Selasa, 05 Agustus 2008

Al-Hikmah

Al-Hikmah
Allah swt. bukan hanya memerintahkan manusia untuk menjadi seorang alim yang menguasi berbagai macam ilmu pengetahuan. Akan tetapi, Allah swt. juga mengajak manusia untuk memiliki al-hikmah, sehingga dia menjadi manusia yang bijaksana. Seorang yang bijaksana atau memiliki al-hikmah adalah manusia yang bisa mengambil keputusan, tindakan, sikap dengan benar dan sangat tepat. Allah adalah puncaknya al-Hakim, karena segala keputusan dan tindakan Allah adalah benar, sangat tepat dan tidak pernah keliru. Kalaupun, kelihatannya kurang tepat, hal itu disebabkan hanyalah karena keterbatasan manusia memahami Allah yang Maha Mutlak.
Al-hikmah adalah hal yang amat penting dimiliki manusia untuk bisa eksistensinya diterima di tengah masyarakat tempat dia berada. Betapa banyak orang yang pintar, cerdas, pakar di suatu bidang ilmu akan tetapi tidak mendapat tempat di tengah masyarakat. Di antara penyebabnya adalah bahwa yang bersangkutan kurang bisa menempatkan segala sesuatu dengan tepat dan benar.
Di dalam al-Qur’an, Allah menyebutkan empat orang yang diberikan al-hikmah. Sekaligus, di dalam ayat-ayat tersebut diisyaratkan penyebab seseorang bisa memperoleh hikmah dari Allah. Mereka adalah:
Pertama, nabi Muhammad saw. seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 151
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni`mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
Kedua, nabi Isa as. seperti disebutkan dalam surat al-Ma’idah [5]: 110
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ…..
Artinya: “(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai `Isa putra Maryam, ingatlah ni`mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil,…”
Ketiga, nabi Ibrahim as. seperti disebutkan dalam an-Nisa’ [4]: 54
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا ءَاتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ ءَاتَيْنَا ءَالَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَءَاتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا
Artinya: “ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.”
Keempat, Luqman surata Luqman [31]: 12
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".”
Dari empat orang yang didatangkan al-hikmah oleh Allah swt., tiga disebabkan oleh al-Kitab. Dengan demikian, al-kitab adalah hal yang bisa menjadikan seseorang penuh hikmah dan kebijaksanaan. Ada beberapa penyebab; Pertama, orang yang dekat dengan al-Kitab adalah orang yang memiliki kesucian hati dan jiwa, sehingga jiwanya akan sangat sensitive. Jiwa yang sensitive akan mampu menempatkan segala sesuatu dengan tepat dan benar.
Dalam surat al-Waqi’ah [56]: 79, Allah swt berfirman
لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
Artinya: “Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.”
Ayat di atas menegaskan, bahwa al-Kitab (al-Qur’an) hanya akan disentuh oleh orang-orang yang suci baik fisik, fikiran maupun hati. Begitu juga, al-Qur’an hanya akan dekat, menyentuh dan menyatu dengan orang-orang yang memiliki kesucian pula. Jika seseorang sudah memiliki kesucian hati dan fikiran, tentulah dia akan memiliki jiwa yang sensistif, mampu menjangkau sesuatu yang berada di balik fenomena atau yang tampak nyata. Itulah kebijaksanaan atau al-hikmah, berupa kemapuan memahami nomena (di balik yang tanpak nyata).
Kedua, biasanya yang banyak mempengaruhi sikap, gaya dan prilaku seseorang adalah bacaan. Jika bacaannya al-Kitab (al-Qur’an), maka tentulah dia akan sangat bijaksana. Karena, Al-Qur’an adalah kitab yang penuh kebijaksanaan. Begitulah yang ditegaskan Alalh dalam surat Yasin [36]: 2
وَالْقُرْءَانِ الْحَكِيمِ
Artinya: “Demi Al Qur'an yang penuh hikmah,”
Kebijaksanaan yang lain muncul karena sikap hidup, seperti yang diperoleh oleh Luqman. Luqman memperoleh hikmah dari Allah, karena sikap hidupnya yang selalu mampu menghargai kebaikan semua orang. Luqman adalah mansuia yang mampu berterima dengan sempurna kepada siapapun yang berbuat baik kepadanya.
Sikap hidup seperti inilah yang akan menjadikan seseorang memperoleh al-hikmah. Jika seseorang mampu menghargai setiap kebaikan orang lain, tentulah dia akan mampu menempatkan segala sikap, perkataan, serta tindakannya dengan tepat dan benar. Itulah yang disebut al-hikmah atau kebjaksanaan.

Tidak ada komentar: