Bayang-Bayang
Salah satu hal yang mendapatkan pembicaraan cukup banyak di dalam al-Qur’an adalah bayang-bayang atau naungan (Zhillun/Zhilâlun). Tidak kurang dari dua puluh ayat yang membicarakan tentang bayang-bayang. Namun demikian, dari semua ayat yang membicarakan tentang bayang-bayang, tema pembicaraannya bisa dibagi ke dalam empat hal;
Pertama, bayang-bayang atau naungan, Allah sebutkan sebagai salah satu bentuk nikmat akhirat yang diberikan kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Allah menyebutkan bahwa di saat sebagian manusia menghadapi panas azab yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, Dia menyediakan bayang-bayang yang menanungi kelompok yang patuh dan taat kepada Allah. seperti disebutkan dalam surat Yasin [36]: 56
هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ
Artinya: “Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.”
Begitu juga dalam surat al-Mursalat [77]: 41
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي ظِلَالٍ وَعُيُونٍ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air.”
Begitu juga dalam surat al-Insan [76]: 14
وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلَالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلًا
Artinya: “Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.”
Kedua, bayang-banyang Allah sebutkan sebagai salah satu bentuk karunia Allah terhadap Bani Isarel. Ketika, mereka melarikan diri dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya, Bani Israel menghadapi perjalanan yang sangat sulit, jauh, serta di bawah panas terik matahari yang membakar. Ketika itulah, Allah memberikan naungan kepada mereka dengan mengutus awan yang menyertai perjalanan mereka. Seperti disebutkan dalam surata al-Baqarah [2]: 57
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Artinya: “Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
Begitu juga dalam surat al-A’raf [7]: 160
وَقَطَّعْنَاهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ أَسْبَاطًا أُمَمًا وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى إِذِ اسْتَسْقَاهُ قَوْمُهُ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْبَجَسَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ وَظَلَّلْنَا عَلَيْهِمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْهِمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Artinya: “Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah daripadanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman); "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezkikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri.”
Ketiga, pembicaraan tentang bayang-bayang disebutkan Allah sebagai salah satu bentuk nikmat terbesar bagi kehidupan manusia dan alam ini. Dengan adanya benda-benda yang tidak bisa ditembus matahari sehingga menghasilkan bayang-bayang, kehidupan di alam menjadi teratur dan seimbang. Dengan adanya benda yang tidak tembus pandang itulah manusia membangun rumah dan tempat tinggal, sehingga mereka bisa beristirahat dengan nyaman dan tentram. Tidak bisa dibayangkan apa jadinya kehidupan ini, jika semua benda transparan dan tembus cahaya. Di manakah manusia akan berlindung dan mencari ketenagan hidup? Itulah yang Allah sebutkan dalam surat an-Nahl [16]: 81
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan ni`mat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).”
Keempat, Bayang-banyang Allah sebutkan sebagai salah satu objek yang mesti dijadikan bahan pemikiran dan perenungan bagi manusia untuk menemukan kebesaran Allah. Dengan memperhatikan bayang-bayang manusia akan mendapatkan banyak pelajaran berharga dan akan mengantarkan manusia kepada pengenalan akan Sang Pencipta dan mendekatkan diri kepada-Nya. Seperti disebutkan dalam surat al-Furqan [25]: 45-46
أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلًا(45)ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا(46)
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu (45). kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan (46).”
Begitu juga dalam surat an-Nahl [16]: 48
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّأُ ظِلَالُهُ عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمَائِلِ سُجَّدًا لِلَّهِ وَهُمْ دَاخِرُونَ
Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri?”.
Kedua ayat di atas pada prinsipnya mengajak manusia untuk memperhatikan bayang-bayang dan segala yang terkait dengannya demi menemukan kebesaran Allah. Di antara hikmah dari keberadaan bayang-bayang adalah:
1. Bayang-bayang dengan segala bentuk perubahannya terjadi akibat adanya perputaran bumi pada porosnya (rotasi) dan perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi). Jika bumi berhenti berputar pada porosnya, maka bayang-bayang tidak akan berubah atau bahkan tidak akan muncul di beberapa belahan bumi. Begitu juga, jika bumi tidak berputar mengelilingi matahari, maka bayang-bayang juga tidak akan mengalami perubahan. Keteraturan perubahan bentuk bayang-bayang mengantarkan mansuia pada kesimpulan akan adanya keteraturan dan keseimbangan di jagad raya ini.
Bagaimana jadinya kehidupan ini, jika bumi berputar tidak menurut aturannya atau juga benda langit lain. Jika bumi berhenti berputar pada porosnya, tentulah kehidupan akan berakhir, karena sebagian bumi siang secara terus menerus dan sebagian yang lain berada dalam malam yang berkepanjangan. Tentulah kehidupan akan berakhir.
Begitu juga, bagaimana jadinya jika bumi berhenti mengelilingi matahari pada satu titik. Tentulah kondisi suhu di bumi akan selalu tetap. Bumi akan berada dalam panas yang berkepanjangan atau dingin yang abadi. Tentulah kehidupan juga akan binasa. Bayang-bayang pada akhirnya mengantarkan manusia untuk mengetahui tentang adanya keteraturan alam raya. Jika ada kerteraturan yang begitu indah, lalu siapakah yang mengatur itu semua? Hanya Allah Yang Maha Perkasa yang mampu melakukannya. Bayang-bayang pada akhirnya mengantarkan manusia mengenal Allah, Tuhan Pengatur Alam dan isinya.
2. Bayang-bayang ada karena ada sebagian benda yang tidak bisa ditembus cahaya. Coba kita fikirkan, bagaimana sekiranya Allah menciptakan semua benda tembus pandang atau bening seperti air. Tentulah kehidupan akan berakhir dan bumi bukanlah tempat yang nyaman bagi kehidupan. Atau sebaliknya, bagaimana jika semua benda yang ada di bumi ini tidak tembus pandang, maka kehidupan juga akan binasa.
Bayang-bayang juga pada akhirnya mengantarkan manusia kepada kemahabesaran Allah dan kebijaksanan-Nya dalam menciptakan alam dan kehidupan padanya.
3. Bayang-bayang adalah sesuatu yang selalu mengalami perubahan, dari tiada kemudian muncul dan secara perlahan-lahan memanjang sampai batas tertentu kemudian Allah mencabut dan menariknya kembali, sehingga bayang-bayangpun hilang dan lenyap.
Dengan memperhatikan wujud bayang-bayang manusia akan mendapatkan pelajaran tentang alam dan kehidupan ini. Sesuatu yang yang sebelumnya tiada dan kemudian ada, maka ia suatu saat akan kembali kepada ketiadaan. Sesuatu yang sebelumnya tiada, kemudian muncul dan secara perlahan-lahan tumbuh dan kembang pada akhirnya akan bermuara pada ketiadaan. Begitulah kehidupan ini, di mana manusia juga seperti bayang-bayang. Berawaldari ketiadaan dan berakhir dengan ketiadaan juga. Manusia sebelumnya tidak ada, lalu ada dan mengalami proses tahap demi tahap di dunia ini, dan akhir dari tahap kehidupan itu adalah kematian.
4. Matahari adalah penyebab bayang-bayang muncul, ia juga yang merubah bentuk dan arah bayang-bayang, ia juga yang menghilangkan bayang-bayang tersebut. Begitulah, bahwa dengan melihat bayang-bayang manusia akan menyadari bahwa sesuatu itu ada kerena ada yang mengadakannya. Alam ini ada tentu juga ada yang menciptakannya. Dan yang mampu menciptakannya tentulah Allah Yang Maha Kuasa. Tidak mungkin sesutau itu ada tanpa sebab dan adanya sesuatu yang menjadikannya.
Adanya otoritas matahari dalam menjadikan bayang-bayang, menentukan bentuk dan arahnya, panjang dan pendeknya juga memberikan pelajaran khususnya kepada Nabi saw. dan seluruh yang menjalankan dakwah mengajak manusia ke jalan Tuhan, bahwa yang berhak memberikan petunjuk dan menentukan banyak sedikitnyanya petunjuk yang diperoleh adalah Allah semata. Rasul saw. dan siapapun yang bertugas sebagai penyeru manusia, hanya berhak menyampaikan pesan Allah di muka bumi ini. Apakah manusia akan menerima dan mendapat petunjuk, adalah otoritas Allah semata.
5. Seperti halnya bentuk dan ukuran bayang-bayang, mulai dari bentuk dan ukuran yang pendek, kemudian secara perlahan berangsur memanjang. Hal itu juga memberikan pelajaran kepada manusia, bahwa hendaklah segala sesuatu dijalankan secara bertahap. Karena, proses pentahapan adalah sesuai dengan sunnatullah. Bukankah manusia waktu lahir tidak mengenal apa-apa, lalu mulai belajar berjalan, berbicara dan seterusnya hingga manusia mengalami masa sempurna.
Itulah di antara pelajaran yang bisa dipetik dari adanya bayang-bayang diciptakan Allah. semoga bisa menjadi renungan. Amin
Selasa, 05 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Alfurqan: 45,46 menjelaskan bahwa sinar dapat dibelokkan atau dipertahankan arahnya. Bayangan akan tetap ada selama sumber cahaya masih memancarkan sinarnya. Black hole dapat menarik cahaya dengan gaya gravitasinya yang super besar. Black hole menjadi layar pusat bayangan dari berbagai sinar bintang di jagat raya.
Posting Komentar