Selasa, 08 September 2009

Burung Puyuh, Pelanduk Dan Seekor Kucing

Burung Puyuh, Pelanduk Dan Seekor Kucing
Dikisahkan pada sebuah sebuah hutan, hiduplah seekor burung puyuh yang membuat sarang di bawah sebatang pohon. Setelah selesai membangun sarang, puyuhpun pergi selama beberapa hari mencari persiapan makanan untuknya selama bertelur nanti. Saat kepergiannya itulah datang seekor pelanduk menempati sarang yang sudah dibangun oleh burung puyuh dengan susah payahnya.
Tidak lama setelah itu, pulanglah burung puyuh ke sarangnya. Namun, alangkah terkejutnya ia ketika mendapati sarangnya telah dihuni oleh pelanduk. Maka terjadilah pertengkaran antara keduanya. Burung puyuh bersikeras mengatakan bahwa sarang itu adalah miliknya. Sementara, pelanduk juga tidak mau mengalah dan tetap bersikukuh bahwa sarang itu adalah miliknya.
Setelah lama bertengkar dan tidak ada satupun yang mau mengalah, akhirnya kedua makhluk itu sepakat mencari hakim untuk memutuskan perkara mereka. Mereka sepakat untuk membawa perkara tersebut kepada seekor kucing petapa yang ahli ibadah. Mereka yakin bahwa sang kucing dapat memutuskan perkara mereka dengan adil, karena ia adalah seorang yang shalih. Menurut cerita yang mereka dapatkan, bahwa kucing itu adalah makhluk yang rajin berpuasa di siang hari dan beribadah setiap malamnya, serta tidak pernah menumpahkan darah. Merekapun berangkat menemui kucing di tempat pertapaannya.
Sang kucing melihat kedatangan kedua makhluk tersebut, ia mulailah melaksankan shalat dengan khusu’nya. Melihat keadaan sang kucing, maka bertambah yakinlah mereka untuk menjadikannya hakim dan memutuskan perkara yang mereka hadapi. Setelah selesai shalat, kucing mempersilahkan kedua tamunya masuk. Merekapun masuk dan menyampaikan maksud kedatangan mereka. Burung puyuh berkata, “Kami berdua sedang dalam perkara, dan kami datang untuk meminta keadilan kepadamu. Oleh karena itu, sudilah kiranya engkau menjadi hakim atas perkara kami”. Sang kucing berkata, “Saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan kalian. Namun, sebelum saya mendengarkan duduk perkaranya, saya ingin menasehati kalian terlebih dahulu. Ketahuilah, bahwa siapa yang berdiri di atas kebenaran maka dialah yang memperoleh kemenangan, sekalipun dia kalah dalam perkara. Sebaliknya, siapa yang berdiri di atas kebatilan dialah yang kalah, sekalipun dia menang dalam perkara. Sebab, nanti di akhirat tidak akan ada satupun makhluk yang bisa menyembunyikan apa yang telah diperbuatnya, bahkan yang ada di dalam hatinya sekalipun. Takutlah kalian akan kematian, karena tidak akan ada yang bisa kalain bawa menuju akhirat selain amal yang shalih. Oleh karena itu, perlakukanlah orang lain sama seperti memperlakukan diri sendiri. Jika itu yang kalian lakukan, kebahagian dunia dan akhirat telah menunggu kalian”.
Mendengar ucapan dan nasehat kucing, bertambah mantaplah hati mereka untuk mengangkatnya sebagai hakim dan pemutus perkara mereka. Apapun yang akan diputuskannya mereka akan menerimanya dengan senang hati. Maka mulailah burung puyuh menceritakan kronolgis peristiwa dan letak perkaranya, begitu juga dengan pelanduk menurut versi mereka masing-masing. Setelah beberapa lama mendengarkan uraian burung puyuh dan pelanduk, kucingpun berkata, “Sebelumnya saya mohon maaf kepada kalian, bukankah kalian tahu bahwa saya telah tua, dan pendengaran saya sudah tidak bagus lagi. Oleh karena itu, sudilah kalian mendekat ke telingku dan katakanlah apa persoalannya di dekat telingaku ini”. Maka keduanya pun mendekat ke telinga sang kucing dan mengatakan perkaranya. Begitu mereka berada sangat dekat dengan sang kucing, maka dengan mudah sang kucing menangkap dan membunuh mereka berdua, dan berakhirlah meraka dengan menjadi santapan sang kucing.
Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran; Pertama, janganlah seseorang mengambil sesuatu yang bukan hak atau miliknya. Hal itu bukan saja merugikan orang lain, akan tetapi juga merugikan diri sendiri. Di dunia seseorang akan merugi karena akan dijauhi dan dibenci oleh orang lain, sementara di akhirat, dia akan menerima siksa dan azab yang pedih dari Allah. Oleh Karen itulah Allah swt. mengingatkan manusia dalam beberapa ayat-Nya, seperti surat al-Baqarah [2]: 188
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”
Kedua, janganlah seorang atau sekelompok mukmin menyerahkan suatu urusan kepada orang yang jelas-jelas memusuhi dan tidak suka kepadanya. Sekalipun mereka suka dan senang pada kenyataannya, namun pada hakikatnya dalam hati mereka tersimpan kebencian, yang suatu saat ketika kesempatan ada, mereka akan membinasakan kita. Begitulah permusuhan dan kebencian orang kafir terhdap orang beriman seperti yang disebutkan dalam surat Ali Imran [3]: 28
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
Artinya: “Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).”
Begitu juga dalam surat al-Ma’idah [5]: 51
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Ketiga, janganlah terlalu percaya kepada seseorang hanya dengan melihat penampilan luarnya saja. Sebab, betapa banyak orang yang mengagumkan penampilannya dan tutur bahasanya yang memukau pendengar, namun mereka adalah sejahat-jahat manusia dan di dalam hatinya tersimpan berbagai penyakit. Perumpamaan manusia seperti ini disebutkan Allah seperti dalam surat al-Munafiqun [63]: 4
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Artinya: “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?.”
Keempat, seperi pesan kucing kepada puyuh dan pelanduk, bahwa kalaupun mereka bisa mengelabuhi manusia lain dan memengkan perkara dengan jalan kebatilan, maka Allah adalah Dzat yang tidak akan bisa mereka bersembunyi dari-Nya. Itulah yang ditegaskan Allah dalam surat an-Nisa’ [4]: 108
يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا
Artinya: “mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.”
Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang mampu menyembunyikan kejahatannya dari Allah, karena masing-masing manusia telah diperentukan baginya malaikat-malaikat yang mengawasi dan mencatat seluruh perbutannya. Seperti yang disebutkan Allah dalam surat ar-Ra’du [13]: 11
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ…
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah…”
Hal itu ditegaskan lagi oleh Allah swt dalam surat al-Infithar [82]: 10-12
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ(10)كِرَامًا كَاتِبِينَ(11)يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ(12)

Artinya: “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu) (10), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu) (11), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan (12).”


selanjutnya dalam surat Qaf [50]: 18 Allah berfirman
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Artinya: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
Kelima, seperti pesan kucing kepada mereka berdua, hendaklah kamu memperlakukan orang lain sama seperti memperlakukan diri sendiri. Jika kita sakit dengan suatu perkataan atau perbuatan, maka janganlah kita mengatakan atau melakukan hal itu kepada orang lain. Sebab, orang lainpun akan merasakan sakit seperti yang kita rasakan. Jika kita merasa senang dan gembira dengan suatu ucapan dan perbuatan, maka lakukanlah itu untuk orang lain. Sebab, orang lainpun akan merasakan senang dan gembira seperti yang kita rasakan. Itulah yang disebut dengan sikap adil seperti yang dipesankan Allah dalam surat an-Nahl [16]: 90
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Tidak ada komentar: