Jumat, 01 Agustus 2008

Amanah Allah Kepada Manusia

Amanah Allah Kepada Manusia
Di dalam surata al-Ahzab [33]: 72-73, Allah swt. berfirman
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا(72)لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا(73)
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (72). Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mu'min laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (73).”
Menurut sebagian mufassir, setidaknya ada tiga maksud amanah Allah yang pernah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung yang mereka enggan dan merasa tidak sanggup memikulnya. Keengganan mereka disebabkan rasa takut tidak akan bisa menjalankannya dengan baik, sehingga mereka termasuk makhluk yang munafik yang berhak atas azab dan murka Allah.
Pertama, adalah amanah akal. Akal adalah sesuatu yang teramat berat untuk dipikul, sehingga tidak semua makhluk diberi akal. Manusia diberikan akal, karena menurut Allah manusia adalah makhluk yang paling kuat dan sanggup untuk memikulnya, serta mempertanggungjawabkannya. Begitulah yang disebutkan Allah dalam surat an-Nahl [16]: 78-79
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(78)أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (97)
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (78). Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman (79).”
Oleh karena akal adalah amanah yang sangat berat yang dipikulkan kepada manusia, maka semestinya manusia mempergunakannya sebagaimana maksud pemberiannya. Akal manusia hendaklah selalu diaktifkan untuk berfikir menemukan kebesaran Allah, serta hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan dan peradaban manusia. Begitulah isyarat dari ayat di atas yang memerintahkan manusia memperhatikan burung yang terbang, demi terciptanya peradaban dan kemashlahatan manusia, sehingga manusia menciptakan pula alat transportasi yang juga bisa mengangkut manusia melalui jalur udara seperti burung yang terbang. Jika manusia tidak mempergunakan akalnya dengan maksimal atau mempergunakannya untuk menemukan sesuatu yang akan mendatangkan kerusakan dan kehancuran, maka manusia menjadi kelompok munafik dan yang pasti akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak.
Kedua, amanah al-Qur’an. Al-Qur’an adalah sesuatu yang teramat berat untuk dipikul makhluk lain, bahkan yang dianggap paling kuat dan kokoh sekalipun, seperti gunung. Sebagaimana yang disebutkan Allah swt. dalam surat al-Hasyr [59]: 21
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْءَانَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Oleh Karena al-Qur’an adalah amanah Allah yang teramat besar dan agung yang dipikulkan kepada manusia, maka semestinya manusia mengembannya dengan sebaik-baiknya. Hendaklah semua manusia berupaya mendekatkan diri dengan al-Qur’an sebagai wujud tanggung jawab terhadap amanah tersebut. Semua manusia hendaklah selalu membaca, mempelajari, mendalami maksudnya serta mengamalkan seluruh isinya dengan baik dan sempurna. Begitulah tujuan al-Qur’an diturunkan kepada manusia.
Ketiga, amanah agama dalam bentuk seperangkat aturan tentang halal, halam serta seperangkat aturan ibadah ritual. Wajar kiranya, kalau makhluk selain manusia tidak dibebani separangkat aturan dan peribadatan, karena memang manusialah satu-satunya makhluk yang menerima aturan agama dan bentuk peribadatan. Oleh Karena itu, jika manusia tidak patuh pada aturan agama serta tidak taat terhadap aturan syari’at dan tidak menjalankan ibadah, sudah pasti dia berhak atas azab Allah di akhirat kelak.

Tidak ada komentar: