Jumat, 01 Agustus 2008

Puasa Mencari Keridhaan Allah

Puasa Mencari Keridhaan Allah
Hampir semua kata ridha yang bersumber dari Allah, dikaitkan dengan sorga. seperti yang disebutkan dalam surat Ali ‘Imran [3]:15
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Artinya: “Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”
Begitu juga dalam surat at-taubah [9]: 21
يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ
Artinya: “Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal”.
Selanjutnya dalam surat al-Baiyinah [98]: 8
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Artinya: “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
Hal itu menunjukan bahwa sorga adalah salah satu wujud dari keridhaan Allah, walaupun keridhaan-Nya melebihi sorga dan beragam kenikmatannya.
Sedangkan sorga kata Allah, didapatkan bagi yang memperoleh maghfirah. Seperti disebutkan dalam surat Ali ‘Imran [3]:136
أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
Artinya: “Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”
Sedangkan maghfirah adalah indiksai seorang yang sudah mencapai tingkat taqwa/muttaqîn. Seperti yang disebutkan dalam surat Ali ‘Imran[3]: 133
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.
Sedangkan taqwa dihasilkan melalui ibadah puasa. Seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 183
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Oleh karena itu, jika diurut bahwa keridhaan Allah akan menghasilkan sorga, sorga didapatkan bagi yang sudah memperoleh maghfirah, maghfirah adalah bagian dari taqwa, dan taqwa dihasilkan oleh ibadah puasa. Maka kesimpulan akhirnya adalah bahwa ibadah puasa muara akhirnya adalah keridhaan Allah.
Keridhaan secara harfiyah berarti senang, suka, cinta dsb. Sementara itu, di dalam al-Qur’an terdapat beberapa kata yang juga berarti sama. Seperti kata raghbah, mawaddah, mahabbah dan lain-lain. Walaupun semua kata tersebut bermakna sayang, cinta, suka, namun ridha adalah puncak sayang.
Oleh karena itulah, para sufi dan para zahid dahulu beribadah siang dan malam sampai lupa tidur, makan dan minum, bukan karena takut neraka atau mengharap sorga. Bahkan, seorang sufi perempuan Rabi’ah al-Adawiyah pernah berkata, “Ya Tuhan, jika saya beribadah kepada-Mu karena takut naraku-Mu, maka campakkan saya ke dalam neraka-Mu. Jika saya beribadah karena mengharapkan sorga-Mu, maka buang juga saya ke dalam nereka-Mu”.
Bagi mereka beribadah bukan karena takut sorga ataupun mengharap sorga, namun adalah keridhaan Allah. Di dalam neraka akan jauh lebih baik dengan keridhaan Allah, dibandingkan di dalam sorga dengan kemurkaan-Nya (sekalipun hal itu tidak mungkin terjadi).
Karena keridhaan adalah puncak sayang Allah, sehingga jiwa yng sempurna tidak diperintah kembali ke sorga, namun kembali kepada Allah. Begitulah perintah Allah dalam surat al-Fajr [89]: 27-28
يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ(27)ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً(28)
Artinya: “Hai jiwa yang tenang (27). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya (28).”
Keridhaan bisa diibaratkan seorang “bos” di sebuah perusahaan yang memiliki beberapa karyawan. Ada karyawannya yang sangat rajin dan bagus dalam melaksanakan pekerjanya, namun karena diberikan gaji yang besar. Ada pula seorang karyawan yang sangat bagus dan memuaskan hasil kerjanya, juga karena diberi gaji besar. Suatu hari gajinya dikurangi, namun hasil kerjanya tetap memuaskan. Beberapa waktu kemudian gajinya kembali dikurangi, dan hasil kerjanya tetap tidak berubah. Suatu ketika, gajinya diputus, bahkan tidak diberi gaji sama sekali, hasil kerjanya tetap memuaskan. Tentu semua pegawai yang rajin akan disayangi oleh bos. Akan tetapi, pegawai yang kerjanya tidak terpengaruh oleh gaji, tentulah akan berada di puncak kasih sayang seorang bos. Begitulah bentuk keridhaan.
Bagaiamana puasa bisa mendapatkan puncak sayang Allah? Dalam hadits Qudsi disebutkan
كل عمل ابن آدام له إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به
Artinya: “Semua amal anak Adam untuknya, kecuali puasa maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku langsung akan membalasinya”.
Maksudnya, semua amal manusia dicatat oleh malaikat dalam catatan amal dan telah ditetapkan ukuran pahalanya. Kecuali puasa, karena puasa diluar catatan malaikat dan langsung diserahkan kepada Allah. Nanti, Allah swt akan mengundang orang yang puasa langsung untuk menerima pahala mereka. Seperti juga disebutkan dalam hadits lain;
كل حسنة بعشر أمثالها إلى سبع مائة ضعف إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به
Artinya: “Semua kebaikan diberi balasan dari sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa maka puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang langsung membalisinya”.
Oleh Karena itulah, dalam hadist lain disebutkan bahwa orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan; pertama saat berbuka dan kedua ketika bertemu dengan Tuhan untuk menerima pahala puasa mereka. Seperti disebutkan dalam hadits berikut;
للصائم فرحتان فرحة عند إفطاره وفرحة عند لقاء ربه
Artinya: “Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan; bahagia saat berbuka dan bahagia saat bertemu Tuhannya untuk menerima pahala puasa”.
Orang yang langsung menerima balasan Puasa mereka dari Allah sebagai wujud keridhaan-Nya, ibarat penghargaan Presiden kepada semua pegawai negara yang berprestasi. Ada penghargaan yang penyerahannya oleh Camat atas nama presiden. Ada penghargaan yang diserahkan oleh Bupati atas nama Presiden. Ada penghargaan yang diserahkan oleh Gubernur atas nama Presiden. Ada penghargaan yang diserahkan langsung oleh Presiden dan yang menerima diundang langsung ke istana. Tentu semua yang mendapat penghargaan adalah yang orang yang disayang oleh Presdien. Namun, yang diundang langsung ke istana dan diserahkan langsung oleh Presiden, tentulah orang yang paling disayang dari semua yang disayang, itulah keridhaan.
Puasa yang bagaimanakah yang mendapatkan keridhaan Allah? Dalam sebuah hadistnya, Rasulullah saw bersabda;
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
Artinya: “Siapa yang berpuasa atas dasar iman dan perhitungan, diampuni semua dosanya yang telah berlalu”.
Puasa yang akan bermuara kepada keridhaan Allah adalah puasa yang didasarkan kepada dua hal; iman dan perhitungan. Iman maksudnya adalah kesadaran bahwa puasa adalah kebutuhannya dan untuk kebaikannya. Sehingga, hal ini akan menimbulkan semangat dan keihklasan. Jika sesorang berpuasa bukan atas kesadaran sendiri, apalagi ada paksaan maka tentu dia akan merasa berat melaksanakannya.
Perhitungan berarti ilmu yang sempurna tentang aturan sebuah ibadah. Sebab, ibadah yang dilakukan tanpa ilmu akan bernilai sangat rendah atau bahkan sesuatu yang sia-sia. Sebab, di hadapan Allah amal yang dilakukan oleh seorang yang alim akan berbeda nilainya dengan amal seorang abid yang bukan alim.
Ibarat sebuah peperangan, iman atau kesadaran akan melahirkan semangat dalam berperang. Sementara ilmu dan perhitungan akan melahirkan strategi dalam berperang. Semangat dan strategi adalah modal utama meraih kemenangan dalam sebuah perjuangan.

Tidak ada komentar: