Senin, 28 Juli 2008

Belajar Dari Kehidupan Semut

Belajar Dari Kehidupan Semut

Semut adalah salah satu jenis binatang yang namanya Allah sebutkan dalam al-Qur’an. Bahkan, salah satu nama surat dari seratus empat belas surat, diberi nama surat semut (an-Naml), surat yang ke-27 dalam urutan mushhaf. Begitu agungnya seekor semut, walaupun hanya dalam dua ayat disebutkan Allah, namanya dicatat sebagai nama sebuah surat.
Tanpa bermaksud merendahkan manusia apalagi nabi Allah yang sangat mulia, coba lihat misalnya cerita Musa as. di dalam al-Qur’an, atau cerita Adam as. Alangkah banyaknya cerita Musa, atau Adam disebutkan di dalam al-Qur’an, namun tidak satupun surat diberi nama dengan nama surat Musa atau surat Adam. Sementara semut, hanya pada dua ayat saja disebutkan ceritanya, langsung ditetapkan namanya sebagai nama surat. Cerita tentang binatang ini, Allah swt. sebutkan dalam surat an-Naml [27]: 18-19
حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَاأَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ(18)فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ(19)
Artinya: “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut (ratu semut): “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari" (18). Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo`a: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni`mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" (19).”
Ada hal yang menarik untuk dipertanyakan, kenapa ketika melihat pola kehidupan semut, nabi Sulaiman tertawa sambil teringat kedua orang tuanya? Untuk menjawab itu, agaknya menarik jika kita mau memperhatikan pola kehidupan semut. Dengan memperhatikan semut, pastilah seseorang akan tahu betapa besar peran orang tua, terutama ibu dalam membentuk pribadi anak-anak mereka. Adapun pola kehidupan semut tersebut adalah;
Pertama, semut adalah binatang yang hidup berkelompok dan bersama serta selalu bekerjasama. Semut adalah binatang yang tidak hidup dengan pola kesendirian atau individualisme. Semut menyadari akan kondisinya yang kecil dan lemah. Namun, kebersamaan dan kerjasama membuatnya menjadi binatang yang tidak bisa dipandang remah. Seekor gajahpun, jika diserang semut secara bersama akan mati mengenaskan. Semut, dengan kersamaannya sekalipun fisiknya kecil, namun bisa membuat onggokan sebesar bukit
Begitulah hebatnya pola kehidupan semut yang suka dengan kebersamaan dan saling membantu. Tentu saja, sikap hidup seperti ini didapatkan oleh manusia melalui pendidikan di lingkungan keluarga dari kedua orang tua, terutama seorang ibu.
Kedua, semuat adalah binatang yang selalu hidup damai dengan sesamnya dan tidak pernah berkelahi. Coba lihat! Sekelompok semut yang sedang menarik makanan. Pernahkah mereka menariknya ke arah yang berlawanan satu sama lain? Sekelompok semut tidak pernah bertengkar dalam memperebutkan sesuatu. Bahkan, mereka saling memberitahu jika memperoleh sesuatu. Dan ketika menarik makanan ke dalam lobang atau sarang, mereka menunjukan pola kebersamaan. Jika yang satu menarik, maka yang lain mendorong, begitupun sebaliknya.
Begitulah kerukunan hidup yang perlu dicontoh manusia dari semut. Dan sikap hidup seperti itu, biasanya didapatkan dari lingkungan rumah tangga dari kedua orang tua terutama ibu.
Ketiga, semut adalah binatang yang selalu bertegur sapa dan bersalaman ketika bertemu dengan lain. Bahkan saking akrabnya, mereka saling cium pipi antara satu dengan yang lain. Menurut hasil pengamatan, cium pipi yang dicontohkan semut adalah cium pipi keakraban. Di mana, mereka memulainya dari pipi kiri kemudian pipi kanan. Sama halnya dengan thawaf yang juga di mulai dari kiri ka’bah, sebagai wujud kedekatan dan larut dengan Allah.
Begitulah sikap mulia semut yang juga mesti dicontoh manusia. Hendaklah mereka ketika bertemu dengan yang lain, saling tegur sapa dan memberi salam. Terlepas, apakah dia orang yang kita kenal atau bukan.
Keempat, semut adalah binatang yang kreatif dan selalu bergerak. Semut adalah binatang yang tidak kenal lelah, suka bermalasan dan berpangku tangan. Tidak akan ditemui seekor semut yang tidur pulas, apalagi dalam waktu yang lama. Begitulah sikap hidup yang mesti dicontoh setiap manusia. Janganlah manusia yang diberi akal dan fisik yang kuat menyia-nyiakan anugerah Allah tersebut. Hendaklah manusia menghargai setiap detik waktu yang dilaluinya dan setiap kesempatan yang datang kepadanya. Sebab, apa yang telah berlalu darinya berupa waktu dan kesempatan, tidak akan pernah lagi kembali sampai hari kiamat.
Kelima, semut adalah binatang yang selalu memikirkan dan mempersiapkan hari esoknya. Semut adalah binatang yang suka menumpuk makanan, bahkan dalam jumlah yang sangat banyak melebihi kebutuhannya. Semut selau memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi hari esok. Ia menumpuk makanan mungkin dengan keyakinan, bahwa hari esok bisa saja kendisinya lebih buruk dari hari ini. Jika kemudian ia berada dalam kondisi kurang menguntungkan, setidaknya ia tidak akan mati kelaparan bersama keluarganya. Begitulah pola hidup yang juga mesti dicontoh manusia. Yaitu memperhitungkan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi hari esok, dan melakukan persiapan menghadapinya. Itulah yang dipesankan Allah swt. dalam surat al-Hasyar [59]: 18
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Keenam, semut adalah biantang yang kuat, karena seekor semut mampu menarik baban sebesar sepuluh kali berat bobot badannya. Hal itu tentu juga mesti menjadi contoh bagai manusia terutama umat Islam. Seorang mukmin mestilah kuat baik fisik, akal maupun rohani. Bukankah Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa “seorang mukmin yang kuat lebih utama dan dicintai Allah dibandingkan mukmin yang lemah”.
Tentu saja, kekuatan fisk ini didapatkan manusia dari kedua orang tuanya terutama seorang ibu. Mulai dari pemberian ASI oleh ibu, pemenuhan gizi, biaya pendidikan dan seterusnya. Bagaimana mungkin seorang anak akan kuat secara fisik, mental maupun spiritual jika kedua orang tua tidak mampu memberikan nafkah yang cukup.
Ketujuh, semut adalah binatang yang sangat informatif, suka berbagi dan tidak rakus serta suka menang sendiri. Jika seekor semut menemukan makanan, maka dengan cepat ia akan menyebarkan berita tersebut kapada yang lain. Sehingga, dalam waktu yang pendek dan cepat segerombolan semut telah berkumpul untuk membawa makanan yang ditemukan saudara mereka. Seekor semut tidak memiliki sikap rakus dan mau kenyang sendiri. Ia dengan senang hati akan berbagi dengan saudaranya yang lain. Itulah sikap hidup yang semestinya dicontoh manusia dari semut. Janganlah manusia rakus dan punya sikap tidak mau berbagi dengan saudaranya yang lain, yang juga sama membutuhkan. Bukankah dalam banyak ayat-Nya, Allah swt. mencela manusia yang bersikap kikir dan rakus?
Kedelapan, semut adalah binatang yang suka hidup teratur dan disiplin. Coba perhatikan jika sekelomnpok semut sedang berjalan. Yang terlihat adalah keteraturan dan kedisiplinan yang tinggi. Segerombolan semut akan berjalan dengan teratur, antri, tidak saling mendahului apalagi saling injak satu sama lain. Jika semut bisa hidup terarur, disiplin serta patuh pada aturan, lalu kanapa manusia yang berakal tidak bisa diatur dan selalu melanggar aturan dan yang lebih buruk lagi manusia seringkali “memotong langkah” saudaranya bahkan menginjak yang lain supaya keinginannya terpenuhi lebih dahulu. Jika demikian, tentulah lebih mulia sikap hidup semut bila dibandingkan manusia yang berakal.
Kesembilan, semut adalah binatang yang menghargai kehidupan, serta mencintai anak-anaknya melebihi harta dan nyawanya sendiri. Coba lihat! Jika sarang semut dirusak, maka semua mereka akan berlarian sambil membawa dan menyelamatkan telur yang ada. Semut tidak akan peduli dengan harta dan kekayaannya, ketika kondisi berbahaya. Anak-anak dan keluarga, lebih utama untuk diselamatkan dari harta benda dan kekayaan, bahkan dari keselamatan diri sendiri.
Jika semut saja lebih mengutamakan keselamatan anak-anaknya dari harta dan jiwanya, lalu kenapa ada sebagian orang tua yang rela mengorbankan anak mereka demi kebaikan mereka sendiri? Atau kenapa ada sebagian orang tua yang tega membunuh anak mereka sendiri atau membuangnya di dalam tong sampah dan sebagainya. Sungguh, semut dalam hal ini patut dijadikan pelajaran hidup.
Kesepuluh, semut adalah binatang yang patuh pada atasanya (ratunya). Semut dalam kesatuannya, dipimpin oleh seekor ratu yang dipatuhi oleh semua anggotanya. Ratu inilah yang memberi perintah, ke mana harus pergi dan bagaimana mengumpulkan serta mendistribusikan makanan. Termasuk, cara penyelamatan diri ketika dihadang bahaya seperti yang diceritakan dalam surat an-Naml [27]: 19 di atas. Tidak pernah seekor semut membantah dan melawan perintah sang ratu, sehingga kepatuhan inilah yang membuat rumah tangga semut senantiasa rukun dan tentram.
Begitulah pentingnya peran seorang pemimpin dalam menciptakan kehidupan yang teratur dan damai. Tanpa pemimpin tentu kehidupan akan kacau dan jauh dari ketenangan. Begitu juga dalam rumah tangga, tentu peran orang tua sangat dominan dalam menciptakan keteraturan anak-anak. Orang tua tidak hanya bisa memberikan pertintah, namun juga mampu memberikan contoh sikap terpuji pada anak-anak mereka. Terutama ibu yang menjadi teladan dan panutan setiap anak.
Begitulah sikap-sikap terpuji dari kehidupan semut yang mestinya menjadi contoh dan pelajaran bagi manuaia. Alangkah buruknya, jika manusia yang memiliki akal, pola kehidupannya lebih rendah dari yang dicontohkan semut.

Tidak ada komentar: