Berzikir Kepada Allah
Berzikir; mengingat dan menyebut nama Allah, adalah hal yang selalu dituntut kepada manusia di manapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Begitulah ciri manusia paling cerdas yang diistilahkan dengan Ulul al-Bab seperti yang disebutkan dalam surat Ali ‘Imran [3]: 190-191. Namun demikian, Allah swt. memilihkan waktu-waktu tertentu di mana secara khusus manuia diperintahkan Allah untuk berzikir dan menyebut nama-Nya.
Setidaknya ada tiga waktu khusus yang diperintahkan Allah untuk berzikir kepada-Nya. Pertama, setelah manusia selesai melaksanakan ibadah puasa. Seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Kedua, setelah manusia selesai melaksanakan ibadah haji. Seperti yang disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 198
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ
Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari `Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.”
Begitu juga dalam surat al-Baqarah [2]: 200
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ ءَابَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا…
Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu…”
Ketiga, setelah manusia selesai melaksanakan ibadah shalat, baik wajib maupun sunat. Seperti yang disebutkan dalam surat an-Nisa’ [4]: 103
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ….
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring…”
Begitu juga dalam surat Qaf [50]: 40
وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ
Artinya: “Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyang.”
Selanjutnya dalam surat al-Insan [76]: 26
وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا
Artinya: “Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.”
Itulah tempat-tempat istimewa yang dipilihkan Allah untuk manusia sebagai tempat manusia berzikir kepada-Nya. Pada waktu-waktu itulah nilai dan pahala zikir sangat besar. Namun, Pada intinya zikir memiliki memiliki nilai dan pahala yang besar dan istimewa adalah setelah manusia melaksanakan ritual ibadah tertentu, apakah wajib atau sunat.
Adapun cara manusia berzikir kepada Allah adalah
1. Zikir hendaklah dilakukan dengan tunduk dan suara yang rendah serta penuh rasa takut kepada-Nya. Zikir tidaklah mesti dilakukan dengan suara yang keras dan berteriak serta dengan cara bermain-main dan jauh dari keseriusan. Begitulah yang ditegaskan Allah swt. dalam surat al-A’raf [7]: 205
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”
2. Zikir hendaklah dilakukan dengan mengikutkan hati, sehingga menimbulkan getaran di dalam hati orang yang berzikir serta rasa rindu kepada Allah. Tentu, zikir seseorang akan bernilai kosong jika hatinya tidak ikut serta dalam apa yang diucapkan. Begitulah yang dipesankan Alah dalam surat al-Anfal [8]: 2
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ….
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka…”
3. Zikir dilakukan dengan rasa takut dan khsusu’, bahkan kalau bisa dengan cara menangis sambil sujud tersungkur menyadari kebesaran Allah swt. Seperti yang disebutkan dalam surat al-Isra’ [17]: 108-110
وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولًا(108)وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا(109)قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا(110)
Artinya: “Dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi"(108). Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu`(109). Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu (110).”
Adapun jika berzikir dengan ayat-ayat al-Qur’an, maka seyogyanya manusia mendengar atau membacanya dengan penuh kekhusu’an, penuh penghayatan, bahkan menangis sambil bersujud. Begitulah hendaknya pengagungan manusia terhadap ayat-ayat al-Qur’an sebagai kalam Allah swt. Seperti yang disebutkan dalam surat al-Ma’idah [5]: 83
وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا ءَامَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Artinya: “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad s.a.w.)”
Begitu juga dalam surat Maryam [19]: 58
…..إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Artinya: “…Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar