Orang Alim Yang Dikalahkan Syaithan
Terdapat dalam sebuah cerita, bahwa hiduplah seorang alim di suatu daerah yang mana sebagian penduduknya menyembah sebatang pohon. Makin hari, jumlah orang yang menyembah pohon tersebut semakin banyak, sehingga orang alim tersebut merasa berkewajiban menghentikan kemusyrikan dan mengembalikan manusia ke agama Tuhan yang benar. Maka suatu malam, sang alim mengasah sebuah kapak besar dan bermaksud untuk menebang batang pohon tersebut keesokan harinya.
Setelah selesai shalat subuh, berangkatlah orang alim itu menuju pohon yang disembah manusia dengan memikul sebuah kapak besar yang sangat tajam di pundaknya. Di tengah perjalanan, datanglah iblis dalam wujud manusia yang hitam dan berbadan kekar. Iblis bertanya kepada orang alim itu “Mau kemana engkau?” Orang alim itu menjawab “Saya hendak menebang pohon yang disembah manusia, karena telah menyesatkan mereka”. Iblis menjawab, “Lantas apa hubungannya dengan engkau? Yang pasti engkau bukan orang yang sesat dan ikut menyembahnya”. Orang alim itu berkata, “Justru itu saya berkewajiban mengembalikan manusia kepada keyakinan yang benar dengan menyembah Allah semata tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain”.
Karena masing-masing bersikeras dengan keyakinan dan keinginannya, maka perkelahian tidak dapat dielakan. Iblis pada awalnya sangat percaya diri akan mampu mengalahkan manusia tersebut, karena kekuatan yang dimilikinya. Namun, di luar dugaan iblis, ternyata orang alim itu dengan mudah mengalahkannya dan tanpa perlawanan yang berarti. Karena tidak berdaya mengahadapi orang alim itu, iblis kemudian meminta agar ia diberi ampun dan sebagai gantinya ia menjanjikan kepada orang alim itu, bahwa setiap selesai shalat dia akan memperoleh sejumlah uang emas dirham di bawah kain tempat sujudnya. Dengan catatan, orang alim tersebut bersedia mengurungkan niatnya untuk tidak menebang pohon itu.
Mendengar tawaran iblis, tekadnya untuk menebang pohon mulai goyah, ditambah lagi jika dia teringat isterinya yang selalu mengomel karena setiap hari kekurangan belanja. Akhirnya tawaran iblis diterima dan kembalilah orang alim ke rumahnya.
Ketika tiba waktu shalat orang alim melakukan shalat, dan setiap kali selesai shalat dia selalu menemui sejumlah uang dirham di bawah tikar sujudnya. Kondisi tersebut berlangsung selama beberapa hari, sehingga senanglah hatinya dan juga isterinya karena hidup mereka yang mulai berkecukupan. Namun, suatu hari setelah selasai shalat dia tidak lagi menemukan uang yang dijanjikan iblis kepadanya. Setelah beberapa kali shalat kondisinya tetap sama, sehingga memuncaklah amarah orang alim dan dia bergegas mengambil kapak besarnya, dan pergi hendak menebang pohon yang disembah manusia itu.
Di tengah perjalanan, kembali dia dihadang oleh iblis yang beberapa hari yang lalu melakukan hal yang sama terhadapnya. Seperti sebelumnya, terjadi pertengkaran hebat antara keduanya yang berujung pada perkelahian. Namun, kali ini iblis dengan mudah dapat mengalahkan orang alim tersebut sehingga dia “bertekuk lutut” kepada iblis tanpa perlawanan yang berarti. Setelah meminta ampun dan iblis melepaskannya, bertanyalah orang alim tentang sebab kemenangannya pada perkelahian pertama dan kekalahannya pada perkelahian kedua. Iblis menjawab “Dulu pada perkelahian pertama engkau menang terhadap saya, karena niatmu yang ikhlas karena Allah hendak menebang pohon, demi mengembalikan manusia ke jalan yang benar. Sedangkan pada perkelahian kali ini engkau kalah, karena niatmu menebang pohon bukan karena Allah dan juga bukan untuk mengembalikan manusia ke agama yang benar. Namun, dimotivasi oleh kemarahanmu karena tidak lagi mendapatkan uang dari saya”. Orang alim itu sangat menyesali perbuatannya dan meminta ampun kepada Allah.
Dari kisah di atas, dapat diambil pelajaran bahwa seseorang yang berlaku ikhlash dalam beramal, maka syaithan tidak akan berani dan tidak akan mampu menghadapi dan mengalahkannya. Sebab, syaithan telah bersumpah di hadapan Tuhan akan menggelincirkan manusia dari jalan-Nya, kecuali orang yang ikhlas akan selamat dari godaannya. Seperti yang disebutkan Allah dalam surat al-Hijr [15]: 39-40
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ(39)إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ(40)
Artinya: “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan ma'siat di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya(39), Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka (40).”
Selasa, 08 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar