Palsafah Hidup Pohon Pisang
Di dalam al-Qur’an, jika Allah menyebutkan kata tumbuhan atau nama jenis tumbuhan tertentu, biasanya kontesks pembicaraan-Nya selalu terkait dengan pemberian pelajaran kepada manusia atau mengajak manusia untuk berfikir. Hal itu memberikan isyarat kepada manusia, bahwa tumbuhan diciptakan Allah bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan fisik manusia, namun juga untuk memenuhi kebutuhan akal dan rohaninya. Dengan tumbuhan manusia bukan hanya memberi makan jasmaninya, tetapi juga memberi makan akal dan rohaninya. Lihat misalnya firman Allah dalam surat al-Baqarah [2]: 226,
أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.”
Begitu juga dalam surat an-Nahl [16]: 67
وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Artinya: “Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.”
Berikut ini, kita akan mencoba melihat sisi istimewa dari sebuah tumbuhan yang dekat dengan kehidupan kita; yaitu pohon pisang. Jika kita memperhatikan pohon pisang dengan seksama, maka kita akan mendapatkan pelajaran berharga dari kehidupannya. Adapun yang istimewa dari pohon pisang adalah;
Pertama, pohon pisang belum akan mati sebelum berbuah atau mendatangkan manfaat bagi manusia. Jika sebuah pohon pisang yang belum berbuah ditebang, maka dipastikan dia akan tumbuh lagi. Kemudian ditebang lagi, ia akan tumbuh lagi, begitulah seterusnya hingga ia berbuah. Ketika sudah berbuah, maka dengan sendirinya ia kan mati.
Begitulah semestinya sikap hidup yang harus dimiliki setiap manusia, khususnya seorang mukmin. Janganlah pernah mati – sekalipun mati urusan Allah- sebelum berguna dan mendatangkan manfaat bagi orang lain dan lingkungan. Begitulah yang dipesankan Allah dalam surat Ali ‘Imran [3]: 102
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan kamu sebagai muslim.”
Muslim secara harfiyah berarti menyelamatkan. Kata ini berasal dari kata aslama yang berupa mazid (sudah ditambah) satu huruf dari kata salima yang berarti aktif. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita sebelum mati jadilah orang yang mampu menyelamatkan orang lain. Jika yang mampu masuk sorga hanya diri sendiri, maka itu berarti kita mati dalam keadaaan salim belum muslim. Sebab, muslim bukan hanya mampu memasukan dirinya ke dalam sorga, namun juga membawa orang lain untuk memasuki sorga bersamanya.
Kedua, pohon pisang adalah jenis tumbuhan yang tidak banyak menuntut dan menyusahkan pemiliknya. Pohon pisang ketika tumbuh tidak meminta dipupuk, racun hama dan perawatan laiannya. Ia cukup diletakan di dalam sebuah lobang, lalu dibiarkan tanpa pupuk dan racun hama, ia akan tetap tumbuh dan berbuah. Bandingkan, jika kita menanam tanaman lain, seperti cabe, tomat, bawang dan sebagainya yang sangat memberatkan sang pemilik, karena mesti dipupuk, diberi racun hama, kemudian perhatian yang maksimal. Selanjutnya, pohon pisang tidak pernah menyusuhkan pemiliknya. Sebab, pohon pisnag tidak menghasilkan sampah seperti pohon-pohon lainnya.
Begitulah hendaknya pola hidup seorang muslim. Janganlah hendaknya terlalu banyak menuntut, mengharap apalagi menyusahkan orang lain. Sebab, jika seseorang banyak menunut dan meminta, maka orang lain akan menyimpan banyak harapan kepadanya. Jika dia kemudian hari memberi, orang lain tidak terlalu hormat dan bangga, karena memang sudah semestinya dia memberi karena telah banyak menuntut selama ini. Akan tetapi, jika dia kemudian hari tidak bisa memberi dan memenuhi harapan tempat ia meminta, biasanya orang lain akan kecewa kepadanya.
Sebaliknya, jika seseorang tidak banyak menuntut dan menyusahkan, namun kemudian banyak memberi, maka orang akan menaruh rasa segan,bangga, hormat dan simpati kepadanya. Lihatlah pohon pisang, yang sekiranya dia mati dan tidak menghasilkan buah, sang pemilik biasanya tidak teralu kecewa dan berkecil hati. Berbeda halnya, jika tanaman cabe atau tomat yang telah memakan biaya besar, namun tidak menghasilkan buah, maka pemilik kebun akan kecewa dan menggerutu kepadanya.
Ketiga, pohon pisang adalah tanaman yang multi guna. Semua yang ada padanya adalah berguna dan bisa dimanfaatkan. Mulai dari akar, batang, daun, buah, sampai “ekor buah/buntutnya” yang biasanya dijadikan sebagai sayuran.
Begitulah semestinya kehidupan seorang muslim. Hendaklah apapun yang keluar dari dirinya, baik perkataan, sikap, prilaku mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi orang lain.
Keempat, pohon pisang tidak memilih tempat untuk hidup karena ia bisa hidup di mana saja. Pohon pisang akan tumbuh dan berbuah jika ditaman di tepi pantai. Namun, juga bisa tumbuh dan berbuah jika ditanam di daerah pegunungan. Pohon pisang bisa tumbuh dan berbuah jika ditanam di tanah yang basah dan berair, namun juga bisa tumbuh dan berbuah jika ditanam ditanah yang kering dan gersang sekalipun.
Begitulah hendaknya sikap hidup yang mesti dimiliki setiap muslim. Janganlah terperanguh hidupnya dengan tempat dan lingkungan. Seorang muslim akan bisa baik dan berbuat kebaikan jika tinggal di tempat dan lingkungan yang baik, namaun juga bisa baik dan berbuat baik sekalipun tinggal di tempat yang buruk dan lingkungan yang buruk. Seringklai manusia “mengkambinghitamkan” tempat jika tidak mampu berbuat baik atau mempersembahkan yang terbiak.
Seorang murid dalam menempuh pendidikan misalnya dalam mangukir prestasi hendaknya juga seperti pohon pisang. Seorang murid mesti bisa mengukir prestasi jika sekolah di sekolah hebat, di kota besar, namun di saat yang sama juga bisa menorehkan prestasi gemilang jika belajar di sekolah yang biasa, atau bahkan di daerah yang terisolir dan terpeslook sekalipun. Tempat bukanlah menjadi soal untuk mempersembahkan yang terbaik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar