Ciri-Ciri Orang Munafik
Salah satu pembagian manusia yang disebutkan Allah swt. di dalam al-Qur’an adalah orang-orang munafik. Bahkan, kelompok munafik ini adalah salah satu kelompok manusia yang mesti selalu diwaspadi, karena mereka adalah kelompok yang paling berbahaya. Orang-orang kafir, sekalipun memusuhi Islam dan umat Islam, akan tetapi mareka adalah kelompok yang jelas dan tanpak nyata serta jelas “hitam dan putihnya”. Sementara kelompok munafik adalak kelompok “abu-abu” yang cendrung “menggunting dalam lipatan, menohok kawan seiring”. Mereka pada luarnya adalah orang yang mengaku teman dan sahabat, namun jauh di lubuk hati mereka tersimpan permusuhan dan kebencian yang teramat besar. Mereka selalu menunggu kesempatan baik untuk membinasakan kita.
Kata munafik berasal dari nifaq yang berarti lobang tikus. Tikus jika menggali lobang, pastilah membuat lobang rahasia sebagai tempat ia melarikan diri ketika terdesak. Begitulah sikap hidup orang munafik yang penuh dengan kelicikan dan kepura-puraan. Apa yang tanpak di permukaan, bukanlah seperti yang disimpan di dalam hati mereka.
Di dalam surat An-Nisa’[4]: 142-143, Allah swt. menyebutkan ciri-ciri orang munafik. Seperti firman Allah beikut;
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا(142)مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا(143)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (142) Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. (143).”
Dalam ayat di atas, Allah wt. menyebutkan lima ciri-ciri mereka; Pertama, orang yang selalu merasa menipu Allah, namun yang mereka tipu adalah diri mereka sendiri. Itulah ciri-ciri orang munafik al-khida’ah; sikap curang, penipu, culas, licik dan sejenisnya. Apa yang mereka ucapkan tidak seperti apa yang ada di dalam hati mereka. Sikap yang mereka tampilkan jauh berbeda dengan keingin yang ada di dalam lubuk hati mereka. Dengan sikap seperti itulah mereka selalu merasa berhasil menipu Allah dan manusa lain.
Akan tetapi, penipuan yang mereka lakukan hanyalah penipuan yang berbentuk semu, karena yang tertipu adalah mereka sendiri. Allah adalah Dzat Yang Maha Tahu, Dia tidak akan mampu ditipu apalagi oleh makhluknya yang bernama manusia yang merupakan makhluk lemah dan tidak berdaya. Allah membalas tipuan mereka dengan cara membiarkan mereka dalam kesesatan dan mereka tidak akan pernah memperoleh jalan kebenaran. Bahkan, penyakit nifaq yang ada di dalam hati mereka akan selalu ditambah oleh Allah, sehingga mereka menjadi manusia yang buta, tuli dan bisu. Mereka tidak lagi mampu mendengarkan pelajaran dan menerima petunjuk, sehingga mereka semakin jauh menuju arah kesesatan dan semakin kehilangan “sinyal” hidayah. seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 8-18.
Kedua, apabila mereka berdiri untuk melaksanakan shalat, maka mereka berdiri dengan penuh kemalasan. Sikap malas adalah sikap hidup orang munafik. Shalat hanyalah salah satu bentuk aktifitas yang dilakukan manusia. Orang-orang munafik adalah orang-orang yang tidak pernah serius dan sungguh-sungguh menghadapi dan mengerjakan sesuatu. Oleh karena itulah, Rasulullah saw. pernah mengajarkan do’a kepada umat Islam untuk berlindung dari sikap malas ini, “Allahumma inni a’uzdubika man al-‘ajzi wa al-kasali/Ya Allah, saya berlindung kepada Engkau darai sikap lemah dan malas.
Ketiga, jika mereka berbuat sesuatu, maka perbuatan itu dilakukan dengan harapan pujian dan simpati orang lain (ria). Segala perbuatan orang munafik adalah jauh dari keikhlasan, karena memang motifasi mereka ketika akan berbuat bukan untuk beribadah dan mencari keridhaan Allah. Itulah salah satu indiksai munafik, bahwa yang tampak nyata berbeda dengan yang ada di dalam hati mereka. Mereka tampil dengan sangat memukau di hadapan manusia lain, akan tetapi diri dan amal mereka teramat rapuh tak ubahnya seperti kayu-kayu yang disandarkan. Begitulah yang disebutkan Allah dalam surat al-Munafiqun [63]: 4
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Artinya: “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?”
Keempat, mereka tidak akan ingat kepada Allah, kecuali sangat sedikit. Hal ini tentu teramat logis, karena di awal telah disebutkan bahwa ciri-ciri orang munafik adalah bahwa mereka selalu berupaya menipu Allah, malas, dan ria. Bukankah ketiga sikap itu adalah sikap lalai dari mengingat Allah, bahkan adalah bentuk pembangkan dan penentangan terhadap-Nya.
Kelima, mereka adalah orang yang tidak memiliki pendirian yang kokoh, selalu berubah sesuai kencangnya “arah angin” dan kepentingan mereka. Orang munafik tidak pernah memiliki musuh abadi, dan juga tidak pernah memiliki teman abadi. Bagi mereka yang abadi adalah kepentingan. Mereka tidak berpihak ke suatu kelompok tertentu, namun keberpihakan mereka adalah kepada keuntungan yang akan mereka peroleh. Inilah yang kita istilahkan hari ini dengan kelompok “opurtunis”.
Begitulah buruknya sikap hidup orang munafik, sehingga wajar jika Allah mengancam mereka dengan azab yang pedih; di nereka yang paling bawah. Seperti disebutkan dalam surat an-Nisa’ [4]: 145
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar