Jumat, 01 Agustus 2008

Berlombalah

Berlombalah
Sebelum manusia diciptakan, Allah swt. telah menciptakan banyak makhluk sebelumnya. Bahkan, sudah ada para malaikat yang bertugas beribadah, bertasbih dan memuji-Nya. Akan tetapi, kenapa Allah swt. tidak mengutus salah satu dari mereka untuk menjadi khalifah yang bertugas memakmurkan bumi?
Jawabannya adalah bahwa para malaikat tidak memiliki daya saing dan jiwa kompetisi. Para malaikat tidak memiliki kemauan untuk berlomba dan bersaing. Sementara, manusia diutus oleh Allah ke bumi menjadi khalifah dan ditugaskan memakmurkan bumi, karena manusia adalah makhluk yang memiliki potensi bersaing dan berlomba. Itulah yang diisyaratkan Allah dalam bantahan para malikat, ketika Allah memberitahukan mereka akan penciptaan Adam. Sebagaiman firman-Nya dalam surat al-Baqarah [2]: 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Adanya pertumpahan darah adalah indikasi dari sebuah persaingan, perlombaan, bahkan konflik. Namun demikian, begitulah cara bumi bisa makmur dan mengalami perubahan dan kemajuan.
Oleh karena itu, hal yang mesti kita sadari bahwa hidup adalah perlombaan dan persaingan. Bumi sengaja diserahkan kepada manusia, agar manusia menjalani kehidupan padanya dengan persiangan dan perlombaan. Akan tetapi, Allah swt. juga memberikan aturan bagaimana manusia seharusnya bersaing dan berlomba dalam kehidupan dunia.
Pertama, hendaklah manusia berlomba dan bersaing menjadi yang tercepat dan terdepan. Seperti disebutkan dalam surat Ali ‘Imran [3]: 133
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
Kata sâriû berasal dari kata sara’â yang berarti cepat. Kata tersebut kemudian mendapat tambahan satu huruf (mazid bi harfin), alif, di mana pola kata tersebut menunjukan arti saling. Sehingga, kata sâri’û berarti perintah untuk berlomba menjadi yang tercepat untuk mencapai suatu maksud atau tujuan.
Perintah yang sama juga Allah sebutkan dalam surat al-Hadid [57]: 21
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Artinya: “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
Kata sâbiqû berasal dari kata sabaqa yang berarti dahulu. Kata ini juga memiliki pola yang sama dengan kata sâri’û. Sehinga, ayat tersebut memerintahkan manusia untuk berlomba menjadi yang terdepan dan terdahulu dalam mencapai suatu tujuan. Begitulah bentuk perlombaan yang mesti dijalankan mansuia, berlomba menjadi yang tercepat dan terdepan.
Kedua, manusia diperintahkan bukan hanya berlomba menjadi yang tercepat dan terdepan, namun juga juga berlomba menjadi yang terbaik. Perlombaan bukan hanya menjadi yang tercepat, namun juga harus bermutu dan berkualitas. Begiluah isyarat Allah dalam surat al-Baqarah [2]: 148
….فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ….
Artinya: “….Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan…”
Perintah yang sama juga disebutkan dalam surat al-Ma’idah [5]: 48
…فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Artinya: “….maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”
Tercepat dan terdepan adalah salah stau bentuk perlombaan, namun harus mempertimbangkan unsur mutu, bobot dan kualitas. Apalah artinya tercepat dan terdepan, jika tidak memiliki nilai dan kuliatas. Maka berlombalah menusia menjadi yang tercepat dan menjadi yang terbaik.
Ketiga, berlomba menjadi yang tercepat dan terbaik, juga harus dibarengi dengan perlombaan mencari jalan yang benar. Seperti disebutkan dalam surat Ya Sin [36]: 66
….فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُونَ
Artinya: “…. lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat (nya).”
Tercepat dan terbaik dalam perlombaan, jika tidak didapatkan dengan menempuh jalan yang benar juga tidak dibenarkan oleh Allah. Misalnya, seorang murid yang paling cepat mengumpulkan tugas, mendapatkan nilai tertinggi, namun mesti juga dia dapatkan dengan menempuh jalan yang benar, tidak dengan mencontek karya orang lain.
Keempat, berlomba untuk menjadi yang tercepat, menjadi yang terbaik, menempuh jalan yang benar belum juga cukup, kalau tidak dilakukan dengan cara yang benar. Begitulah isyarat Allah dalam surat Fathir [35]: 32
….وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Artinya: “….dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”
Salah satu makna penambahan huruf bâ pada kata bi al-khairât menunjukan arti cara yang baik. kebaikan tidaklah akan diterima sebagai kebaikan, jika tidak disampaikan dengan cara yang baik pula. Begitulah perlombaan, yang sekalipun sudah berhasil menjadai yang tercepat, terbaik dan menempuh jalan yang benar, namun mesti dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Perlombaan tidak boleh dilakukan dengan cara menipu, curang, “menohok” kawan dan seterusnya. Berlombalah dengan cara yang paling sehat. Ibarat kata pepatah, “Jika anda ingin cahaya lampu anda dilihat orang, jangan padamkan lampu orang lain. Namun, “pompa” lampu anda sekuatnya, sehingga nayala dan cahayanya menjadi yang paling terang. Niscaya, orang lain akan melirik cahaya lampu anda.”

1 komentar:

THE_CREW mengatakan...

saya sangat tergugah dengan tulisan di blog anda . semoga kita bisa memilih petunjuk yang telah allah berikan kepada kita . amien

http://diandermawan.blogspot.com/