Selasa, 05 Agustus 2008

Memperingati 100 Tahun Kebangkitan Nasional

Memperingati 100 Tahun Kebangkitan Nasional


Hari ini, genap bangsa Indonesia memperingati seratus tahun kebangkitan nasional. Satu Abad yang lalu, sekelompok pemuda membentuk sebuah organsasi yang merupakan awal kebangkitan dan kesadaran bangsa indonesia akan pentingnya persatuan demi melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Pergerakan tersebut dikenal dengan nama Budi utomo yang dibentuk tanggal 20 Mei 1908. Pergerakan inilah yang kemudian mempelopori munculnya ide nasionalisme, sehingga pada taanggal 28 Oktober 1928 lahir sumpah pemuda dan 17 tahun kemudian tepatnya 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya.
Melalui momentum seratus tahun peringatan kebangkitan nasional, marilah kita menolehkan pandangan kepada pembicaraan al-Qur’an tentang bagaimana kebangkitan semestinya kita sambut dan apa yang semestinya kita lakukan dalam mengisi kebangkitan itu sendiri.
Di dalam al-Qur’an dikisahkan beberapa orang yang pernah dibangkitkan dari tidur panjang mereka. Pertama, Uzair yang Allah tidurkan selama seratus tahun, kemudian Allah bangkitkan. Seperti disebutkan dalam surat al -Baqarah [2]: 259
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".
Kedua, sekelompok pemuda yang Allah tidurkan di dalam sebuah goa selama 309 tahun, kemudian Allah bangkitkan. Seperti disebutkan dalam surat al-Kahfi [18]: 19
وَكَذَلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا
Artinya: “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorangpun.
Ada hal yang menarik untuk kita cermati dari kedua manusia yang dibangkitkan Allah tersebut. Di mana, ketika Allah membangkitkan Uzair dari tidur yang sangat panjang, dan dari keterlenaannya dalam waktu cukup lama, Allah perintahkan kepadanya untuk berfikir, merenung, mencermati, meneliti atau memperhatikan dengan seksama keadaan di sekelilingnya (unzhur).
Inilah hal yang penting semestinya kita lakukan dalam rangka menyambut hari kebangkitan, yaitu berfikir, merenung dan mengkaji keadaan di sekeling kita. Apa yang sudah kita lakukan dan yang sedang kita lakukan serta yang akan kita lakukan demi memperbaiki keadaan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa ini.
Berfikir dan merenung, juga hal pertama yang dilakukan oleh para pendahulu dan pendiri bangsa ini, ketika mereka memulai gerakan kebangkitan nasional. Mereka berfikir tentang apa kesalahan dan kelemahan masa lalu bangsa ini untuk kemudian memperbaikinya agar bisa bangkit dan melepaskan diri dari belenggu penjajajahan. Akhirnya, mereka menemukan jawaban bahwa kesalahan dan kelemahan bangsa ini adalah tidak adanya persatuan dan kesatuan dalam menghadapi penjajah. Perlawanan terhadap penjajah dilakukan secara personal atau mungkin hanya sampai tingkat lokal dan belum menjadi gerakan dan perlawanan secara kolektif dan nasional. Inilah yang kemudian membuat para tokoh pemuda bangsa ini yang terdiri dari sekelompok elit yang terdidik untuk segera bangkit dan menggalang persatuan demi melakukan perjuangan secara bersama dan kolektif melawan penjajah.
Oleh karena itu, dalam momuntem sratus tahun kebangkitan nasional ini, kita sama-sama berfikir dan merenungkan kembali tentang keadaan yang kita alami, dan berfikir tentang kesalahan dan dosa apa yang sudah dilakukan bangsa ini untuk kemudian secara bersama-sama memperbaikinya.
Kedua, ketika Allah membangkitkan para pemuda penghuni goa dari tidur panjang mereka, hal yang dilakukan mereka adalah mengutus salah seorang di antara mereka untuk pergi ke kota untuk mencari makanan sekaligus melihat situasi dan kondisi di sana.
Inilah hal yang juga mesti kita lakukan dalam rangka mengisi kebangkitan, yaitu mengirim beberapa utusan untuk pergi ke tempat-tempat yang lebih maju utnuk membandingkan kedaan kita dengan mereka untuk kemudian mengambil segala bentuk kemajuan dari tempat tersebut selanjutnya menerapkan di Negara kita.
Dalam catatan sejarah dunia, bahwa banyak Negara yang mengalami kebangkitan dan kemajuan pesat setelah mereka melakukan pengutusan para pemuda untuk belajar ke Negara yang lebih maju dan kemudian kembali dan membangun negeri mereka. Inilah yang pernah dalakukan oleh Negara-negara Eropa sebelum mereka bangkit dari ketertinggalan mereka. Mereka mengutus para pemuda ke berbagai kawasan Islam yang lebih maju dari mereka untuk kemudian mereka kembangkan di Negara mereka. Dan ketika peradaban menjadi matang di Negara-negara Barat, sebagian Umat Islam pun melakukan hal yang serupa. Sebut saja misalnya, Mesir, Turki dan sebagainya. Bahkan, Jepang setelah terpuruk dan porak poranda pada perang dunia ke dua, juga melakukan hal yang sama, sehingga bisa mencapai kemajuan seperti sekarang ini.
Akan tetapi, ada hal yang mesti kita sadarai bahwa kebangkitan atau perubahan bangsa ke arah perbaikan dan kemajuan, tidak akan bisa dilakukan secara pribadi. Perubahan dan kebangkitan mestilah dilakukan secara bersama oleh setiap jiwa bangsa ini. Lihatlah peringatan Allah dalam surat ar-Ra’du [13]: 11
…إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Ada hal yang menarik untuk dicermati dari ayat di atas; di mana, Allah swt. menegaskan bahwa perubahan harus secara kolektif (qaumin). Namun, perubahan secara kolektif baru akan terwujud jika perubahan dimulai dari pribadai-pribadi kaum tersebut (anfusihim).
Oleh karena itu, bangsa ini tidak akan bisa berubah dan bangkit dari keterpurukan jika yang ingin beruba hanya segelintir orang atau para penguasa saja atau rakyat saja. Sehebat apapun penguasa yang memimpin negeri ini, jika individu-individu bangsa ini tidak ingin berubah, maka perubahan tidak akan mungkin terjadi. Begitupun sebaliknya, sebesar apapun keinginan rakyat untuk berubah, namun jika tidak disahuti oleh para penguasa dan pemegang kebijakan juga tidak akan pernah berubah. Maka, antara penguasa dan semua pribadi rakyat bangsa ini harus punya tekad dan keinginan yang sama untuk merobah diri masing-masing, sehingga perubahan dan kebangkitan baru bisa tercapai.
Di samping itu, Allah juga menegaskan bahwa yang semestinya dirubah adalah anfusihim (jiwa), yang merupakan bagian dalam dari diri mansuia. Dengan demikian, semestinya seluruh rakyat bangsa ini jika ingin berubah dan bangkit, maka haruslah merubah anfus (moral, mental, wawasan dan gaya berfikir) mereka. Jika bangsa ini masih bermental korupsi, bermental penjilat, bermental semena-mena dan menindas yang lemah, selama itu pula kebangkitan akan jauh dari harapan.
Sekaligus, ayat ini memberikan ketegasan bahwa baik buruknya suatu bangsa, pertanggungjawabannya akan dipikul oleh seluruh bangsa tersebut. Oleh karena itu, jika bangsa ini didominasi oleh keburukan dan kejahatan, maka orang-orang baik negeri inipun akan ikut menanggung beban dosa dan keburukan bangsa ini. Sebab, di dunia ini pertangungjawaban akan dipikul secara bersama dan kelompok, sementara pertangungjawaban secara pribadi baru nanti di akhirat. Lihatlah firman Allah dalam surat Maryam [19}; 95

وَكُلُّهُمْ ءَاتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
Artinya: “Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.”

Hal lain yang mesti kita sadari dari ayat di atas, bahwa kata qaumin (bangsa) berbentuk nakirat (indifinit/ tidak tentu). Kata qaumin mencakup seluruh bangsa atau bangsa manapun di dunia ini, kafir atau mukmin. Oleh karena itu, jika sebuah bangsa sekalipun kafir dan tidak mengenal Tuhan, jika setiap pribadi bangsa itu merubah diri mereka, dipastikan Allah akan merubah bangsa tersebut ke arah lebih baik. Sebaliknya, sekalipun sebuah bangsa yang seratus persen Islam, berasaskan Islam dan seterusnya, namun jika setiap individu bangsa tersebut tidak ingin merubah diri mereka, dipastikan Allah juga tidak akan merubah nasib mereka. Sehingga, hari ini kita tidak perlu heran jika bangsa-bangsa Barat jauh lebih maju dari bangsa-bangsa Islam, karena mereka telah semenjak dulu merubah diri mereka sendiri.

Tidak ada komentar: