Jumat, 01 Agustus 2008

Do’a Kesuksesan Dalam Berjuang Menghadapi Musuh Besar

Do’a Kesuksesan Dalam Berjuang
Menghadapi Musuh Besar
Dalam surat Thaha [20]: 25-32, Allah swt mengabadikan do’a nabi Musa as. ketika hendak menghadapi musuh terbesar dan terberatnya, yaitu Fir’aun.
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي(25)وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي(26)وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي(27)يَفْقَهُوا قَوْلِي(28)وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي(29)هَارُونَ أَخِي(30)اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي(31)وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي(32)
Artinya: “Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,25dan mudahkanlah untukku urusanku (26). dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku (27). supaya mereka mengerti perkataanku (28). dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (29). (yaitu) Harun, saudaraku (30). teguhkanlah dengan dia kekuatanku (31). dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku (32).”
Dalam ayat di atas setidaknya ada empat permohonan Musa as. kepada Allah swt. Pertama, dia meminta kepada Allah supaya dilapangkan dadanya untuk menghadapi Fir’uan. Sebab, ketika seseorang menghadapi musuh, tantangan, kesulitan yang besar mestilah dengan petunjuk Allah melalui dada yang lapang dan hati yang tenang. Sekecil apapun tantangan, kesulitan, musuh dan sebagainya, jika dihadapi dengan emosi dan dada yang sempit, maka kekalahan akan menimpa seseorang. Seorang yang berdebat misalnya, jika dilakukan dengan emosi dan pikiran yang sempit, maka dia akan kalah dalam berdebat. Seorang siswa yang sedang belajar, jika menghadapi kesulitan dalam sebuah pelajaran lalu dia hadapi dengan dada sempit dan emosi, tentulah dia akan kalah dan akhirnya meninggalkan studinya, begitulah seterusnya. Begitulah yang ditegaskan Allah dalam surat al-An’am [6]: 125
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Artinya: “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”
Nabi Musa menyadari betul kekuatan dan kecerdasan Fir’aun, serta menyadari segala kelemahan dan kekurangannya. Namun, dengan dada yang lapang dan fikiran yang jernih, akhirnya Musa memenangkan perdebatan dan bahkan berhasil memenangkan pertarungan dengan para tukang sihir dan akhirnya membinasakan kekuatan besar Fir’aun dan bala tentaranya di laut Merah.
Kedua, Musa berdo’a kepada Allah agar diberi kemudahan. Sebab, tidak satupun pekerjaan, sekecil apapun itu yang tidak memiliki kesulitan dan tantangan. Di samping bermodalkan kemampuan, kecakapan, dada yang lapang serta fikiran yang jernih, maka perlu manusia memohon kemudahan kepada Allah. Hal itu dilakukan supaya manusia tidak pernah memandang remah dan entang kekuatan musuh atau sebuah pekerjaan. Dengan memohon agar diberikan kemudahan, berarti manusia memandang masalah itu berat – sekalipun pada prinsipnya adalah ringan- sehingga, akan membangkitkan semagat serta kesungguhan dalam mengerjakannya. Betapa banyak kegagalan yang dialami oleh seseorang ketika mengerjakan suatu pekerjaan yang sebenarnya ringan dan kecil, karena menganggapnya ringan dan enteng.
Ketiga, Musa bermohon kepada Allah agar diberikan lidah yang baik, fasih dan jauh dari ikatan. Dalam mengahadapi suatu kekuatan musuh, kesulitan atau tantangan, maka diperlukan bahasa yang santun, sopan dan teratur. Sebab, kesulitan dan masalah yang besar, seringkali dapat dengan mudah diselesaikan dengan bahasa dan lidah yang bagus. Sebaliknya, betapa banyaknya manusia dihadapkan pada masalah dan kesulitan besar, karena tidak mampu berbahasa dengan baik dan benar.
Keempat, Musa as. meminta agar diberi pendamping yang akan membantunya menyelesaikan kesulitan dan bahaya yang besar. Namun demikian, Musa meminta agar pendamping yang akan membantunya adalah orang yang mampu menambah kekuatannya dan dari keluarganya sendiri (min ahlî).
Maksud dari keluarga sendiri tentu saja tidak mesti adik, kakak, paman atau kerabat lainnya. Maksud dari keluarga sendiri adalah orang yang memiliki kesamaan maksud dan tujuan dengan kita. Itulah pengajaran dalam memilih teman dan pendamping dalam menghadapi masalah dalam kehidupan. Hendaklah manusia mencari teman dan pendamping orang yang betul-betul bisa membantu menyelesaikan masalah kita, serta yang lebih penting dia harus memiliki kesamaan dengan kita. Betapa banyak manusia memiliki teman dan pendamping, bukannya akan membantunya menyelesaikan masalah, namun malah menjadi masalah baginya atau menambah masalah baru.
Seorang siswa yang sangat cerdas misalnya seringkali gagal dalam studinya, karena salah dalam berteman. Sebaliknya, seorang siswa yang memiliki kemampuan biasa saja, namun berhasil mencapai kesuksesan karena memiilki teman yang tepat dalam menempuh studinya. Begitulah hendaknya manusia berhati-hati untuk menentukan pilahan dalam berteman dan memilih pendamping hidup.

Tidak ada komentar: