuk mengunjungi ayahnya yang sedang sakitpun diurungkan kembali.
Pada hari ketiga, datang lagi seseorang memberitahukan kepadanya bahwa ayahnya telah meninggal dunia, dan dia dimohon segera melihat jasad ayahnya. Di saat akan berangkat, dia kembali teringat akan pesan suaminya, akhirnya niatnya pun diurungkannya. Maka berita tentang perempuan itupun tersiarlah ke seluruh kota Madinah, sebagian besar mencela dan mencap perempuan itu sebagai anak durhaka.
Setelah tantara Islam pulang dari pertempuran, maka sebagain umat Islam menghadap Rasulullah dan memberitahukan perihal perempuan tersebut dan suaminya. Setelah mendengarkan persoalannya dengan utuh, Rasulullah berkata, “Allah swt. telah mengampuni seluruh dosa ayah perempuan itu, dan akan memasukannya ke dalam sorga karena telah memiliki anak yang shalihah dan patuh kepada suaminya”.
Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran, bahwa begitulah kepatuhan yang mesti ditunjukan isteri kepada suaminya. Amat besar dosanya jika isteri membantah atau melawan perintah suaminya. Begitu juga, jika dia mengkhianati amanah yang diberikan suaminya, baik berupa harta, kehormatan, dan sebagainya. Dalam sebuah hadits yang diterima dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw. menyebutkan
أربع من أعطيهن فقد أعطي خير الدنيا والآخرة, لسان ذاكر وقلب شاكر وبدن على البلاء صابر وزوجة لا تبغيه خونا فى نفسها ومالها
Artinya: “Ada empat hal, siapa yang diberikan kepadanya berarti dia telah diberikan kebaikan dunia dan akhirat; lidah yang berzikir, hati yang bersyukur, tubuh yang sabar atas segala cobaan, dan isteri shalihah yang tidak pernah berkeinginan untuk mengkhianati suaminya baik terhadap dirinya maupun harta suaminya”. (H.R. Tarmizi)
Bila seorang isteri melanggar, atau membantah perintah suaminya berarti dia termasuk isteri yang durhaka. Dia bukan hanya berhak mendapat hukuman dan ganjaran dari suaminya, akan tetapi dia juga berhak atas laknat dan kutukan Allah serta para malaikat-Nya. Bagi seorang isteri yang durhaka, dia tidak berhak mendapat belanja dan nafkah dari suaminya. Bahkan, suaminya boleh berpisah ranjang dengannya, atau bahkan memukulnya agar dia sadar akan kesalahanya. Begitulah yang disebutkan Allha dalm surat an-Nisa’ [4]: 34
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Tidak ada komentar: