Jin Menurut Al-Qur’an
Salah satu dari hal yang wajib diimani oleh setiap yang mengaku mukmin, adalah kepercayaan akan adanya yang ghaib. Alam yang berada di luar alam nyata (alam fisik) yang sering disebut alam metafisika. Sebab, di dalam al-Qur’an Allah menyebutkan, bahwa Dia tidak hanya menciptakan alam fisik saja, namun juga menciptakan alam metafisika atau alam ghaib. Salah satu alam ghaib itu adalah bahwa Allah telah menciptakan satu kelompk makhluk yang bernama Jin. Bahkan, keberadaan dan sifat serta prilaku mereka secara lebih rinci Allah jelaskan dalam satu surat di dalam al-Qur’an yang bernama surat Jin, surat yang ke 72 dalam urutan al-Qur’an.
Dalam ayat lain juga Allah menyebutkan keberadaan mereka, seperti dalam surat al-Isra’ [17]: 88
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Artinya; “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".”
Selanjutnya surat ar-Rahman [55]: 33
يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Artinya: “Hai jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.”
Begitu juga dalam surat ar-Rahman [55]: 15
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ
Artinya: “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”
Begitu juga dalam surat adz-Dzariyat [51]: 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Dalil lain adalah, bahwa Allah menegaskan pengutusan nabi Muhammad bukan hanya untuk manusia saja, namun meliputi seluruh alam, termasuk alam Jin tentunya. Seperti yang disebutkan dalam surat al-Anbiya’ [21]: 107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw. bertemu dengan jin sebanyak tiga kali. Pertemuan pertama terjadi di lembah Nakhlah suatu tempat yang sangat sepi dan dikelilingi perbukitan antara Makkah dan Thaif.
Disebutkan, bahwa ketika da’wah beliau ditolak oleh sebagin besar penduduk Makkah, bahkan mereka membalas dakwah beliau dengan cacian, hinaan, makian, olok-olok bahkan sampai ancaman yang berbentuk fisik dan psikis, Rasulullah bersedih dan berniat pergi ke tempat lain. Beliau kemudian memutuskan untuk pergi Thaif dengan harapan penduduk negeri itu akan menerima ajakan beliau untuk bertauhid kepada Allah. Namun, sambutan dan perlakukan masyarakat Thaif melebihi perlakuan masyarakat Makkah terhadap beliau. Nabi Muhammad saw. dimaki, diejek bahkan dikejar dan dilempari batu. Sehingga, lutut beliau berdarah terkena lemparan batu tersebut. Menyaksikan perlakukan masyarakat Thaif itu, malaikat menawarkan bantuan kepada beliau untuk diizinkan membinaskan masyarakat Thaif dengan gunung Akhsabin (sebuah gunung yang terdapat di dekat Thaif). Namun, Rasulullah saw. menolak seraya berkata, “Mungkin mereka sekarang belum beriman, namun anak cucu mereka di kemudian hari akan beriman”. Kemudian beliau berdo’a kepada Allah, “Ya Allah, tunjukilah kaumku sesunguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui”.
Setelah itu, beliau pergi meninggalkan Tahif dan menuju Makkah. Namun, ketika sampai di suatu lembah yang disebut lembah Nakhlah, hari sudah gelap. Lembah itu dikelilingi perbukitan, sehingga terasa sepi dan menakutkan. Saat kegelapan itu, Rasulullah tidak memiliki teman dan pelindung. Teman beliau adalah al-Qur’an dan pelindung beliau adalah Allah. Beliau kemudian beristirahat di lembah itu dan melaksankan shalat. Ketika shalat, beliau mengeraskan bacaannya, dengan tujuan mengusir kesunyian atau bahkan rasa “takut”. Ketika itulah datang sekelompok jin dari Yaman dan berkerumun di sekitar Rasulullah dan berebut mendengarkan ayat yang sedang beliau baca. Ketika itu, Rasulullah saw. sedang membaca surat ar-Ra’du [13]: 31
وَلَوْ أَنَّ قُرْءَانًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الْأَرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَى بَلْ لِلَّهِ الْأَمْرُ جَمِيعًا أَفَلَمْ يَيْئَسِ الَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا وَلَا يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُوا تُصِيبُهُمْ بِمَا صَنَعُوا قَارِعَةٌ أَوْ تَحُلُّ قَرِيبًا مِنْ دَارِهِمْ حَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Artinya: “Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentu Al Qur'an itulah dia). Sebenarnya segala itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.”
Ketika Rasulullah Saw. membaca ayat ini, lembah Nakhlah tersebut dipenuhi oleh jumlah jin yang sangat banyak. Mereka saling berdesakan dan berhimpitan, serta menaiki kepala yang lain untuk bisa mendekati Rasulullah. Itulah yang diceritakan Allah dalam surat al-Ahqaf [46]: 29
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.”
Begitu juga dalam surat Jin [72]: 19
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا
Artinya: “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.”
Begitu juga dalam surat Jin [72]: 1-5
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْءَانًا عَجَبًا(1) يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا(2)وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا(3)وَأَنَّهُ كَانَ يَقُولُ سَفِيهُنَا عَلَى اللَّهِ شَطَطًا(4)وَأَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَنْ تَقُولَ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا(5)
Artinya: “Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur'an), lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang menakjubkan (1). (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami (2). Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak (3). Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah (4). Dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah (5).”
Ketika nabi selesai shalat dan melanjutkan perjalanan ke Makkah, rombongan jin itu bubar dan kembali kepada kaum mereka di Yaman. Mereka memberitahukan kaumnya, tentang apa yang mereka dengar dari nabi Muhammad, seperti disebutkan dalam surat al-Ahqaf [46]: 29-32
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ(29)قَالُوا يَاقَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ(30)يَاقَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَءَامِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ(31)وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءُأُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ(32)
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan (29). Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus (30). Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih (31). Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata" (32).”
Pertemuan kedua, ketika nabi hendak pergi ke Gua Hira’ yang ditemani oleh Abu Dzarr. Setibanya di lembah bukit itu, Rasulullah mendengar suara riuh dan ribut. Rasulullah saw. kemudian berhenti untuk beberapa saat, sampai suara itu berhenti. Abu Dzarr kemudian bertanya, “Suara apakah itu ya Rasulullah?” . Beliau menjawab, “Itu adalah suara jin yang bertengkar, lalu aku mendamaikannya”. Dengan demikian, kehidupan jin sangat mirip dengan manusia. Mereka juga berkeluarga, bertengkar, bahkan juga berkelahi.
Pertemuan ketiga di Madinah, ketika nabi sedang shalat bersama para sahabat, tiba-tiba sekelomok jin menggangu beliau. Lalu nabi saw. berdo’a “Aku berlindung kepada Allah darimu dan aku mengutukmu dengan kutukan Allah”. Kemudian, beliau mundur ke belakang beberapa langkah, hingga mendekati shaf pertama. Setelah shalat, Abu Hurairah bertanya, “Ya Rasulullah, aku mendengar engkau membaca sesuatu?”. Beliau menjawab, “Ya, tadi jin menggangguku, jika saja dulu nabi Sulaiman tidak berdo’a, niscaya aku akan menangkapnya dan menjadikannya mainan untuk anak Madinah. Adapun do’a nabi Sulaiman as. yang dimaksud beliau adalah seperti yang disebutkan dalam surat Shad [38]: 35
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Artinya: “Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi".
Dulu, seluruh jin tunduk kepada nabi Sulaiman dan bisa diperintah apa saja. Namun kemudian, Sulaiman berdo’a agar setelahnya tidak ada lagi manusia yang bisa menundukan jin, termasuk juga nabi Muhammad.
Selain itu, di dalam al-Qur’an juga diceritakan bahwa sebelum diutusnya nabi Muhammad menjadi rasul, jin seringkali mencuri wahyu dari langit. Mereka menaiki kepala yang lain, sehingga untaian mereka sampai ke langit dan kemudian yang paling atas mendengarkan wahyu yang dibawa malaikat. Namun, setelah nabi Muhammad di utus, jin tidak lagi bisa mencuri wahyu dari langit, Karena malaikat melempari mereka dengan bintang-bintang. Begitulah yang diceritakan seperti dalam surat Jin [72]: 8-9
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا(8)وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا(9)
Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api (8). Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya) (9).”
Di samping itu, al-Qur’an juga menyebutkan bahwa Jin itu ada yang mukmin ada yang kafir. Seperti yang disebutkan dalam surat Jin [72]: 14-15
وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا(14)وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا(15)
Artinya: “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang ta`at dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang ta`at, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus (14). Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka Jahannam" (15).”
Jin tidak memiliki rasul seperti halnya manusia. Oleh karena itu, Jin mengikuti risalah nabi Muhammad dan al-Qur’an sama seperti halnya manusia atau umat Islam. Hal itu dijelaskan dalam surat al-Ahqaf [46]: 30
قَالُوا يَاقَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinyaa: “Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.”
Karena mereka sama seperti manusia, maka Alah juga memberikan hak yang sama di akhirat nanti. Yaitu, bagi jin yang beriman dan taat, Allah juga menyediakan kenikmatan sorga untuk mereka. Seperti yang disebutkan dalam surat ar-Rahman [55]: 74
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ(72)فَبِأَيِّ ءَالَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ(73)لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ(74)
Artinya: “(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah (72). Maka ni`mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (73). Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin (74).”
Berikutnya, Jin bisa menjelma menjadi manusia . Ini pernah terjadi sewaktu perang Badar. Di mana ia datang menemui orang kafir Quraisy dalam wujud laki-laki tua dan berjenggot panjang. Seperti yang disebutkan dalam surat Al-Anfal [8]: 48
وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya.”
Lebih lanjut, jika kita melihat informasi al-Qur’an ditemui bahwa syaithan termasuk golongan jin. Jin dalah rumpun besarnya, yang mukmin dan taat itulah yang akan mendapatkan sorga, sama halnya seperti manusia yang berbuat kebaikan. Namun, yang ingkar dan kafir kepada Tuhan, mereka yang kemudian menjadi syithan dan iblis. Merekalah yang kemudian menggoda manusia untuk berbuat kejahatan dan jauh dari Tuhan. Hal itu seperti disebutkan dalam surat Al-kahfi [18]: 50
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.”
Alasan lain adalah, bahwa mereka sama-sama diciptakan dari asal yang sama, yaitu api yang menyala. Seperti yang disebutkan dalam surat ar-Rahman [55]: 15
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ
Artinya: “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”
Begitu juga tergambar dari jawaban iblis, ketika ia disuruh sujud kepada Adam, namun mereka menolaknya dengan alasan asal penciptaan yang lebih baik. Seperti terdapat dalam surat al-A’raf [7]: 12
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
Artinya:” Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Juga dalam surat Shad [38]: 75-76
قَالَ يَاإِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ(75)قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ(76)
Artinya: “Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?"(75). “Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar