Urgensi Salam Dalam Kehidupan Muslim
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, setiap manusia secara pasti akan saling bertemu dan berhadapan dengan sesamanya. Dalam setiap kali pertemuan, manusia akan saling tegur sapa dan kemudian saling kenal mengenal. Oleh karena itu, Islam memberikan aturan yang sempurna kepada umatnya, tentang bentuk sapaan terbaik yang mesti diucapkan kepada sesama ketika saling bertemu dan berhadapan. Seperti dalam surat an-Nisa' [4]: 86 Allah swt berfirman
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
Artinya: “Dan apabila kamu diberi penghormatan dengan satu penghormatan maka jawablah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau paling tidak balaslah dengan yang serupa, sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan terhadap segala sesuatu.”
Dalam ayat di atas, Allah swt memberikan tuntunan kepada umat-Nya tentang bagaimana menciptakan sebuah hubungan yang harmonis antara sesama, yang salah satunya melalui bentuk penghormatan. Allah swt menjelaskan bila seseorang diberi penghormatan, hendaklah dia membalasnya dengan yang lebih baik, atau minimal sama dengan penghormatan yang diberikan kepadanya. Lalu muncul pertanyaan; apa bentuk penghormatan yang diajarkan oleh Allah swt, dan begaimana cara membalasnya dengan cara yang lebih baik itu?.
Ucapan penghormatan yang diajarkan oleh Allah swt adalah salam "Assalâmu 'alaikum (السلام عليكم ). Ada beberapa alasan kenapa Allah swt, memilih ucapan ini sebagai yang harus diucapkan manusia kepada sesamanya.
1. Salam adalah ucapan atau sapaan Allah swt kepada para nabi dan rasul-Nya. Seperti dalam surat ash-Shafat [37]: 79, Allah swt menyapa nabi Nuh as dengan ucapan salam, begitu juga ayat 109 Allah menyapa nabi Ibrahim as, ayat 120 terhadap nabi Musa dan Harun as, ayat 130 terhadap nabi Ilyas as, dan ayat 181 terhadap semua rasul Allah swt.
2. Di akhirat nanti, para calon penghuni sorga dipersilahkan masuk oleh Allah swt dan disambut oleh para malaikat dengan ucapan salam. Seperti dalam surat Qaf [50]: 34, surat an-Nahl [16]: 32, surat adz-Dzariyat [51]: 25.
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".” (Q.S. an-Nahl [16]: 32)
3. Ucapan salam bukan hanya ucapan penduduk dunia, namun setelah manusia pindah ke alam ahkirat, maka di dalam sorgapun sapaan sesama ahli sorga juga ucapan ini. Seperti yang terdapat dalam surat Yunus [10]: 10, dan juga surat al-Waqi'ah [56]: 26.
دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَءَاخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya: “Do'a mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahumma, dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". Dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin.” (Q.S. Yunus [10]: 10)
4. Karena orang yang mengucapkan salam kepada orang lain, adalah salah satu dari pada ciri hamba Allah. Seperti dalam surat al-Furqan [25]: 63 dan 75.
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Q.S al-Furqan [25]: 63
Kemudian, bagaimana cara menjawab salam yang lebih baik? Barangkali caranya sudah diketahui bersama, yaitu bila diucapkan “Assalâmu'alaikum”, maka jawabnya harus dengan menyempurnakannya hingga "warahmatullâhi wa barakâtuhu".
Inilah yang digambarkan oleh Allah swt, tentang kisah nabi Ibrahim as. yang dikunjungi oleh para malaikat. Ucapan salam malaikat dijawab dengan ucapan yang lebih baik oleh Ibrahim as. Seperti yang terdapat dsalam surat Hud [11]: 69
وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami datang kepada Ibrahim dengan membawa berita gembira, mereka berkata "salamân" Ibrahim menjawab "salâmun" dan tidak lama kemudian datanglah Ibrahim membawakan sapi yang dipanggang.”
Dari redaksi ayat di atas, terdapat perbedaan ungkapan antara ucapan salam para malaikat dan jawaban Ibrahim as. Malaikat mengucapkan “salâman” berarti ucapan selamat. Sementara Ibrahim as. menjawab "salâmun" yang berarti salam abadi yang sempurna (makna kekokohan). Bahkan, tak lama kemudian sebagai bentuk balasan yang lebih baik, Ibrahim as. datang membawakan sapi yang dipanggang, sekalipun Ibrahim tahu tamunya tidak makan. Akan tetapi, begitulah bentuk balasan salam yang lebih baik seperti yang diperintahkan Allah dalam surat an- Nisa' [4]: 26 di atas.
Dalam sebuah hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah saw bersabda; “Apabila seseorang menjawab salam dengan ucapan "wa'alaikum salâm" maka baginya sepuluh kebaikan, bila ditambah dengan "warahmatullâh" baginya ditambah sepuluh kebaikan, dan bila ditambah "wabarakâtuh" ditambah lagi oleh Allah sepuluh kebaikan untuknya".
Begitu pentingnya ucapan salam dalam kehidupan muslim, dikarenakan salam itu sendiri memilki hikmah yang begitu besar. Sebab, hakikat salam itu adalah
a) Dengan ucapan salam itu seseorang berarti mendo'kan orang lain supaya hidup bahagia, tenang, tentram, damai, seperti tidak akan mengalami kematian. Hal itu terkandung dalam penggunaan kata penghormatan dalam al-Qur'an dengan "Tahiyyah" yang berasal dari kata "hayya" yang berarti hidup.
b) Dengan jawaban "warahmatullâh wa barakâtuh", seseorang berarti mendo'akan orang lain, agar dia bukan hanya bahagia tetapi juga dirahmati dan diberkahi Allah. Sebab, kebahagian tidaklah sempurna bila tidak mendapat rahmat dan berkah Allah swt.
c) Menumbuhkan rasa persamaan dan kebersamaan dalam diri setiap umat Islam. Sebab, dalam ucapan salam tidak terdapat perbedaan antara ucapan kepada orang kaya, miskin, dewasa, anak kecil, atasan, bawahan, raja, rakyat dan sebagainya. Semua orang mengucapakan ucapan yang sama, dan membalas dengan balasan yang sama pula, tanpa ada perbedaan ucapan atau jawaban.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar