Jumat, 01 Agustus 2008

Mulai

Mulai
Pembicaraan ini sengaja kita beri judul Mulai, karena kita berada dalam awal dan permulaan beberapa hal; Kita mulai memasuki lembaran baru dalam kehidupan kita. Di mana selama Ramadhan kita menempa diri dengan serangkaian ibadah, siang dan malam hari. Sehingga, ketika Ramadhan berakhir, kita memasuki hari fithr yang berarti kembali kepada kesucian. Kotoran yang menempel di dalam hati manusia, telah dihapus Allah dengan memberikan maghfirah atau penghapusan dosa. Oleh karena itu, pada hari ini kita sedang berada dalam lembaran kehidupan yang baru, di mana kita diberi kebebasan dan pilihan untuk menulisnya kembali, apakah dengan kebaikan ataukah dengan dosa.
Kita juga mulai memasuki bulan baru, setelah sebelumnya kita berada di bulan Ramadhan. Kita mulai menerapkan latihan yang selama Ramadhan sudah kita lalui. Ibarat sebuah pertandingan, maka selama Ramadhan semua kita telah berlatih. Berhasil atau tidaknya latihan tersebut, bisa dilihat setelah berlalunya Ramadhan.
Dan yang paling penting, bahwa pada hari ini kita mulai memasuki sekolah untuk melanjutkan proses belajar dan mengajar yang selama Ramadhan kita hentikan.
Di dalam al-Qur’an, “mulai” disebutkan Allah dengan kata bada’a (بدأ). Setidaknya terdapat enam kali kata bada’a disebutkan Allah dalam al-Qur’an. Jika dicermati penyebutan kata bada’a, akan ditemukan pesan-pesan Allah kepada manusia. Kata-kata bada’a tersebut seperti terdapat dalam ayat berikut;
Pertama, dalam surat Yusuf [12]: 76
فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاءِ أَخِيهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِعَاءِ أَخِيهِ كَذَلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
Artinya: “Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki: dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.”
Ayat di atas menceritakan kisah Yusuf as. yang berencana hendak membongkar segala kejahatan saudara-saudaranya, sekaligus dia bermaksud hendak mendatangkan ayahnya ke Mesir.
Dikisahkan, bahwa setelah Yusuf di buang ke dalam sebuah sumur tua oleh saudara-saudaranya, maka ayahnya Ya’kub hidup dengan menganggung kesedihan yang teramat hebat. Yusuf ternyata diselamatkan Allah melalui sekelompok kafilah dagang, yang pada akhirnya para kafilah ini membawanya ke Mesir dan menjualnya pada salah seseorang pejabat Mesir.
Waktu terus berjalan, hingga Yusufpun diangkat menjadi menteri urusan logistik di Mesir. Ketika itulah, datang musim paceklik dan kemarau panjang di berbagai negeri, termasuk Palestina tempat ayah Yusuf dan saudara-saudaranya berdomisili.
Mendengarkan berita, bahwa di Mesir terdapat banyak makanan dan terdapat seorang menteri urusan logistik yang sangat pemurah dan santun, berniatlah saudara-saudara Yusuf hendak pergi ke Mesir mencari makanan. Begitu sampai di Mesir, Yusuf mengetahui kedatangan saudara-saudranya. Maka dia menjamu mereka dengan sangat istimewa. Sementara, saudara-saudra Yusuf tidak menyadari dan mengetahui bahwa menteri yang menjamu mereka adalah saudara mereka sendiri. Sebelum mereka pulang Yusuf berpesan, agar saudaranya mereka yang paling kecil diajak untuk datang ke Mesir.
Pada kedatangan berikutnya, saudara-saudara Yusuf membawa saudara mereka yang paling kecil, konon bernama Benyamin yang merupakan saudara kandung Yusuf. Ketika malam datang, Yusufpun menceritakan perihal dirinya kepada Benyamin. Dia meminta kepada saudaranya itu untuk tetap merahasiakan jati dirinya. Sampai datang waktu yang tepat untuk membongkar seluruh kejahatan saudara-saudaranya di hadapan ayah mereka. Yusuf dan Beyaminpun mengatur rencana dan strategi, supaya saudara-saudara mereka membawa ayah mereka ke Mesir.
Yusufpun memasukan gantang kerajaan ke dalam karung Benyamin. Ketika hendak pergi meninggalkan Mesir, semua suadara-saudara Yusuf dicegat karena ada barang kerajaan yang hilang. Setelah diperiksa, ternyata gantang tersebut ditemukan di dalam karung Benyamin, Benyaminpun ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara dengan dalih mencuri. Yusuf memberikan syarat pembebasan, kalau mereka membaya ayah mereka ke Mesir.
Akhirnya, setelah ayah mereka tiba di Mesir terbongkarlah seluruh kejahatan saudara-saudaranya Yusuf di hadapan ayah mereka. Merekapun menyesal dan meminta maaf kepada Yusuf.
Kata “mulai” dalam ayat di atas memberikan isyarat kepada manusia untuk “mulai” menyusun rencana dan strategi. Ketika mengawali segala sesuatu, maka mulainya dengan rencana dan menyusun strategi. Sebab, tanpa rencana dan strategi, seseorang tidak akan bisa mencapai hasil dengan baik dan maksimal. Dengan rencana, akan menjadikan sebuah pekerjaan jelas dan terarah, sementara strategi akan mengarahklan pelakunya menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, di awal masa belajar ini hendaklah semua kita menetapkan rancana dan menyusun strategi. Semua siswa hendaklah memiliki rencana dan menentukan strategi belajar. Semua guru menyusun rancana dan strategi mengajar dan seterusnya. Jika semua kita telah menyusun rencana dan staregi, tentulah semua kita akan terarah menjalani tugas dan kewajiban kita masing-masing.
Kedua, surat al-Ankabut [29]: 20
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah memulai menciptakan (manusia), kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Kata “mulai” dalam ayat di atas terkait dengan perintah melihat dan memperhatikan dengan seksama (fanzhurû). Ayat di atas mengisyaratkan kepada setiap orang yang sudah menyusun rencana dan strategi untuk mencapai suatu maksud, hendaklah mereka berfikir secara cermat terhadap rencana dan strateginya. Hendaklah mereka memperhatikan dengan seksama masa lalu yang telah mereka lalui dan masa depan yang akan mereka hadapi. Barangkali ada hal-hal yang pada masa lalu patut dijadikan pedoman untuk mencapai maksud yang telah direncanakan untuk masa mendatang. Hal itu bisa berbentuk kegagalan yang diambil pelajaran agar tidak teulang pada masa beitukutnya, atau kesuksesan yang bisa dijadikan acuan untuk mencapai yang lebih baik pada masa berikutnya.
Ketiga, surat as-Sajadah [32]: 7
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ
Artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.”
Pada ayat di atas, kata “mulai” (bada’a) terkait dengan pembicaraan mulainya Allah menciptakan Adam dari bahan yang telah tersedia, yaitu tanah. Sehingga, ayat di atas memberikan isyarat kepada manusia, untuk segera mulai berbuat dan bekerja setelah menyusun rencana, menetapkan strategi dan berfikir dengan cermat. Sebab, sehebat apapun suatu rencana, sematang apapun suatu strategi dan secermat apapun perhitungan, tentulah tidak akan berarti tanpa aksi dan perbuatan.
Abdullah Gymnastiar pernah mengeluarkan kata bijaknya tentang memulai sesuatu; “3M”, Mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri dan mulailah sekarang juga”.
Keempat, surat al-A’raf [7]: 29
قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ
Artinya: “Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta`atanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepadaNya)".”
Pada ayat di atas kata mulai dikaitkan dengan tiga hal; mulai berlaku adil, beribadah, dan berlaku ihklas. Isyarat dari ayat di atas adalah, bahwa ketika manusia telah menyusun rencana, mengatur strategi, berfikir dengan cermat, dan mulai berbuat, hendaklah ketika memulai semua itu dibarengi dengan tiga hal. Pertama berlaku adil, yaitu hendaklah proporsional dalam berancana, berstrategi, berfikir dan berbuat. Hendaklah segala sesuatu disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Hendaklah maksud dan tujuan yang hendak dicapai, diseimbangkan dengan usaha, dan seterusnya. Kedua, hendaklah rencana, strategi, fikiran serta aksi dalam rangka ibadah untuk menjadi amal shalih. Dan ketiga, hendaklah semua itu, diakhiri dengan sikap ihklas, semata karena mengharap keridhaan dari Allah.

Kelima, surat al-Anbiaya’ [21]: 104
يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
Artinya: “(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.”
Ayat di atas mengaitkan kata “mulai” dengan bentuk pembalasan di hari akhirat. Yang baik akan menerima janji Allah berupa kebaikan, sebaliknya yang buruk akan “mulai” memetik hasil kejahatannya. Sehingga, ayat diatas mengisyaratkan bahwa yang “mulai” dengan suatu rencana dan strategi, “mulai” berfikir dengan cermat, “mulai” berbuat, kemudian “memulai” semua itu dengan adil, beribadah, berlaku ikhlas, akhirnya dia akan sampai kepada kebaikan dan puncak kebahagian. Sebaliknya, yang tidak berencana dan mengatur strategi, yang tidak ikut berbuat dan seturusnya, akhirnya dia akan ditimpa kesulitan dan kesengsaraan.
Keenam, surat at-Taubah [9]: 13-14
أَلَا تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(13)قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ(14)
Artinya: “Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman (13). Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman (14).”
Ayat di atas menyebutkan kata “mulai” dengan mengaitkan dengan kata azab dan siksa Allah. Sekaligus menjadi penegasan dari ayat sebelumnya, bahwa yang memiliki rencan jahat, akan menerima akibat dari kejahatannya berupa azab dan siksa, baik di dunai maupun di akhirat.

Tidak ada komentar: