Strategi Sukses Da'wah
Agama Islam adalah agama da'wah. Antara Islam dan da'wah adalah dua hal yang tak terpisahkan, ibarat dua sisi mata uang. Dalam beberapa ayat-Nya, Allah swt menganjurkan umat Islam untuk mengajak manusia ke jalan-Nya. Seperti firman Allah dalam surat Ali Imran [3]: 110
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya: “Hendaklah kamu menjadi umat terbaik yang mengajak manusia kepada kepada kebaikan, menyuruh melakukan yang ma'ruf dan mencegah dari kemungkaran.”
Dalam surat an-Nahl [16]: 125 Allah swt berfirman
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dengan demikian, da'wah semestinya menjadi tanggung jawab semua umat Islam. Akan tetapi, da’wah bukanlah pekerjaan yang gampang dan tanpa tantangan. Oleh Karen itu, seorang da'i sebelum memulai aktifitas da'wahnya, terlebih dahulu harus memahami beberapa strategi da'wah, sehingga dia diterima dan sukses membawa manusia ke jalan Tuhan.
Setidaknya ada lima hal yang mesti dilakukan oleh seorang da’i, agar da'wahnya bisa sukses. Hal itu seperti yang dijelaskan Allah dalam surat al-Mudatstsir [74]: 1-6.
يَاأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ(1)قُمْ فَأَنْذِرْ(2)وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ(3)وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ(4)وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ(5)وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ(6)
Artinya: “Hai orang yang berkemul (berselimut) (1), Bangunlah, lalu berilah peringatan! (2), Dan Tuhanmu agungkanlah! (3), Dan pakaianmu bersihkanlah (4), Dan perbuatan dosa tinggalkanlah (5), Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak (6).”
Dalam ayat di atas, Allah swt menyuruh Nabi Muhammad saw untuk bangun dari tempat tidurnya, dan terjun ke tengah masyarakat memberikan peringatan kepada manusia. Namun, sebelum memberi peringatan, Allah swt terlebih dahulu memerintahkan beliau lima hal
1 وربك فكبر (dan Tuhanmu besarkanlah)
Langkah pertama seorang da'i sebelum terjun ke medan da'wah, adalah dia harus memiliki keyakinan yang kuat dan kokoh akan kemahabesaran Tuhan. Hanya Allah saja Yang Besar dan yang selainnya adalah kecil dihadapan-Nya dan dihadapan kebenaran-Nya. Dengan keyakinan seperti ini, seorang da'i tidak akan pernah ragu-ragu dalam meyampaikan kebenaran. Dia tidak akan pernah merasa takut kepada siapapun, selagi yang disampaikannya adalah kebenaran yang datang dari Allah swt. Sebab, semua yang selain Allah adalah kecil dihadapan-Nya. Dengan demikian, seorang da'i tidak akan pernah merasa minder, takut dan sebagainya dalam menghadapi objek da'wahnya.
Hal inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, di mana beliau tidak memilih objek da'wah untuk kelompok tertentu saja. Kebenaran beliau sampaikan mulai dari para budak sampai kepala suku hingga para raja, kisra dan kaisar. Karena beliau yakin bahwa hanya Allah Yang Maha Besar yang perlu ditakuti, selain-Nya adalah kecil dan tidak berarti apa-apa di depan kebenaran Tuhan.
2. وثيابك فطهر ( dan pakaianmu bersihkanlah)
Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad saw sebelum memulai aktifitas da'wah, haruslah terlebih dahulu memperbaiki penampilan, salah satunya adalah pakaian. Begitulah hendaknya para da'i, sebelum terjun ke medan da'wah, penampilan harus terlebih dahulu diperbaiki. Karena salah satu yang membuat seorang diterima di tengah masyarakat, adalah kerena pakaian atau penampilan. Seorang da'i yang berpenampilan “preman”, sehebat apapun ilmunya dia tidak akan diterima oleh masyarakat. Sebab, pakaian juga merupakan sebuah identitas bagi seseorang. Oleh karena itu, seorang da'i hendaknya menyesuaikan diri dengan pakain dan penampilan ulama atau da'i di mana mereka berda'wah. sehingga kebenaran yang disampaikan bisa didengar, diterima dan diamalkan oleh masyarakat di mana dia berda'wah.
3. والرجز فاهجر (dan perbuatan dosa maka tinggalkanlah)
Kalau dalam ayat sebelumnya Allah swt memerintah kepada Nabi Muhammad saw untuk membersihkan jasmani atau fisik sebelum berda'wah, maka dalam ayat ini Allah swt memerintahkan beliau untuk membersihkan rohani dari kotorannya yaitu dosa. Dengan demikian, para da'i juga harus meninggalkan perbuatan dosa terlebih dahulu, sebelum mengajak orang lain meninggalkan dosa atu berbuat kebaikan. Sebab, sekalipun yang disampaikan adalah kebenaran, tetapi bila disampaikan oleh seorang pendosa atau penjahat, orang lain tidak akan mendengar dan mengikutinya. Adalah fitrah manusia untuk melihat siapa yang menyampaikan sesuatu sebelum menerimanya.
Oleh karena itu, seorang da'i harus terlebih dahulu menghindarkan dirinya dari segala bentuk dosa dan kesalahan, karena dia akan menjadi ikutan, teladan dan patron manusia lain. Makanya salah satu bentuk da’wah yang paling efektif disebut da'wah bi al-hâl, yaitu ajakan dengan cara mencontohkannya terlebih dahulu.
4. ولا تمنن تستكثر (jangnlah engkau memberi dengan mengharap yang lebih banyak).
Dalam ayat ini, Allah memperingatkan agar tidak mengharap balasan dari pemberian kepada manusia. Ini berarti, seorang da'i tidak boleh mengharapkan imbalan materi dari aktifitas da'wahnya, atau menjadikan da'wah sebagai lahan mengeruk keuntungan materi. Adalah hal yang manusiawi, bila jasa seorang da'i dihargai dengan metri, dan sama sekali itu tidak salah bahkan dibenarkan dalam ajaran agama. Akan tetapi, yang tidak boleh adalah munculnya niat, keinginan atau harapan dari seorang da'i ketika berda'wah imbaran materi yang besar.
Ini adalah sebuah fenomena baru dan sudah mengejala dalam dunia da'wah hari ini. Di mana, da'wah bagi sebagian da'i dijadikan lahan untuk meraih keuntungan materi, jabatan, dukungan politik bahkan populeritas. Sehingga, para da'i menjadi kurang dihargai dan kehilangan kharismatik di tengah umat. Bahkan populer ungkapan "ustadz amplop" yang bermakna merendahakan para da'i. Aktifitas da'wah tidak lebih dari sebuah lahan mencari kehidupan dan melupakan bahwa ganjaran besar telah disediakan Allah swt untuk mereka di akhirat nanti.
Oleh karena itu, untuk suksesnya da'wah para da'i harus sudah merobah paradigma da'wah dan orientasinya. Tidak salah menerima balas jasa, tapi jangan mengharapkan balas jasa dari manusia. Karena balasannya kelak di sisi Allah swt.
5. ولربك فاصبر (dan sabarlah untuk Tuhan engkau)
Tuntunan terakhir kepada nabi Muhammad saw sebelum berda'wah adalah sabar dalam menjalani aktifitas da'wahnya. Da'wah tentu saja bukan hal yang mudah, ia adalah aktifitas yang penuh tantangan dikarenakan banyak orang yang tidak senang dan merasa terganggu karenanya. Lihat saja misalnya sejarah perjalanan da'wah para nabi dan rasul Allah swt. Semua mereka mendapat tantangan yang sangat berat dari masyarakat tempat mereka berda'wah. Nabi Ibrahim as. di bakar, nabi Musa as. dikejar dan diusir, nabi Zakariya as. dan Yahya as. dibunuh. Bahkan, nabi Muhammad saw sendiri mengalami hal yang begitu berat; diejek, dimaki, dibaikot, dipukul, dilempar dengan batu, dilempar dengan tahi unta dan sebagainya.
Di sinilah dituntut kesabaran para da'i dalam berda'wah. Bila sekali ditolak, atau diabaikan lalu berhenti, maka da'wah tidak akan pernah sukses. Sehingga dalam surat al-'Ashr [103]: 3 Allah swt berfirman
....وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya: “....Hendaklah kamu saling berwashiat dengan kebenaran dan kesabaran.”
Seorang juru da'wah dituntut memiliki jiwa yang besar dan emosi yang cerdas, untuk menghadapi bebagai tantangan yang muncul dari sebagian masyarakat yang menolak atau tidak menerimannya. Sehingga pada akhirnya dia diterima dan da'wahnya sukses ditengah masyarakat.
Senin, 28 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar